Awan hitam pekat di langit kota Larantuka bikin suasana sore hari, pukul 16.00 Wita, Kamis, 23 Desember 2021, kian mencekam.
Punggung gunung Ile Mandiri masih terlihat bersih, meski beberapa menit kemudian sudah ditutupi kabut hingga jarak pandang pun ikut kabur.
Intensitas hujan yang sedari tadi masih gerimis tiba-tiba saja makin keras jatuhnya ke bumi. Sementara itu, bunyi kelebat angin yang menghujam wilayah pesisir pantai dekat pelabuhan amat terasa.
Warga pun panik. Mereka segera menutup pintu dan jendela rumah, sebab beberapa atap seng seperti terangkat naik dan bunyinya amat mengganggu.
Saya tiba di pelabuhan dalam keadaan basah kuyup. Gelombang laut di pelabuhan Larantuka seperti amukan taufan yang amat besar. Beberapa penumpang nekat nyebrang ke pulau tetangga, Adonara melewati pelabuhan laut Tobilota, dengan jarak tempuh 15 menit.
Seorang penumpang di sebelah saya, yang tidak mau disebutkan namanya pun terpaksa membatalkan pelayarannya ke pulau Solor, setelah melihat riak laut yang tak bersahabat itu.
“Iya takut. Saya batalkan saja perjalanan ke Solor,” ungkapnya, singkat.
Warga lainnya juga enggan pulang. Langkah kaki mereka yang kian gegas sedari tadi pun ikut terhenti. Hujan deras. Langit masih hitam dan udara hari itu begitu dingin.
Angin Puting Beliung Timbul di Laut
Sebuah video mengenai angin puting beliung beredar hari ini. Angin puting beliung tersebut tampak di lautan dekat pelabuhan Waiwerang, pulau Adonara. Pada video tersebut, tampak beberapa orang berusaha melarikan diri setelah melihat deburan ombak bergelora di tengah laut. Seperti ada yang menekan permukaan air laut hingga pelan-pelan ikut terbantun ke pesisir pantai.
Angin besar disertai gerimis itu tidak hanya terjadi di Larantuka, Solor, dan Adonara tetapi juga menimpa hampir semua wilayah di Kabupaten Lembata.
Bunyi derit seng dan pintu pun bergetar kencang. Penyintas bencana di Lembata kena imbasnya. Setelah bertahan lama di kebun dengan bantuan rumah sederhana dari Taman Daun dan Keuskupan Larantuka, kini mereka diliputi rasa takut karena terpaan angin besar.
Seorang penyintas bencana asal Desa Amakaka, Kabupaten Lembata nekad mengamankan isteri dan cucunya kedalam sebuah mobil pick up miliknya.
Soalnya hembusan angin kencang kali ini baru pertama kali ia alami sepanjang hidup.
“Angin besar sekali. Saya langsung bawa mereka ke oto. Dan saya ambil tombak untuk tahan seng rumah. Saya baru alami pertama angin sebesar ini,” ujar Nadus kepada Media.
Nadus mengaku, hingga saat ini angin tidak begitu besar seperti yang ia alami tadi, tapi mereka terus mewanti-wanti jika ada peristiwa susulan.
“Semoga cepat dan berlalu dan segera baik kembali alam ini,” tandasnya.(yurgo purab)