Ketangguhan suami isteri, Yosep Hormu dan Alin dalam membuka usaha patut ditiru. Soalnya, di tengah gencarnya pemberitaan mengenai ribuan ekor babi yang terserang virus ASF, mereka malah tetap survival. Kerja keras mereka dengan tetap jualan babi bakar patut diacungkan jempol.
Saat disambangi di lapak jualannya, di Kelurahan Sarotari, Kecamatan Larantuka, Alin, pemilik Lesehan Babi Bakar menyampaikan bahwa warung miliknya ini didirikan pada tahun 2020 lalu. “Di sini ada lima karyawan yang bekerja. Lesehan ini saya bangun tahun lalu,” ujar perempuan kelahiran Kota Karang Kupang ini.
Sebelum menggeluti usaha Lesehan Babi bakar, Alin sempat menjadi seorang MUA (Make Up Artist), juga punya usaha bridal dan wedding organizer. Namun, di awal-awal tahun 2020, ia malah banting stir dengan membuka usaha lesehan babi bakar.
Usaha babi bakar tersebut mendapat tempat di hati masyarakat Flores Timur, dengan jumlah pembeli yang lumayan banyak. Walau demikian, isteri dari Yosep Hormu tersebut tak besar kepala. Ia malah menceritakan bahwa awalnya ia bangun usaha tersebut dengan jual online seperti RW bebek. Merasa tak puas, Alin mencoba masakan baru yakni RW anjing.
Alin mengaku, babi yang dijual biasanya dibeli dari orang-orang sekitaran wilayah Larantuka. Dan, mereka beli babi satu ekor dalam keadaan utuh tanpa dileis (dipotong bagian-bagian untuk dijual). Hal itu terjadi di tahun 2020. Tahun 2021, dengan adanya virus ASF mereka lebih hati-hati membeli babi. Ia mengaku babi yang dibeli harus dipastikan apakah babi itu sehat atau tidak.
Untuk itu, mereka beli babi miliknya Pak Fian, salah satu dokter hewan yang berkediaman di Weri. “Kami pilih babi yang dipastikan harus sehat. Untuk itu, kami pilih babi dari dokter hewan, pak Fian,” jelasnya.
Perempuan berdarah Kupang tersebut mengaku mendapat dukungan penuh dari suaminya Yosep Hormu, yang juga merupakan salah teknisi di bidang kelistrikan dan instalatir.
Ia jual babi bakar satu porsi dengan harga Rp. 60.000, dan juga paketan nasi sayur dengan harga Rp.30.000.
Ketika ditanya mengapa pilih jualan lesehan babi bukan jualan yang lain ? Ia menjelaskan pilihan itu tergantung peluang.
Ya, “Memang disini ada jual babi juga. Tapi kita lihat peluang. Ada yang khas dari menu ini yang harus kita tawarkan ke orang,” tukasnya.
Alin percaya usaha yang dia rintis tidak lepas dari campur tangan Tuhan. Ia malah percaya hidup manusia Tuhan sudah atur, kemana arah kita melangkah selalu percaya Tuhan.
“Hidup ini Tuhan su ator. Masing-masing orang punya berkat sendiri-sendiri. Punya jalan ju, Tuhan su ator,” pungkasnya.
Dia berharap ada kerjasama pemerintah dengan usaha-usaha UMKM. “Kedepan kita saling mendukung. Mungkin usaha-usaha dana disalurkan tepat sasar. Untuk itu, harus ada obrolan ringan ke lapangan dengan usaha-usaha kecil,” ucap dia.
Wanita yang mengaku baru tiga tahun berada di Kota Reinha Larantuka tersebut, tidak pernah takut ancaman virus ASF yang mematikan babi. Malah, ia tetap berusaha menghidupkan lesehan babi bakar di tengah situasi sulit tersebut.
“Takut wajar tapi jangan jadi bumerang. Segala sesuatu yang katong buat selalu percaya Tuhan. Kadang kita lupa bersyukur mau banyak rejeki atau sedikit harus tetap bersyukur,” bebernya.
Ketika ditanya soal penghasilan, isteri dari Yosep Hormu tersebut mengaku dengan jual babi dia bisa mendapat keuntungan Rp.2.000.000 keatas sesuai dengan permintaan. “Ya soal untung rugi ini kan pasang surut. Karena ada permintaan maka kita layani. Kalau penghasilan, biasanya dua ke ataslah,” tutup Alin. (Yurgo Purab)