Bahagia Natal menyelimuti semua kita yang merayakannya, dan kebahagiaan itu terpancar bagai sinar lampu hologen. Semua orang segera menikmati terangnya. Dengan demikian, bahagia Natal tidak lagi menjadi milik kita yang merayakannya. Akan tetapi juga menjadi milik sesama kita yang lain, orang yang secara iman tidak ikut merayakan Natal.
Dan mungkin akibat kuatnya pancaran cahaya kebahagiaan itulah yang memantik iri sebagian kecil orang. Mereka merasa terganggu dengan simbol-simbol Natal yang dipajang pada beberapa tempat, lalu atas nama kelompok agama tertentu mereka turun melakukan razia, melarang orang memajang simbol-simbol Natal, dan menghalangi sesama kita untuk beribadah.
Lalu kita marah? Hehehe… Injil mengajarkan, bahwa apabila pipi kanan kita ditampar, berilah juga pipi kiri. Karena itu biarkan saja, tak perlu marah, tak perlu kecewa, hadirkan sikap masa bodo, atau bodo amat terhadap sikap intoleransinya mereka. Sikap intoleran tidak membuat iman kita menjadi surut, justru malah membuat iman semakin kuat mengakar, menembus wadas bumi.
Sebagai Warga Negara kita tidak punya kuasa untuk membalasnya, biarkan negara melalui aparat keamanan yang bersikap, karena bila sikap intoleren itu dibalas dengan kemarahan maka api perang segera terbakar, dan pesan damai natal musnah dengan seketika. Kenapa merayakan Natal bila damai kita musnahkan?.
Hadirkan sikap bodoh amat terhadap tindakan intoleran, dan munculkan rasa terima kasih. Ketimbang menyampaikan permintaan “Tolong” dan “Maaf”, Kalimat sakti terima kasih yang terkesan reme-temeh itu dalam prakteknya, sulit untuk diucap. Padahal menyampaikan terima kasih tidak saja indah diucap, tetapi mampu menghadirkan damai buat yang mendengarnya. Terima kasih, kata sederhana yang selalu hadir dalam ajaran setiap orang tua, semakin berat tersampaikan akibat ego dan merasa berkuasa atas diri orang lain.
Bila dimaknai dan diamalkan, maka terima kasih bukan saja disampaikan atas orang yang tulus meninggalkan waktu dan kesibukannya untuk membantu kita, bukan saja atas cinta dan hal-hal positif yang kita terima dari saudara dan orang terdekat, tetapi terima kasih pun layak diterima orang yang bertindak buruk kepada kita. Terima kasih layak didapat pelaku intoleran, terima kasih juga pantas disimpaikan buat orang menyakiti kita. Karena atas tindakan negativ fyang kita terima itulah, hidup kita semakin teruji dan atas tindakan negatif itu pula, iman kita semakin dikokohkan.
Hadirkan sikap bodoh amat untuk orang lain yang mencibir dengki, tetapi jangan bersikap bodoh amat untuk menyampaikan terima kasih kita kepada orang lain, sebagai bentuk syukur dan hormat kita atas bantuan dan apapun yang kita dapatkan darinya. Memang lebih mudah meminta tolong dan menyampaikan permintaan maaf, tetapi bila tiga kata sakti, “Tolong”, “Maaf” dan “Terima kasih” hadir menghiasi hidup kita, Damai yang hadir dalam pesan Natal sungguh membawa kebagiaan buat kita.
SELAMAT NATAL 2024
DAMAI DI BUMI DAMAI DI SURGA
Keluarga Elias & Margareth