Jumad, 23 September 2022
Pkh.3:1-11 ; Luk.9:18-22
PW St. Padre Pio, Imam
“Untuk segala sesuatu ada waktunya”
(Pkh.9:18)
Hidup ini dinamis, terus bergerak dan berubah. Antara rencana dan harapan, kerja dan istirahat, sehat dan sakit, sukses dan gagal, hingga tiba pada perubahan yang hakiki yakni dari hidup yang sementara menuju yang abadi.
Dinamika demikian senada dengan kata-kata pengkotbah, bahwa “segala sesuatu ada waktunya”. Artinya tak ada yang abadi dalam hidup ini. Segala yang berharga dan dibanggakan akan berlalu. Ada awal untuk memulai, ada waktu untuk menikmati dan mengucap syukur, dan ada waktu penghujung untuk mengakhiri.
Waktu, memberi kita segala, untuk mengembangkan hidup. Namun dalam waktu pula, kita mesti belajar melepaskan segala. Karena jika sudah tiba waktunya, semua akan diambil, termasuk yang sangat berarti bagi kita, yakni hidup kita.
Waktu, menempa kita jadi dewasa, bijak dan ulet, melalui setiap ujian hidup. Maka benar kata pepatah tua, “manis jangan lekas ditelan, pahit jangan lekas dimuntahkan”. Belajar selektif dan bijak, agar tidak lupa daratan atau jadi ekstrim. Sebab pada setiap hal yang menyenangkan, yang membuat bangga, kadang justru jadi sandungan dan petaka. Tapi ingat, Tuhan kerap menyimpan berkat dibalik air mata dan keluh kita.
Waktu, adalah modal hidup. Maka mesti dimanfaatkan sebaik mungkin. Menyia-nyiakan waktu, berarti membuang berkat atau sukses yang sudah tersediah.
Ingat kata orang bijak, “Waktu terlalu lambat bagi orang yang menunggu, terlalu lama bagi orang yang berduka, terlalu cepat bagi orang yang bergembira”. Maka jangan membuang waktu hanya sekedar meratapi kesedihan dan kegagalan. Tetaplah optimis, Tuhan akan menjadikan segalanya indah pada waktunya” (ay.11).
Tuhan memberkati. SALVE.***
RD. Wens Herin
Amin🙏🏽
Trima kasih atas renungan hari ini KK Romo😇