Aksinews.id/Lewoeleng – Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Pepatah klasik itu mungkin tepat untuk melukiskan nasib Yosefina Sabu, 39 tahun, seorang warga Desa Lewoeleng, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata. Senin (24/10/2022) lalu, ia ditemukan sudah tak bernyawa di kebun miliknya, sekitar 3 kilometer dari perkampungan.
Kapospol Lebatukan, Aipda Viktor D. Lay, SIKom dan Bhabinkamtibmas Desa Atakowa, Bripka Merdison Paut yang terjun ke lokasi penemuan mayat Yosefina Bulu, melaporkan bahwa korban ditemukan seorang diri di kebun miliknya, dan dievakuasi warga ke rumahnya di Desa Lewoeleng.
Almarhumah Yosefina Bulu selama ini tinggal bersama lima anaknya di rumah. Suaminya sedang mengadu nasib ke Kalimantan, sejak dua bulan lalu. Sehingga ia menjadi single parent bagi kelima anaknya, dua diantaranya kembar.
Saksi Monika Sawa, 70 tahun, menuturkan, sekitar pukul 08.00 Wita korban pamit pada saksi untuk pergi ke kebun yang berjarak sekitar 3 km dari rumah korban. Ia hendak membersihkan kebun korban guna menghadapi musim tanam. Korban Yosefina Bulu menitipkan anak kembar korban untuk menjaga saksi Monika Sawa.
Baru satu jam meninggalkan rumah, mama Monika Sawa memperoleh informasi kalau Yosefina Bulu meninggal dunia. Sekira pukul 09.11 Wita, informasi itu diperoleh. Saksi sama sekali tak menyangka kalau Yosefina Bulu akan meninggalkan kelima anaknya untuk selama-lamanya. Sebab, menurut dia, selama ini korban baik-baik saja. Yosefina Bulu tidak pernah mengalami sakit apapun. Juga, tidak pernah ada persoalan apapun.
Saksi Marselinus Laga menerangkan bahwa dirinya bersama dengan saksi Petrus Pira sudah berada di kebun mereka sendiri yang berjarak sekitar 30 meter dari kebun milik korban Yosefina Bulu. Mereka melihat korban berjalan kaki menuju kebunnya yang terletak pada lereng bukit yang agak terjal.
Beberapa menit kemudian, saksi Marselinus Laga dan Petrus Pira mendengar suara menjerit dari arah kebun korban Yosefina Bulu. Sehingga mereka berdua langsung mendekati asal suara jeritan. Saksi Petrus Pira adalah ipar korban. Mereka mendapati korban sudah berada di dalam pondoknya, dan tampak kejang-kejang di atas tanah. Keduanya membodong korban ke atas bale-bale (tempat tidur kayu) dan membersihkan wajah korban yang penuh tanah.
Saksi Marselinus Laga langsung menghubungi Mama Kristina Sawa melalui sambungan telpon selular. Informasi itu langsung menyebar di kampung Lewoeleng. Beberapa warga masyarakat langsung bergerak ke tempat kejadian.
Mendengar kabar soal kondisi Yosefina Bulu, saksi Fransiskus Beni, 25 tahun, dan saksi Donatus Laga, 70 tahun, langsung mendatangi kebun Yosefina Bulu. Mereka mendapati korban Yosefina Bulu yang sudah tak sadarkan diri. Donatus Laga yang dikenal sebagai dukun kampung, mencoba memberi pertolongan dengan obat kampung, dan membaringkan korban di atas bale-bale. Selang beberapa menit, Donatus mengecek kondisi korban dengan memeriksa nadinya, namun nyawa Yosefina Bulu tak teryolong. Dia telah meninggal dunia.
Keluarga Yosefina Bulu menerima kematiannya sebagai musibah. Mereka menolak untuk dilakukan otopsi terhadap jasad almarhumah. Korban dibawa dengan tandu darurat ke rumahnya untuk disemayamkan. (AN-01)