Aksinews.id/Lewoleba – Sebuah langkah alternatif untuk mensiasati permintaan pasar terhadap ternak babi dilakukan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lembata dengan melakukan inseminasi buatan atau kawin suntik.
Pilihan beroperasinya kembali IB ternak babi ini sebagai salah satu upaya pemulihan ekonomi para peternak babi di tengah pandemi Covid-19 dan peningkatan populasi babi akibat virus ASF, dengan skema, 1 ekor babi pejantan bisa dilakukan pengambilan sperma sebanyak dua kali seminggu.
Dinas Pertanian dan ketahanan Pangan Kabupaten Lembata melaporkan, virus Flu Babi Africa atau African Swine Fever (ASF) yang belakangan melanda negeri ini telah memusnahkan sekitar 20.000 ribu ekor babi di Lembata, dan membuat peternak babi dirundung kegelisaan. Kematian babi mengguncangkan ekonomi di Lembata Krn pakan lokal TDK laku terjual seperti ubian, jagung dan lainnya. Karena itu melalui Bidang Peternakan pada Dinas Pertanian dan ketahanan Pangan Kabupaten Lembata kembali melaksanakan program inseminasi buatan (kawin suntik) bagi ternak babi betina.
Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab. Lembata, Petrus Kanisius Tuaq, di ruang kerjanya, Selasa (31/08/21) mengatakan , permintaan pasar terkait ternak babi cenderung meningkat sementara pasokan atau populasi ternak babi melemah akibat ASF, karena itu pilihan alternatif melaksanakan program IB sebagai upaya peningkatan populasi ternak babi wajib dilakukan pihak Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lembata.
Pilihan ini juga menjadi roh dan kekuatan baru untuk pemulihan ekonomi ditengah pandemi Covid-19 terutama bagi para peternak babi.
“Kegiatan inseminasi buatan (kawin suntik) ternak babi ini mulai berjalan sejak kemarin, Senin, (29/08/21), setelah sempat tertunda sejak November 2020 akibat virus demam Afrika (ASF). Sekarang kami aktifkan kembali kegiatan IB ini untuk melayani ternak babi betina milik warga. Kawin suntik ini dilakukan secara gratis,” tutur Kanis Tuaq.
Kanis Tuaq mengatakan, pilihan beroperasinya kembali IB ternak babi ini sebagai salah satu upaya pemulihan ekonomi para peternak babi di tengah pandemi Covid-19 dan peningkatan populasi babi akibat virus ASF, dengan skema, 1 ekor babi pejantan bisa dilakukan pengambilan sperma sebanyak dua kali/ seminggu, itu berarti selama sebulan bisa delapan kali”. Kanis Tuaq juga mengatakan, untuk menjawab kebutuhan pelayanan kawin suntik ternak babi, pihak dinas meminta kepada para peternak babi untuk bisa menghubungi petugas lapangan.
“Kita akan surati para camat. Kita sertakan juga nama dn nomor kontak petugas lapangan demi kemudahan komunikasi bila dibutuhkan. Petugas lapangan dan inseminator kita fasilitasi dengan nomor HP yang dapat dihubungi warga” tegas kanis Tuaq.
Selanjutnya Kanis Tuaq mengatakan, di tengah situasi pandemi saat, pihaknya membebaskan biaya kawin suntik gratis, namun pengganti transportasi bagi petugas dibayarkan. Kalau dalam kota Rp.100.000,- tapi sampai bunting. Kalau ada peternak babi hubungi petugas sampaikan babinya birahi, maka petugas kami akan turun suntik (IB). setelah itu akan dilakukan pemeriksaan setelah 21 hari kedepan. Jika babi tidak birahi lagi berarti sudah bunting. Saat itu bisa dilakukan pembayaran ( transportasi petugas inseminator). Jika gagal maka akan dilakukan suntiukan lagi,” tegasnya.
Sebelumnya menurut Kanis Tuaq, untuk kegiatan kawin suntik ini dikenakan tarif Rp.300.000, sampai dengan Rp.350.000,- namun akibat pandemi Covid jadi harga ini dinilainya terlalu mahal.
“Saya minta warga yang mendengar informasi ini dan memiliki ternak babi betina, agar selalu dipantau waktu birahinya sehingga bisa dilakukan kawin suntik. Silahkan menghubungi Petugas Keswan di setiap kecamatan”, ujarnya. Untuk kegiatan kawin suntik ini pihak Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lembata juga melibatkan para siswa dari SMK N1 Nubatukan dan SMKS St. Ignasius Wairterang-Maumere Kab. Sikka yang sedang melaksanakan Praktek Kerja Lapangan. (prokompim setda lembata)