Aksinews.id/Larantuka – Meski ‘dibakar’ terik matahari di siang bolong, puluhan pedagang ikan dan sayuran nekat datang ke kantor Bupati Flores Timur, Kamis (7/4/2022). Mereka mengadukan ulah Sat Pol PP yang membongkar paksa lapak jualan dan menyita ikan jualan mereka.
Para pedagang yang didominasi para ibu rumah tangga tersebut tampak geram atas tindakan Sat Pol PP. Bagaimana tidak? Aparat Satpol PP menendang bak berisi ikan dan merobek terpal yang mereka pakai untuk berteduh dari sengatan matahari guna mengais rupiah.
Mereka datang ke kantor Bupati Flotim menggunakan mobil pick up. Wajah mereka terlihat letih. Keringat mengucur deras di wajah mereka, menyentuh pipi sebagian ibu-ibu yang tengah duduk di lantai, persis di jalan masuk kantor Bupati Flores Timur, kawasan Batu Ata, Larantuka.
Mereka rela duduk di badan jalan, persis di pintu masuk kantor Bupati Flotim. Sambil berorasi ala penjual ikan, mereka merekontruksi cara-cara Sat Pol PP membongkar paksa jualan mereka.
Syukurnya, mereka langsung diterima Wakil Bupati Flores Timur, Agustinus Payong Boli untuk berdialog. Wabup minta agar dialog dilakukan di dalam ruangan, tidak di emperan atau bahu jalan.
Rua Ida Uran (40), seorang pedagang ikan, mengatakan situasi pasar tidak layak. Juga, saluran got serta tembok yang tinggi bikin mereka tidak leluasa berjualan.
“Kami punya pasar ikan itu tidak layak sama sekali. Temboknya harus dijebol, pak. Jalur jalan harus dua arah jalur. Tidak bisa masuk otonya pak. Saluran parit, ketika kita buang air dia tetap mengendap. Memang ada petugas yang kasih bersih, tapi kadangkala kami beli air untuk siram. Tetapi mengendap dan tidak mengalir sampai ke bawah. Tersumbat,” bebernya di hadapan Wakil Bupati Agustinus Payong Boli.
Tak berhenti di situ, Ida Uran juga menuturkan bahwa saat berjualan di dalam pasar, mereka merasa tidak aman. Ia pun merunut beberapa alasannya.
“Pertama, jalurnya hanya satu. Sedangkan kami punya ikan dari TPI itu berat sekali pak. Masak kami turun di jalan lalu angkat ke dalam. Kami ini perempuan. Tidak bisa. Kedua, kami minta jebol tembok pagar itu supaya kami berjualan di tempat yang bisa luas. Kami takut gempa kami bisa lari ke luar, ada kebakaran kami tidak tahu. Tembok tinggi pak, kalau penjualnya malas masuk maka tidak ada orang yang mau beli pak,” tukasnya.
Wabup Agus Boli berusaha menenangkan para pegadang ikan. Dia menyapa para pedagang yang hadir agar tetap tenang. “Sengaja saya tidak menemui bapak ibu di depan karena saya tidak mau kita berpanas-panasan. Alangkah lebih elok jika kita sama berada di ruangan ini diskusi dan mencari jalan keluarnya bersama,” ucapnya.
Seorang pedagang, Siti Hafsah langsung menohok. Dia membeberkan tindakan semena-mena Satpol PP saat melakukan razia.
“Ikan-ikan jualan kami di tendang. Bahkan terpal kami dirobek, dan yang melakukan pengrobekan terpal,” ujarnya, menggerutu.
Saat itu juga, Wabup Agus Boli langsung menegur Kasat pol PP, Agustinus Ola Sabon, agar lebih mengedepankan tindakan persuasif. “Saya minta Bapak Kasat untuk tidak boleh melakukan hal seperti itu. Bagaimanapun mereka masyarakat kita yang harus kita lindungi. Ketika dalam melakukan tindakan juga harus lebih humanis,” ujar Wabup Flotim.
Pedagang lain menimpal dengan suara lantang. “Pak, tadi kan janji bilang beri pembinaan kepada Sat Pol PP yang kasih rusak barang. Sedangkan ada saksi mata yang bilang pak Kasat robek itu. Jadi siapa yang bina siapa,” tanya pedagang perempuan tersebut, dengan kesal.
“Kau bina saya,” timpal Kasat Lantas Pol PP, seolah balik menyerang pedagang perempuan yang bertanya.
“Janji bahwa kamu tidak boleh gunakan jalan, saya lihat nanti,” tambah Kasat Lantas Pol PP, sengit.
“Pak jangan ancam kami,” teriak para pedagang spontan. Suasana makin memanas.
Kasat Pol PP, Agustinus Ola Sabon mengatakan bahwa Satpol PP pernah melakukan beberapa kali teguran. Akan tetapi, kelihatannya tak diindahkan. Bahkan, ada beberapa orang yang sudah menandatangani surat pernyataan di atas meterai, namun masih ada yang tetap beraktivitas juga. Buntutnya, berujung pada pembongkaran tadi.
“Saya turun bukan kali ini saja, saya omong juga bukan kali ini saja. Kami ini petugas, kami punya batas kesabaran, tidak bisa lagi. Bapak wakil, jalan dari atas sampai ke bawah dipenuhi dengan tenda semua masuk ke badan jalan semua,” tandasnya.
Atas keluhan tersebut, Wabup Agus Boli meminta para pedagang agar boleh berjualan di luar sampai selesai Bulan Ramadhan, dan biaya retribusi pasar pun untuk para penjual ikan dihentikan, sambil menunggu tembok pembatas dirobohkan, sesuai permintaan pedagang. “Kebersihan terjaga dan tidak dipungut karcis,” timpalnya, lugas. Selesai berdialog, Wabup Agus Boli langsung terjun ke pasar Inpres Larantuka guna melihat secara langsung situasi mereka di lapangan.(AN-02)