Aksinews.id/Lewoleba – RD Kristo Soge mengatakan, bila merefleksikan pengalaman hidup bermasyarakat dengan berbagai perkembangan dan kemajuan, maka kita sebetulnya belum merdeka. “Kita memang sudah merdeka dari penjajahan bangsa asing tetapi masih banyak praktek-praktek penindasan yang kita alami, bahkan kita menjadi pelakunya. Bahkan mungkin lebih kejam,” ujarnya dalam kotbah pada perayaan misa syukur HUT Kemerdekaan RI di Gereja Kristus Raja Wangatoa, Senin (16/8/2021).
Misa berlangsung meriah. Diiringi kelompok koor Christo Regi Paroki Kristus Raja Wangatoa yang menyanyikan lagu Indonesia Raya sesaat sebelum misa dimulai dan saat misa berakhir. Misa syukur tersebut disiarkan langsung melalui chanel Youtube Komsos Kristus Raja Wangatoa
Penindasan dan kekerasan baik fisik pun verbal, tegas Rm Kristo, masih terus terjadi. Praktek KKN, pembunuhan fisik dan karakter sesama, politik uang, kuasa dan jabatan, persaingan politik yang tidak sehat yakni dengan cara saling memfitnah, menyebar gosip untuk saling menggunting, saling lapor, politik balas dendam masih juga kita alami dalam hidup berpolitik saat ini.
“Kita juga tidak setia sebagai warga masyarakat ketika kita tahu sesama saudara kita mati tetapi kita tetap melanggar Prokes. Kita tidak setia pada keputusan dan aturan bersama.”
Sebagai orang beriman, lanjutnya, kita percaya bahwa kemerdekaan adalah hadiah dari Allah. Karena itu hendaknya kita mengisi kemerdekaan dengan menata dan membangun sikap, pola, mental dan tingkah laku hidup yang baru. Pertama, sebagai orang terbaptis, kita telah dipanggil untuk merdeka melalui dan oleh Yesus Kristus yang telah membebaskan kita. Sebab itu, hiduplah sebagai orang yang benar-benar merdeka, bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan untuk menyembunyikan kejahatan. Kedua, sebagai warga Allah dan masyarakat Indonesia, kita harus setia dan taat pada hidup dan panggilan kita masing-masing.
Sebagai warga atau pemimpin kristiani, hendaknya menjalankan tugas sebagai nabi, imam dan raja. Sebagai Nabi, kita harus mewartakan dan menciptakan kedamaian di tengah masyarakat, mewartakan kebenaran dan keadilan. Hidup benar dan memperjuangkan kebenaran dan keadilan dan mampu membawa pencerahan bagi masyarakat. “Jadi yang teriak benar, tapi hidup tidak benar, itu belum merdeka, “ujarnya.
Sebagai Imam, lanjutnya, menjalankan tugas dan karya sebagai salah satu bentuk untuk menguduskan diri dan juga mengantar orang pada kekudusan. Hal ini ditunjukan dalam sikap dan teladan hidup yang baik, berlaku adil dan jujur dan bermoral yang baik.
Sebagai Raja, menjadi pelayan bagi semua orang, rendah hati dan bijaksana, menampilkan model kepemimpinan yang baik, mampu membuat perubahan, tidak menciptakan keresahan, kecemasan dan kegelisahan bagi umat atau warganya. Kepemimpinan yang bisa menjamin ketertiban, kenyamanan, ketenangan dan kedamaian dalam masyarakat. Kepemimpinan yang tidak terpengaruh nafsu akan kuasa, tidak sombong dan tidak sewenang-wenang.
“Tugas kita sebagai warga masyarakat Lembata yang merdeka dalam mengisi kemerdekaan adalah membangun tekad bersama untuk memperjuangkan lewo tanah titen Lembata yang Bersatu, berdaulat, adil dan Makmur. Kita harus berusaha memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberikan rasa aman dan damai di wilayah ini. Kita usir dan lenyapkan penjajah-penjajah baru di tengah hidup kita di wilayah Lembata. Pemimpin yang tidak memperjuangkan kepentingan rakyat tapi lebih pada kepentingan diri atau partainya, keserakahan akan kuasa dan jabatan, uang, sikut menyikut, saling melapor, praktek ABS, penyalahgunaan wewenang/jabatan/kuasa, perang di media social yang tidak bertanggungjawab yakni saling terror, fitnah, berita hoax, perang antar akun palsu dan asli, dll.”
Pasa akhir kotbahnya, RD Kristo mengajak umat mengisi kemerdekaan dengan menghidupi nasehat St Petrus: Hiduplah sebagai orang-orang merdeka, bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba=hamba Allah, Hormatilah semua orang, kasihanilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, dan hormatilah raja (pemimpinmu). (fince bataona/ Komsos PKRW)