Sabtu, 09 Maret 2024
Hos. 6:1-6;Luk.18:9-14
Pekan Prapaska III
“Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan”
(Luk.18:14)
Yesus berbicara tentang kesombongan dan kerendahan hati. Sikap yang nampak dalam diri orang Farisi dan pemungut cukai, saat mereka berdoa di Bait Allah.
Orang Farisi, berdiri di depan, membusung dada, banggakan diri, sambil melitani kebaikannya. “Aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan perzinah, bukan seperti pemungut cukai”. Begitu angkuh sampai dalam doa pun masih merendahkan pemungut cukai. Padahal ia juga tentu punya kelemahan dan dosa yang tak ia katakan. Atau lebih tepat, ia tutupi.
Sedang pemungut cukai, berdiri jauh-jauh dibelakang, menunduk dan menepuk dada, menyadari segala dosanya dan dengan rendah hati memohon belas kasih dan pengampunan Tuhan. Doanya dalam diam, “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini”. Ia hanya melihat diri, menepuk dada, sesal dan memohon ampun.
Siapa yang dibenarkan di hadapan Allah? Pemungut cukai. Jawaban yang menegaskan bahwa Allah sesungguhnya berkenan kepada orang yang rendah hati. Meski kadang, karena rendah hati kita diinjak, dilukai dan diremehkan. Namun kerahiman Allah akan meninggikan ketulusan hati kita. Begitu luar biasa cara Allah menilai dan mengasihi kita.
Maka tetaplah rendah hati dihadapan Tuhan dan sesama. Allah akan meninggikan kita, tidak berdasar apa yang dikatakan dan dinilai orang. Karena Allah melihat hati, bukan ucapan. Kisah dua hati di Bait Allah, jadi inspirasi tobat bagi kita. Mari kita berbenah!
Tuhan memberkati. SALVE. ***
RD Wens Herin