“Ia adalah ahli waris! Mari kita bunuh dia,
supaya warisannya menjadi milik kita” (Mat.21:39)
Jumad, 18 Maret 2022
Kej.37:3-4.12.13a.17b-28 ; Mat.21:33-43.45-46
Prapaska II
Penggarap membunuh ahli waris, memang ironis. Tetapi kisah ini merupakan cara Yesus mengeritik imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi. Orang yang hanya dipercaya sebagai penggarap, tetapi belagak angkuh seperti pemilik. Dan, inilah akar dosa manusia. Yakni kesombongan! Yang membawa kebinasaan hidup.
Kesombongan, membuat mereka lupa diri. Jadi tegar hati dan berlaku nekad, merebut kebun anggur dengan cara sadis. Membunuh si ahli waris dan melemparnya keluar kebun anggur.
Pemilik kebun anggur adalah Allah. Pewarisnya adalah Yesus. Kita adalah ranting-ranting anggur yang tumbuh dan berkembang dalam kebun anggur Tuhan. Yesus diutus Bapa ke tengah kebun anggur kehidupan ini, dan akan menjalani takdirNya sebagai pewaris. Dia ditolak, dihina, menderita dan dibunuh di kayu salib. Tetapi akhirnya, Dia dibangkitkan dan berjaya sebagai pewaris sah. Dan, dalam meterai iman, Dia telah menetapkan kita sebagai warisan yang telah ditebus dan diselamatkan.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa hidup yang kita jalani ini bukan warisan melainkan anugerah. Pemberian cuma-cuma, bukan karena hak kita. Begitu pula pekerjaan, jabatan, rejeki, atau apapun, semuanya adalah anugerah Tuhan. Maka hendaknya kita tetap merendah dan terus bersyukur ke hadirat Allah. Sadarlah bahwa kita sama-sama penggarap, orang yang hanya menerima dan menjalankan kepercayaan.
Hendaknya kita mawas diri. Tak boleh berlebih menepuk dada, agar tidak terperangkap dosa kesombongan. Yang berlebihan fokus pada diri dan menolak berserah kepada Allah. Yang memupuk ego diri dan menumbuhkan persaingan. Persaingan sehat itu baik, tetapi jadi buruk jika mulai sirik, iri hati, saling mendepak dan menjatuhkan. Mari melihat diri dan berbenah di masa prapaskah ini.
Selamat pagi. Selamat beraktifitas. Jalani masa puasa dan pantang kita dengan setia.
Tuhan memberkati kita. SALVE.