Aksinews.id/Larantuka – Kasus kekerasan terhadap Ibu dan Anak di Kabupaten Flores Timur pada tahun 2022 ini menunjukkan penurunan yang signifikan dibanding tahun sebelumnya, 2021. Tahun ini, terdata hanya 4 (empat) kasus. Padahal, tahun 2021 silam, mencapai 31 kasus.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Perlindungan Anak pada Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Flores Timur, Yohana Tukan, kepada wartawan di Larantuka, Senin (20/6/2022).
Ya, “Tahun 2021. Kasus kekerasan terhadap anak ada 31 orang, 29 kasus diselesaikan tahun 2021, sedang 2 kasus diselesaikan di tahun 2022. Ada 13 kasus persetubuhan, 7 kasus pencabulan. Dua kasus berkekuatan hukum. 7 kasus laka lantas anak (diversi ke kepolisian) dan dua kasus penganiayaan (diversi ke pengadilan),” ungkap Yohana.
Kepala Seksi Kesehatan dan Kesejahteraan Anak, Fortunaltus Gunu Kelen menambahkan, tahun 2022 ini, ada 4 kasus kekerasaan terhadap perempuan (KDRT) di Kabupaten Flores Timur. Hal itu diketahui dari laporan Simfoni (Sistem Informasi Online) PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak).
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Flores Timur, Sri Ardi Rahaju, S.Sos. MAP mengatakan, masyarakat Flores Timur, ketika mengalami kekerasan belum banyak yang tahu kemana mereka harus melapor peristiwa yang dialaminya.
Banyak yang tahu, kata Rahaju, lapornya ke kepolisian. Padahal di Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Flores Timur, juga ada perlindungan. Sehingga jika ada yang melapor ke sini, pasti akan diberikan dampingan.
“Soal kekerasan terhadap perempuan dan anak, kami ada kegiatan di desa-desa dan mereka senang. Sebenarnya mereka pingin tahu, pingin melaporkan tetapi mau ke mana? Padahal kami bisa dimintai dampingan. Misalnya, ada kasus yang perlu kita tangani bersama-sama, mari kita tangani bersama. Karena dampaknya bukan hanya hukum saja tetapi pada kesehatan,psikologisnya, dan juga sosialnya,” tandasnya. (AN-02)