Selasa, 30 Januari 2023
2Sam.18:9-10.14b24-25a.3031b-33 ; 19:1-3 ; Mrk.5:21-43
Pekan Biasa IV
“Anakku perempuan sedang sakit hampir mati. Datanglah, letakan tanganmu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup”
(Mrk.5:23)
Hidup terus mengalir hingga mengalami saat batas, ketika jiwa harus bertaruh antara hidup dan mati. Bertaruh untuk tatap bertahan hidup dalam tubuh fana ini, atau harus berpasrah menyerahkan jiwa kepada Yang Abadi.
Anak perempuan Yairus, si kepala rumah ibadat sedang bergulat dalam situasi batas. Ia sakit hampir mati. Semua jalan sudah ditempuh, tetapi tak mengubah keadaan. Tinggal jalan terakhir adalah pasrah. Kepada siapa? Kepada nasib? Kepada kemalangan hidup? Kapada ketidak berdayaan? Tidak!
Berpasrah kepada Tuhan, sandaran dan harapan terakhir. Ia memohon, “Anakku perempuan sedang sakit hampir mati. Datanglah dan letakan tanganMu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup”. Tuhan melihat imannya, mendengar doanya, dan berkenan menyalakan kembali sumbuh harapan yang hampir padam. Kepada anak yang sudah tak berdaya Yesus katakan, “Talita kum, hai anak bangunlah”. Ia sembuh kembali.
Saat batas mengajari kita, bahwa dalam keterbatasan insani kita, sempurnalah kuat kuasa Ilahi menopang harapan kita.
Maka ketika mengalami situasi sulit, kecewa, gagal, sakit, musibah, berdoalah, “Tuhan teguhkan hati ini agar kaki tetap kuat berdiri dalam badai”. Kita yakin doa dalam pasrah akan membuka pintu belas kasih Allah bagi kita.
Pasrah bukan menyerah, putus asa karena tak sanggup, tak ada jalan, melainkan menaruh segala harapan pada Yang Kuasa. Ketika berpasrah, kita seolah mendengar Tuhan membisikan, “beristirahatlah, biarkan Aku yang selesaikan akhirnya”.
Tuhan memberkati. SALVE. ***
RD Wens Herin