Bila ingin menjelajahi daerah baru, Anda harus melewati pelayaran yang tidak menyenangkan. Pepatah kuno tersebut tidak berlaku bagi Anda yang baru pertama kali menjelajahi pulau Solor.
Perjalanan ke Solor selalu aman dan menyenangkan. Selama pelayaran kita dikawal tiga pulau: Flores, Adonara, Lembata. Sepanjang pelayaran kita disuguhi pemandangan yang indah dan memanjakan mata.
Dari kejauhan, terlihat gunung Lewotobi di bagian barat dan Ile Boleng di bagian timur berdiri kokoh menjulang. Sementara pulau Solor yang membentang tegak seolah mengucapkan selamat datang bagi siapa saja yang ingin menjejakkan kaki di Solor.
Pulau Solor menyimpan kejayaan masa lalu. Pulau ini dikenal sebagai penghasil kayu cendana terbaik. Aroma yang harum membuat cendana diburu banyak orang. Wangi cendana Solor menarik minat bangsa Eropa untuk datang. Kayu cendana punya nilai ekonomis yang tinggi. Harganya sangat mahal.
Mulanya bangsa Portugal menjejakkan kaki pada abad ke-15 lalu Belanda datang menyusul pada abad ke-16. Kehadiran bangsa Eropa menorehkan sejarah di tanah Solor. Solor menjadi pusat penyebaran agama. Dari sini, agama Katolik kemudian menyebar ke seluruh Flores dan Nusa Tenggara. Di Solor ada juga benteng Lohayong yang dibangun Portugis.
Sabtu, (17/02/2024) saya berkesempatan mengunjungi pulau Solor. Ini adalah kesempatan pertama saya menginjakkan kaki di pulau yang terkenal dengan wangi kayu cendana ini. Berbeda dengan misi bangsa Eropa dahulu, tujuan saya ke Solor adalah belajar bersama bapa ibu guru di pulau Solor dalam event workshop menulis.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Asosiasi Guru Penulis (Agupena) Flores Timur. SDK Kalike, desa Kalike Aimatan, kecamatan Solor Selatan menjadi tempat workshop ini diadakan.
Pagi itu, karena takut ketinggalan kapal, kurang lima belas menit jam 09, saya sudah berada di pelabuhan Larantuka. Jadwal keberangkatan kapal motor adalah pkl. 09.00. Sebelumnya saya sudah diwanti-wanti oleh Ketua Agupena Flores Timur, Bang Azam Lewokeda agar tidak boleh terlambat ke pelabuhan. Kapal motor ke Solor selalu berangkat tepat waktu. Namun kapal motor baru akan berangkat pkl. 10.00.
Dengan Km. Karya Apolo 2, saya menyusul kru Agupena Flotim yang telah berangkat ke Solor Jumat sore. Penumpang saat itu cukup banyak. Semua kursi penumpang terisi. Kurang lebih 50 menit berada di laut, Km. Karya Apolo 2 akhirnya bersandar di Pelabuhan Pamakayo.
Berbekal informasi yang saya peroleh dari beberapa penumpang di atas kapal motor, dengan Vixon merah kesayanganku, saya meluncurkan ke arah timur. Jalannya beraspal dan mulus. Sepeda motor saya pacu dengan pelan agar saya bisa menikmati pemandangan sepanjang jalan.
Perjalanan di pinggir pantai melewati beberapa kampung. Kampung pertama adalah Ongalereng. Lalu masuk kampung Karawatung hingga tiba di Lewohedo. Dari sini berbelok ke arah kanan.
Perjalanan tidak lagi melewati pantai. Jalan mulai menanjak. Menuju ke dataran yang lebih tinggi. Ketika sampai di cabang pasar Kowo, saya mengambil jalur kanan hingga tiba di desa Kalike Aimatan.
Ketika memasuki halaman SDK Kalike, saya sangat terpesona dengan sekolah ini. Di bawah kepemimpinan kepala sekolah muda nan energik Alfius Sabon, sekolah ini menjadi asri. Halaman sekolah penuh taman yang ditata dengan baik. Lopo-lopo dibangun di halaman sekolah. Ada pojok literasi. Ada juga taman doa. Tulisan kata-kata motivasi terpampang di beberapa sudut taman.
Suasana di SDK Kalike membuat siapa saja yang datang merasa at home. Tidak salah sekolah ini mendapat penghargaan sebagai sekolah inovatif dalam penataan taman sekolah dari PGRI Kabupaten Flores Timur pada tahun 2022.
Kedatangan saya disambut ketua Agupena Flores Timur, Agusalim Bebe Kewa dan wakil ketua Agupena Flores Timur, Tobias Ruron yang saat itu sedang menikmati minuman di “lopo” yang berada di depan kantor kepala sekolah.
Saya beristirahat sejenak sambil menikmati teh hangat yang disuguhkan sebelum bergabung bersama peserta workshop. Kegiatan workshop sudah sedang berlangsung.
Dalam workshop ini, bapa ibu guru dibimbing untuk menulis praktik baik yang telah dilakukan. Outputnya adalah tulisan praktik baik yang akan diunggah ke Platform Merdeka Mengajar (PMM). Para guru peserta workshop dibagi dalam lima kelompok untuk memudahkan pendampingan menulis dan memperlancar diskusi.
Dibimbing oleh Pak Alfius dan dibantu pak Toni dan ibu Yun Deornay, bapa ibu guru berdiskusi dan menulis praktek baik yang telah mereka lakukan di sekolah. Teman-teman pengurus Agupena yang hadir juga terlibat memperlancar diskusi dan memberi masukan bagi tulisan bapa ibu guru peserta workshop.
Ada banyak praktik baik yang telah dilakukan bapa ibu guru selama ini. Salah satu praktik baik yang, bagi saya, menarik adalah kegiatan menabung bagi siswa. Uniknya, aktivitas menabung ini hadir karena banyaknya sampah yang berserakan di sekolah setiap hari.
Awalnya saya penasaran, apa hubungan sampah dan menabung? Bagaimana menabung dapat menjadi solusi dalam mengatasi masalah sampah? Begini penjelasannya.
Sampah-sampah di sekolah berasal dari hasil jajan siswa. Setiap hari siswa selalu mendapat uang jajan dari orang tua dalam jumlah yang besar. Antara Rp.5.000 – 20.000. Dari pada uang tersebut dihabiskan untuk membeli jajan yang menimbulkan sampah, uang jajan itu sebaiknya ditabung untuk keperluan siswa. Siswa menabung, sampah hilang. Keren!
Praktik baik seperti ini bila tidak ditulis dan dibagikan, tidak akan diketahui khalayak. Dengan menulis dan membagikannya, di PMM, misalnya, hal-bal baik yang telah dilakukan bisa menjadi konsumsi publik.
Menulis bukan hanya aktivitas merangkai kata. Menulis adalah menginspirasi dan memprovokasi. Dengan membagi cerita dan pengalaman melalui tulisan, orang lain yang membacanya bisa tergerak melakukan hal-hal baik serupa.
Sehari bersama bapa ibu guru peserta workshop di Solor, saya menemukan semangat yang luar biasa dalam diri mereka untuk belajar menulis. Karena itu saat membagikan pengalaman dalam menulis, saya menitipkan pesan agar menghindari dua dosa penulis pemula.
Dosa pertama, takut kalau tulisannya jelek. Dosa kedua, keinginan agar tulisannya harus sempurna. Menulis adalah sebuah proses. Menghasilkan tulisan yang baik membutuhkan waktu yang panjang dan melalui proses yang lama. Karena itu jangan cepat putus asa dan berpuas diri.
Saya yakin guru di Solor punya semangat menulis. Membludaknya antusiasme para guru mengikuti workhop menulis praktik baik adalah bukti bahwa gairah menulis para guru di Solor tidak padam.
Di tengah lesunya semangat menulis di kalangan guru, guru-guru di Solor menghadirkan fakta sebaliknya. Kehadiran 68 orang guru dalam workshop menulis praktik baik adalah bukti. Jumlah ini melebihi ekspektasi panitia yang menargetkan peserta sebanyak 50 orang.
Aroma cendana Solor hari-hari ini memang tidak seharum dulu. Namun bara semangat para guru di Solor dalam belajar menulis tidak redup. Semangat mereka terus menyala demi mengharumkan nama nusa Solor sewangi kayu cendana. (Gerardus Kuma Apeutung)