Aksinews.id/Lewoleba – Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lembata, Anselmus Asan Ola menegaskan bahwa penyusunan muatan lokal berbasis budaya daerah sendiri hampir rampung. Ini untuk mendukung orientasi pendidikan di Lembata kepada pembentukan karakter atau mental peserta didik.
Hal itu diungkapkan Anselmus Asan Ola saat menyampaikan sambutan pada acara pembukaan rekoleksi atau pendalaman iman siswa-siswi Katolik pada SMPN 4 Nubatukan di Hotel Anisah, Lewoleba, Lembata, Senin (23/5/2022). Kegiatan ini merupakan kerjasama SMPN 4 Nubatukan dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lembata.
Menurut Anselmus Asan Ola, para peserta didik sekarang ini menampakan perilaku yang jauh dari harapan. “Sekarang tabrak saja, tidak tegur. Saya tidak salahkan anak-anak 100%. Ini tyanggungkawab kita semua. Kalau kita terlena dengan sistem yang ada sekarang, minta maaf, 20 tahun yang ditargetkan bapak Uskup (Larantuka) kita tidak tercapai,” ujarnya.
Dikatakan, pembentukan mental siswa bukan hanya tanggungjawab guru semata-mata. Sebab, guru bersama siswa hanya lima jam di sekolah. Ada 19 jam siswa bersama keluarga dan masyarakat. Tidak elok jika tanggungjawab hanya dibebankan kepada guru.
Ya, “Itu bukan hanya tanggungjawab guru. Saya minta kepada Romo Deken, agar pastoral sekolah kembali dihidupkan. Cukup bapak pastor datang ke sekolah dengan identitas kebesaran, pake jubah datang ke sekolah, biar tidak usah omong dengan anak-anak juga, itu pasti ada rasa lain,” ucap Anselmus Asan Ola.
Dia mengingatkan bahwa pendidikan tidak lagi sekedar mengejar angka-angka hasil ujian. Ya, “Sistem kita bukan lagi mengejar angka, tapi mengejar nilai. Kalau hanya mengejar angka maka sekedar untuk naik kelas, untuk lulus. Tapi bagaimana Anda bisa berhasil kelak itu sangat terpegantung pada mental dan kepribadian anda,” ujarnya, di hadapan 292 siswa siswi Katolik SMPN 4 Nubatukan.
Oleh karena itu, sambung dia, “Saya geser orientasi pendidikan kita. Kalau dulu mendahulukan otak, sekarang saya geser agar kita benahi mental. Karena dengan mental yang baik, maka otak juga pasti akan terisi. Saya yakin kalau kita bentuk mental secara baik, maka otak mereka juga akan pintar. Saya yakin itu”.
Menurut dia, Ada tiga nilai yang patut ditanamkan pada siswa. Yakni, nilai agama, nilai budaya daerah sendiri, dan nilai-nilai Pancasila.
“Sekarang sedang dalam tahap finalisasi kurikulum lokal berbasis budaya. Bagaimana anak-anak dibentuk berdasarkan adat dan budaya kita,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Tata Usaha Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lembata, Andreas Sakera dalam arahannya sebelum membuka kegiatan pendalaman iman, menegaskan bahwa kantor Kemenag tidak hanya menangani pendidikan agama Katolik tetapi juga pendidikan umum bernuansa Katolik.
Sesungguhnya, kata dia, Kemenag menjalankan dua fungsi besar. Pertama fungsi agama dan kedua fungsi pendidikan. Fungsi agama, dilihat dari program yang diemban menjaga dan memelihara kerukunan. Lebih favorit lagi program moderasi beragama.
Moderasi beragama di 2020 sudah dicanangkan dalam RPJMN 2020-2024. Inspirasi program datang dari Menteri Agara dan masuk dalam RPJMN.
Urusan keagamaan, kata Andreas Sakera, Kemenag menangani penyelenggaraan haji, membangun kemitraan, kolaborasi, dan koordinasi pimpinan lembaga agama dan pemberian bantuan kepada lembaga agama.
Sementara terkait fungsu pendidikan, kantor Kemenag menyelenggarakan pendidikan agama dan keagamaan.
“Fungsi besar ini di pendidikan menyelenggarakan itu dan dua fungsi besar ini berada di semua unit teknis karena berkaitan dengan program Kemenag dan ada di program unit teknis. Sehingga di Kementerian Agama ada di Direktorat Jenderal yang jalankan dua fungsi tadi,” jelas dia.
Sementara fungsi khusus, lanjutnya, program diterjamahkan dirjen dan khusus Katolik di Bimas Katolik mengemban fungsi keagamaan dan fungsi pendidikan dan diterjemahkan unit di kabupaten di Seksi Pendidikan dengan melakukan kolaborasi untuk selenggarakan kegiatan pembinaan lewat bantuan pendidikan untuk pengembangan pembinaan iman katolik, seperti yang dilaksana oleh SMPN 4 berupa bantuan Rp75 juta.
“Program ini sejalan dengan Dirjen Binmas Katolik untuk menjadikan 100 persen Katolik dan 100 persen Pancasilais dalam konteks Bhineka Tunggal Ika dan dikembangkan di daerah,” tegas Andreas Sakera.
Ia mengapresiasi SMPN 4 Nubatukan yang menyambut baik kegiatan ini dalam menjawab visi dan misi Binmas Katolik menciptakan umat beragama yang 100 persen Katolik dan 100 persen Pancasilais.
Kegiatan pembinaan siswa Katolik diselenggarakan Kantor Kementerian Agama Lembata diikuti 292 siswa SMPN 4 Nubatukan.
Pada kesempatan itu, Andreas Sakera mewakili kepala kantor Kemenag Lembata menyerahkan bantuan senilai Rp75 juta kepada SMPN 4 Nubatukan yang langsung diterima Kepala Sekolah, Dra. Nonna Maria S. Boleng.
Ketua Panitia Pelaksana Kegiatan, Lambertina Saku, SPd menjelaskan bahwa bantuan kantor Kemenag menjadi porsi terbesar dalam membiayai kegiatan tersebut. Pihak sekolah hanya menanggung biaya sebesar 25 persen.
Rekoleksi ini sepenuhnya dipimpin ketua Komisi Pastoral Keluarga Keuskupan Larantuka, RD Benediktus Belawa, yang menerapkan pola pembelajaran milineal. Diharapkan pola pembelajaran yang diterapkan bisa diminati para siswa SMPN 4 Nubatukan.
Menariknya, kepanitiaan kegiatan ini melibatkan para guru dan siswa non Katolik. Hal ini diharapkan bisa menumbuhkan iklim moderasi umat beragama di SMPN 4 Nubatukan.(AN-01)