Aksinews.id/Denpasar – Mantan Gubernur Nusa Tenggara Timur, Drs. Frans Lebu Raya menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Sangla, Denpasar, Bali, Minggu (19/12/2021) sekitar pukul 13.00 Wita.
Kendati belum ada pihak, baik keluarga maupun pemerintah yang memberikan keterangan resmi, tapi kabar meninggalnya mantan ketua DPD PDI Perjuangan NTT sudah berseliwerangan di media social, baik facebook, whatsapp grup maupun instagram. Ucapan duka membanjir dari berbagai kalangan untuk mantan Wakil Ketua DPRD NTT, dan juga mantan Wakil Gubernur NTT, itu.
Frans Lebu Raya memang dikabarkan sudah menderita sakit beberapa waktu belakangan. Dia sempat dirawat di RS Sanglah, Denpasar, beberapa waktu, sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. Lebu Raya meninggal dunia saat NTT, provinsi yang pernah dipimpinnya selama dua periode, sejak 2008 silam, akan merayakan ulang tahun esok, 20 Desember 2021.
“Kaka Frans meninggal,” ungkap Gusti Brewon, fungsionaris DPD PDI Perjuangan NTT, beberapa saat setelah kabar duka merebak di media social, Minggu (19/12/2021).
Putra Watoone, Kecamatan Witihama, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur ini, sebelum terjun ke dunia politik, tahun 1998, sempat memimpin Yayasan Masyarakat Sejahtera (YASMARA) dan menjadi tenaga pengajar pada Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.
Mantan ketua Senat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Undana Kupang ini menjadi pendiri sekaligus ketua DPC GMNI Cabang Kupang. Juga, pernah menjadi ketua Forum Komunikasi Alumni (FKA) GMNI.
Karier politik dimulai dengan bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia sekitar tahun 1997. Namun beberapa waktu kemudian, PDI mengalami perpecahan di tingkat pusat, antara kubu Soeryadi dan Megawati Soekarno Putri. Lebu Raya memilih bergabung ke kubu pro-Mega, dengan membentuk DPD PDI Pro Mega di NTT, dan menjadi sekretaris mendampingi Anton Haba sebagai ketua.
Pemilu 1999, pemilu reformasi pertama, Frans Lebu Raya terpilih menjadi anggota DPRD NTT dari daerah pemilihan Kota Kupang dan Kabupaten Kupang atau Dapil NTT 1. Waktu itu, Rote Ndao dan Sabu Raijua masih bergabung dengan Kabupaten Kupang. Frans Lebu Raya ditetapkan menjadi Wakil Ketua DPRD NTT.
Konferda PDI Perjuangan di Ende, Frans Lebu Raya terpilih menjadi ketua DPD PDI Perjuangan NTT. Dia dicalonkan menjadi Wakil Gubernur NTT mendampingi Piet A. Tallo, SH periode 2003-2008. Keduanya menang secara dramatis pada pemilihan dalam sidang paripurna DPRD NTT. Tallo – Lebu Raya mengalahkan Viktor Bungtilu Laiskodat – Simon Hayon, dengan cuma unggul satu suara dari 55 anggota DPRD NTT yang memberikan suaranya.
Tahun 2008, Lebu Raya berpasangan dengan Eston Foenay memenangkan pemilihan kepala daerah secara langsung. Lebu Raya – Foenay memimpin NTT selama periode 2008-2013.
Pilkada Gubernur-Wagub tahun 2013, Lebu Raya dan Eston Foenay pisah kongsi. Eston Foenay memilih maju sebagai calon gubernur. Sehingga Lebu Raya memilih pasangan barunya, Drs. Benny Alexander Litelnoni, S.H., M.Si. Lebu Raya – Litelnoni unggul dan memenangkan gugatan hasil Pilkada Gubernur-Wagub NTT di Mahkamah Konsitusi.
Saat menjabat Gubernur NTT, Lebu Raya banyak melakukan gebrakan yang dinilai pro rakyat, dengan Spirit “Anggur Merah” (Anggaran Untuk Rakyat Menuju Sejahtera). Program ini cukup banyak menyerap sarjana masuk desa sebagai pendamping “Anggur Merah”.
Pria kelahiran 18 Mei 1960 itu akhirnya berpulang ke pangkuan Illahi pada hari Minggu (19/12/2021) ini. Belum ada informasi, apakah jenazahnya dimakamkan di kampung halamannya, atau di tempat lain. Ia meninggalkan istrinya, Lusia Adinda Lebu Raya bersama kedua putri tercintanya.
“Kami terus mendukung dalam doa. Semua harus kuat, harus menyiapkan diri untuk menerima kehendak Tuhan. Mungkin bagi kita ini sesuatu yang tidak baik, namun pasti Tuhan memberi yang terbaik untuk almarhum dan kita semua, turut berduka cita mendalam”, ungkap Ketua DPRD NTT, Emilia Nomleni, yang juga ketua DPD PDI Perjuangan NTT.(AN-01)