Aksinews.id/Lewoleba – Sukses menggelar Sekolah Lapang Kearifan Lokal di Kabupaten Lembata, komunitas anak muda yang menjadi Pandu Budaya menggelar Festival Pangan Lokal Masyarakat Adat selama tiga hari, mulai Selasa (20/8/2023) hingga Kamis (31/8/2023).
Festival yang digelar di Taman Kota Swaolsa Tite ini dibuka oleh Penjabat Bupati Lembata, Drs. Matheos Tan, MM yang dihadiri oleh Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat Kemendikbudristek RI, Sjamsul Hadi, dan para stafnya, serta sejumlah tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Penjabat Bupati Lembata Matheos Tan tegas menyatakan bahwa pemerintah daerah akan membuat peraturan bupati (perbup) tentang pangan lokal.
“Kita akan buat perbup pangan lokal, supaya kue-kue yang disajikan itu jangan lagi pakai kue yang dibuat dengan terigu impor, kalau disajikan kue ya kita sajikan pangan-pangan lokal saja,” ujar Matheos.
Komitmen Matheos ini disambut gembira para pelaku pangan lokal di Lembata termasuk para Pandu Budaya yang menyelenggarakan Festival Pangan Lokal Masyarakat Adat, 29-31 Agustus 2023.
Festival bertajuk ‘Makan Apa yang Kita Tanam dan Tanam Apa yang Kita Makan’, menunjukkan sebuah semangat kedaulatan pangan masyarakat.
Acara ini difasilitasi langsung oleh Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat di bawah naungan Kemendikbudristek.
Rian Odel, ketua panitia festival pangan, mengemukakan, pada 22-24 Juni 2023, Pandu Budaya Lembata yang terdiri atas 21 orang dan 4 orang narasumber lokal melakukan kegiatan Sekolah Lapang Kearifan Lokal di Desa Hoelea II, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata.
Dalam kegiatan tersebut, Pandu Budaya Lembata berhasil mengidentifikasi 199 Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) dari berbagai kategori di 12 kampung adat.
“Setelah itu, dilakukan kurasi OPK selama 3 hari bertempat di aula SMK Ile Lewotolok, Kecamatan Nubatukan pada 26-28 Juli 2023. Masing-masing Pandu Budaya mempresentasikan hasil temuannya di kampung adatnya sebagaimana yang telah mereka identifikasi sebelumnya pada Sekolah Lapang Kearifan Lokal,” katanya.
Hasil kurasi OPK ini akan menjadi materi dalam penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD).
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan Sekolah Lapang Kearifan Lokal, maka disepakati bersama bahwa digelar kegiatan pameran pangan lokal masyarakat adat.
Fokus dari kegiatan ini yakni pameran pangan lokal dari 12 kampung adat di Lembata. Oleh karena itu, masing-masing kampung adat mengutus 5 orang untuk menyiapkan berbagai menu makanan lokal yang akan dipamerkan kepada para partisipan sekaligus sebagai makanan yang dikonsumsi bersama selama 3 hari kegiatan.
Selain itu, akan ada pemutaran film dokumenter tentang pangan lokal Lembata yang di dalamnya ditampilkan pula proses kerja pandu Budaya Lembata dalam melakukan pengidentifikasian pangan lokal. Rian berujar, film dokumenter tersebut akan menampilkan suara-suara minor dari masyarakat tentang masalah dan harapan mereka untuk menjaga eksistensi pangan lokal Lembata. (RW/AN-01)