Kamis, 08 Februari 2024
1Raj.11:4-13;Mrk.7:24-30
Pekan Biasa V
“Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing”
Ucapan Yesus ini terdengar kasar. Menutup ruang bagi yang asaing. Namun tak menyurutkan harapan di hati si ibu dari Siro Fenesia. Demi cintanya kepada buah hatinya yang sakit, ia rela mempertaruhkan harga dirinya.
Meski Yesus menganggap dia tidak pantas menerima roti rahmat. Tak layak menerima mujizat penyembuhan. Karena orang Siro Fenesia dianggap kafir, yang Yesus simbolkan dengan anjing. “Tidak patut memberi roti kepada anjing”. Tetap si Ibu merespon dengan iman dan pengharapan yang begitu besar. “Benar Tuhan, tetapi anjing-anjing pun makan dari remah-remah yang jatuh dari meja Tuannya”.
Dalam hati, si Ibu hanya mengharapkan remah-remah, sisa saja. Tetapi iman dan cintanya yang hebat, kini telah mengubah remah-remah jadi roti. Mata dan hati yang dianggap kafir, akhirnya bisa melihat mujizat. Anaknya sembuh seketika.
Jika membanding, ibu siro Fenesia yang tak beriman saja bisa mengalami mujizat hebat. Apa lagi kita yang telah dibabtis, telah jadi anakNya. Bukankah kita mesti mendapat rahmat yang lebih berlimpah ruah. Tentu demikian. Tetapi apakah iman kita sedalam iman Ibu Siro Fenesia?
Kita berharap, Tuhan tak mengubah roti yang mesti kita terima sebagai anak, jadi remah-remah, karena kadar iman dan cinta kita kian hari terus berkurang. “Tuhan tambahkanlah selalu iman kami.
Tuhan memberkati kita. SALVE. ***
RD Wens Herin