Aksinews.id/Lewoleba – Potensi pendapatan daerah senilai Rp 600 juta lebih bakal hilang dari Lembata. Hal ini terjadi jika kinerja pelayanan kesehatan di Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tidak segera diperbaiki.
Kepala BPJS Kesehatan Cabang Maumere, I Gusti Ngurah Arie Mayanugraha menyebutkan potensi pendapatan ini berasal dari pembayaran dana kapitasi oleh BPJS Kesehatan. Sejumlah dana tersebut akan dibayarkan sebagai konsekuensi kepesertaan penduduk Lembata sebanyak 140.935 orang pada lembaga berplat merah itu.
Arie, demikian sapaan akrab I Gusti Ngurah Arie Mayanugraha, menyampaikan itu dalam Pertemuan Evaluasi Pelaksanaan Kapitasi Berbasis Kinerja (KBK) di aula Hotel Palem Lewoleba, Lembata, Rabu, (20/04/2022). Menurut Arie, pendapatan daerah yang berpotensi ‘lost’ itu dihitung dari rata-rata ‘lost’ kapitasi per bulan pada tiga bulan pertama dalam tahun ini.
“Sejak Januari 2022, ada potensi pembayaran sebesar lebih dari Rp 50 juta yang akhirnya tidak dibayarkan. Dengan demikian, dalam tiga bulan pertama ini ada potensi pembayaran yang hilang sebanyak Rp 156 juta lebih,” urai Arie dengan nada kesal.
Lebih lanjut, pria kelahiran Pulau Dewata itu menuturkan, tidak terbayarnya dana kapitasi tersebut terjadi karena BPJS Kesehatan telah lama menerapkan pembayaran dengan sistem Kapitasi Berbasis Kinerja. Di dalamnya ada tiga indikator yang menjadi tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan di setiap Puskesmas. Ketiga indikator tersebut adalah angka kontak (kunjungan) peserta sehat dan sakit, rasio rujukan non spesialistik dan rasio peserta prolanis (hipertensi dan DM) yang terkendali.
“Jadi masing-masing indikator sudah punya nilai ambang batas yang harus dipenuhi oleh setiap Puskesmas. Ini kita buat supaya semua fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia punya satu standar. Kalau tidak maka akan ada perbedaan kualitas pelayanan di setiap daerah. Itu tidak adil,” tutur Arie di tengah-tengah paparan materinya.
Adapun indikator-indikator sebagaimana disebutkan di atas sangat berpengaruh terhadap besarnya realisasi pembayaran dana kapitasi. Jika ratingnya tinggi, persentase dana yang dibayarkan juga pasti besar. Bahkan bisa sampai seratus persen dan sebaliknya.
“Di Lembata, dalam tiga bulan pertama tahun ini, ratingnya rata-rata masih rendah. Konsekuensinya, nilai dana kapitasi yang dibayarkan pun rata-rata masih di bawah 95 persen,” ungkapnya.
Sebagaimana rilis yang dikirim ke media ini, pertemuan yang dibuka secara resmi oleh Plh. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata, Markus Kwihal, SKM itu menghadirkan para Kepala Puskesmas dan petugas penginput data p’care se-Kabupaten Lembata.
Dalam arahan singkatnya, Markus mendorong semua petugas terkait untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Dia juga mengharapkan agar hasil evaluasi hari ini bisa menjadi referensi pokok dalam perbaikan kinerja dalam pelayanan kesehatan ke depannya.(DK/AN-03)