Oleh Syl witin
Guru dan Pegiat Literasi SMA Negeri 1 Larantuka
Media sosial dalam minggu-minggu terakhir ini selalu dihebohkan dengan tampilnya seorang sastrawan sekaligus penulis dan pegiat literasi, yaitu Heri Hendrayana atau biasa disapa GOL A GONG (nama penanya).
Sejak pertemuan perdananya dengan sejumlah sekolah dan para pegiat literasi, bahkan bersama Wakil Bupati Flores Timur, Agus Payong Boli, SH, MH, MP di gedung Multy Event Hall Keuskupan Larantuka beberapa minggu lalu, yang berakhir dengan safarinya ke beberapa sekolah dan taman baca di seputaran kota Larantuka dan sekitarnya.
Hery Hendrayana (GOL A GONG) adalah seorang sastrawan Indonesia, pendiri Rumah Dunia di Serang, Banten, hingga ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM). Beliau dilahirkan di Purwakarta, Jawa Barat.
Pada tahun 1965, Gol A Gong pindah ke Serang, Banten. Kedua orangtuanya berprofesi sebagai guru. Nama Gol A Gong ini merupakan nama pemberian dari dirinya yang mengandung arti yang penuh inspirasi, yaitu semua kesuksesan itu berasal dari Tuhan.
Kata Gol diambil dari ungkapan dan ekspresi syukur yang diucapkan oleh bapaknya, pada saat karya tulisannya langsung diterima oleh penerbit. Huruf A mengandung makna semua berasal dari Tuhan, dan kata Gong diambil dari harapan serta mimpi ibundanya agar tulisannya bisa didengar oleh semua orang ibarat bunyi alat musik gong.
Pada tahun 1998, Gol A Gong mendirikan komunitas kesenian Rumah Dunia yang terletak di belakang rumahnya, di kompleks Hegar Alam, Ciloang, Kota Serang, Banten. Beliau menyebarkan virus “Gempa Literasi”, yaitu gerakan kebudayaan menghancurkan kebodohan lewat kata (sastra dan jurnalistik), suara (musik), rupa (teater dan film), dan warna (melukis).
Beberapa kegiatan Gempa Literasi yang diinisiatif dan diprakarsai oleh Gol A Gong diantaranya orasi literasi, pelatihan hibah buku, aneka lomba literasi, penerbitan, bedah/peluncuran buku, hingga bazar buku.
Gol A Gong yang adalah seorang penulis novel dan memiliki segudang pengalaman di dunia literasi, meskipun dengan keterbatasan dirinya sebagai seorang disabilitas daksa mampu memberikan diri, waktu dan tenaganya bersafari dari daerah yang satu ke daerah lainnya, dalam negeri maupun luar negeri. Ini dilakukan hanya untuk memotivasi dan menginsprasi khalayak untuk mengenal literasi itu sendiri, yang selalu berawal dari hal-hal yang sederhana tetapi selalu mengilhami dan memotivasi orang banyak.
Gol A Gong juga di satu sisi tidak hanya memandang bahwa literasi itu hanya sebatas dideklarasikan saja atau hanya sebatas wacana atau dengungan melulu tetapi lebih dari itu literasi in se adalah aksi atau gerakan nyata yang langsung dieksekusi ke dalam tindakan riil sesuai kondisi yang aktual dan kontekstual.
Safari Gol A Gong ke setiap sekolah di kota Larantuka dan daerah di seputarannya sebenarnya memberikan makna dan pesan yang sangat mendalam yaitu bahwa kini saatnya aksi literasi itu mesti diwujudnyatakan oleh para insan pendidikan dan juga semua orang yang ingin belajar untuk mengisi hidup di atas dunia yang penuh dengan perjuangan ini. Tim Safari Literasi Duta Baca Indonesia – Perpusnas RI, telah datang ke Flores Timur dan bersafari sembari memotivasi dan menginspirasi kesadaran dan gerakan literasi mulai dari hal-hal kecil dan sederhana.
Kini, mereka telah mengakhiri safari mereka di bumi Lamaholot. Pertanyaan mendasar yang selalu terlintas rapih di setiap benak kita adalah “What ist the next?”. Beberapa tahun yang lalu, ketika Najwa Shihab melakukan kunjungan dan safarinya sebagai Duta Literasi Nasional ke Pulau Lembata, saat itu Lembata langsung mendeklarasikan diri sebagai kabupaten Literasi.
Saat itu Lembata pun dinobatkan dan dideklarasikan sebagai Kabupaten Literasi. Lain halnya dengan Flores Timur, kabupaten yang sempat dilalui oleh Najwa Shihab saat mendarat di bandar udara Gewayan Tanah saat berkunjung ke Kabupaten Lembata.
Saat itu muncul ide dan gagasan dari beberapa pegiat literasi yang meminta pemerintah untuk segera mendeklarasikan Flotim sebagai Kabupaten Literasi. Pertanyaannya, apakah hanya sebatas deklarasi? Tentunya tidak. Hal ini terlihat dengan jelas dalam aksi dan atau gerakan nyata di setiap sekolah dan komunitas-komunitas baca dengan kegiatan yang bersentuhan langsung dengan literasi itu sendiri, misalnya membaca, menulis, bedah buku, seminar dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bernuansa literatif. Ini satu kemajuan yang mesti diapresiasi.
Aksi literasi di setiap lembaga pendidikan akhir-akhir ini juga semakin gencar dan tidak hanya sebatas wacana, tetapi lebih dari itu sudah merupakan aksi atau gerakan nyata dan bahkan sudah menjadi budaya atau kultur sekolah. Ada sekolah yang sudah menjadwalkan kegiatannya secara periodik dengan kekhasan sekolahnya masing-masing. Misalnya, kegiatan menjelang dan pada bulan bahasa atau perayaan-perayaan penting lainnya. Sementara itu, ada juga sekolah yang kelihatan masih adem-adem berupaya untuk menghidupkan nuansa literatif di sekolahnya.
Kunjungan atau safari Gol A Gong sebagai Duta Baca Nasional dan tim dari Perpusnas RI ke bumi Lamaholot khususnya dan NTT umumnya, tidak hanya sebatas perjalanan atau safari melulu yang berakhir dengan kembalinya mereka ke daerah asal mereka masing. Safari mereka itu sebenarnya mau memotivasi serta menginspirasi khalayak ramai umunya dan setiap penghuni komunitas di setiap lembaga pendidikan formal maupun non formal untuk selalu mencintai dunia literasi itu sendiri.
Mereka tidak menawarkan pelbagai konsep atau wacana yang begitu cemerlang, tetapi lebih pada bagaimana kita menghidupkan semangat serta gerakan literasi itu sebagai sebuah kebiasaan yang membudaya (culture). Peserta didik mesti selalu diberi ruang untuk selalu berkreasi kapan dan di manapun mereka berada.
Berkaitan dengan safari Gol A Gong dan Tim dari Perpusnas RI ini maka ada beberapa pikiran penting yang mesti diperhatikan, antara lain, pertama, Bagi Perpustakaan Daerah Kabupaten Flores Timur, diharapkan untuk menata dengan baik sebuah gedung perpustakaan di tengah kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur, dengan sarana dan fasilitas berupa buku-buku bacaan dan literatur lainnya yang menunjang tumbuhnya iklim literasi di daerah tercinta ini.
Selain itu, Perpustakaan Daerah ini juga mesti selalu menyediakan ruang bagi publik dan generasi muda untuk mengembangkan kemampuan literasinya, antara lain kegiatan seminar, bedah buku, lomba pidato, mendongeng dan juga kegiatan perlombaan lainnya yang mengarah ke gerakan literasi itu sendiri.
Kedua, sangat diharapkan agar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Daerah mesti melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung tumbuhnya kesadaran setiap insan pendidikan untuk berliterasi, Memberikan ruang bagi guru dan siswa untuk berkreasi dan berliterasi.
Ketiga, setiap sekolah atau lembaga pendidikan harus membiasakan diri dengan kegiatan-kegiatan ilmiah dan juga perlombaan-perlombaan yang membutuhkan keterampilan dan daya kreativitas anak untuk berkompetisi dalam setiap ajang. Ketika ruang kreasi itu dibuka maka pasti akan muncul aksi dan gerakan nyata yang mencerminkan gerakan literasi itu sendiri. Mari, kita ikuti dan contohi Gol A Gong yang selalu cinta akan literasi dan selalu menjadikan literasi itu sebagai sebuah aksi atau gerakan nyata yang tidak hanya sebatas wacana atau slogan saja.***
Terima kasih Pa Sil…saya barusan selesai baca Pa.Semua aksi nyata dan gerakan literasi sudah dibuat oleh SMAN I Larantuka.Terbukti dan terukur sampai ke Ende kota Pancasila.Kami di sekolah sudah mulai namun masih skala kecil.semoga pada waktu mendatang kegiatan praksis literasi membumi di setiap sekolah dan desa melalui kegiatan riil dalam bulan bahasa.Kita belajar dari kelebihan sesama pendahulu,penggiat literasi seperti Pa Hery itu.Sekolah perlu memiliki kekhasan dalam kegiatan ekstrakurikulernya sehingga potensi bawaan siswa,kreativitas dan keterampilan mereka terbina dan terbentuk dalam dan melalui kegiatan literasi dan numerasi di lembaga.Semangat ini perlu ditanamkan dan menjadi motivasi bagi kita untuk mulai menggali dan menulis,mendokumentasikan kekayaan budaya lamaholot untuk dijadikan buku sehingga pada masa mendatang muatan lokal dapat bermakna dalam karya guru dan siswa di setiap sekolah,lewotana seperti yang sudah dimulai oleh beberapa sekolah di flotim itu.Proficiat…sekolah yang sudah memberikan contoh dan menjadi inspirator gerakan literasi dan numerasi di flores timur ini.salam merdeka belajar.
Tetap semangat dan terus berkarya.
Terima kasih apresiasinya. Kita harus terus bahu membahu dalam gerakan literasi ini.