Rabu, 27 September 2023
Ezr. 9:5-9 ; Luk.9:1-6
PW. St. Vinsensius a Paulo, Imam
“Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan”
(Luk.9:11)
Para murid diutus pergi, berkeliling mewartakan Kerajaan Allah, dengan pesan “jangan membawa apa-apa dalam perjalanan”. Maksudnya cukup membawa apa yang perlu, membawa apa yang ada. Selebihnya berserah dan bersandar pada penyelenggaraan Allah.
Mereka pergi dengan sukacita karena percaya dan yakin Tuhan sendiri akan memperlancar, memudahkan dan menjamin perutusan mereka.
Pesan Tuhan, “jangan membawa apa-apa”, juga mewanti kita agar melepaskan diri dari keterikatan dan kelekatan berlebihan dengan apapun. Kelekatan, adalah penyakit yang bisa merusak hidup kita.
Pada kita, ada hal yang selalu “dibawa”, atau dibutuhkan, entah barang, uang atau apapun, jadi sarana pendukung, memperlancar dan memudahkan tanggugnjawab papaun yang kita emban. Kita butuh, tetapi tak boleh berhamba dan berlebihan bergantung. Agar tugas perutusan apapun tidak terhambat karena alasan materi. Agar orang tidak enggan memberi diri dan berkoban karena tak mendapat apa-apa. Ingat kata-kata St. Paolus, “upahku adalah memberitakan Injil tanpa upah” (1Kor. 9:18)
Memang hidup tanpa apa-apa, itu tak mungkin. Terlalu muluk-muluk, berharap hanya pada angin. Tetapi mesti pegang prinsip “jangan membawa apa-apa”, agar kita sadar apapun yang ada pada kita adalah berkat Tuhan. Tak melulu usaha kita semata.
Maka jangan hanya menepuk dada, melainkan tetap merendah, beryukur dan berpasrah. Karena yakin, Tuhan tak pernah membiarkan kita berjuang dan bergumul sendirian. Kita yakin, saat kita berpasrah, pintu rahmat senantiasa terbuka bagi kita.
Tuhan memberkati. SALVE. ***
RD Wens Herin