Aksinews.id/Lewoleba – Warga desa Leubatang, Kecamatan Omesuri, Lembata, bertanya-tanya, mengapa dua kali desanya “diserang” kelompok perusuh, Senin (19/7/2023) malam, lampu listrik PLN Balauring padam. Perusuh merusak sedikitnya 19 rumah warga Desa Leubatang.
Informasi yang dihimpun aksinews.id, Rabu (21/7/2023), menyebutkan, sekelompok pemuda dari luar Desa Leubatang, tiba-tiba menerabas masuk dan melempari rumah warga. Mereka merangsek dari arah timur, dan hanya melancarkan aksi dari jalanan umum. Perusuh tidak sampai masuk ke lorong-lorong pemukiman warga Leubatang.
Aksi pertama terjadi sekira pukul 18.30 Wita atau pukul 19.00 Wita. Ketika beraksi, bersamaan dengan lampu listrik dari pembangkit listrik PLN di Balauring, padam. Dalam kondisi gelap sehingga warga tidak terlalu mengenal persis para pelaku.
Kaca ventilasi rumah warga desa Leubatang pecah gara-gara aksi perusuh.
Listrik PLN baru menyala saat perusuh sudah bubar, dan situasi di desa dalam kondisi aman terkendali. Namun sekitar pukul 22.00 Wita, listrik kembali padam. Saat yang hampir bersamaan, datang lagi oknum perusuh dari arah pantai. Dan, sepertinya kelompok perusuh pertama, kembali lagi bergabung.
Upaya memancing kerusuhan dengan pelemparan rumah warga di pinggir jalan umum, sama sekali tak digubris warga Desa Leubatang. Sehingga tidak terjadi bentrok warga berbeda desa itu.
“Itu perkelahian anak-anak muda, yang berlanjut malamnya. Mungkin dipicu oleh dendam lama, sehingga dimanfaatkan perkelahian antar anak-anak muda itu. Tapi, kami percaya dengan leluhur yang jaga kampung ini. Sehingga diserangpun kami diam dan tidak melakukan perlawanan. Akhirnya, toh tenang sendiri,” ujar sumber aksinews.id di Leubatang, Rabu (21/7/2023).
Kepala Desa Leubatang, Maulana Noreng, belum tahu sebab musebab massa melakukan perusakan rumah warga di desanya. Dia mengatakan setidaknya sebanyak tiga kali massa melakukan penyerangan di desanya pada malam itu.
Awalnya menurut dia, para pelaku merusak lapak jualan milik seorang warga. Kemudian dihalau warga setempat. Para pelaku kemudian datang dengan jumlah yang lebih banyak dan merusak rumah warga.
“Kita minta penegak hukum berikan efek jera untuk para pelaku. Korban minta ada ganti rugi dan para pelaku bisa diproses secara hukum,” ujar Maulana saat dihubungi, Rabu, 21 Juni 2023.
Seorang saksi mata, Sawaludin Salam mengatakan perusakan rumah warga itu awalnya dipicu salah paham mengenai ponsel yang hilang diantara pemuda dari Leubatang dan Walangsawa.
Menurut Sawaludin, urusan ponsel yang hilang itu sudah diselesaikan. Dia menduga ada provokator yang menyebabkan massa menyerbu Desa Leubatang dan merusak belasan unit rumah.
“Kita tuntut masalah perusakan ini harus diusut tuntas dan pelaku provokator harus ditangkap. Pelaku harus diusut tuntas,” kata Sawaludin yang dihubungi terpisah.
Kasus ini sementara ditangani pihak Polres Lembata. Kapolres Lembata AKBP Vivick Tjangkung juga langsung terjun ke lokasi kejadian di Leubatang.
Salah satu tokoh muda Kedang, Gaspar Apelabi meminta masyarakat menjaga situasi di kedua desa agar tetap kondusif serta menghentikan segala macam provokasi yang mengancam ketenteraman masyarakat.
“Kita menaruh harapan pada kepolisian supaya segera usut pelaku perusakan rumah warga ini. Kalau ini dibiarkan maka bisa jadi bom waktu. Setidaknya ada yang bertanggungjawab secara hukum terkait masalah ini,” kata Gaspar.
Dia yakin Kapolres Lembata AKBP Vivick Tjangkung dan jajarannya bisa menyelesaikan masalah ini.
Sementara itu, seorang tokoh masyarakat Leubatang menghimbau agar masyarakat di luar desanya tidak terprovokasi oleh isu-isu yang disebar oknum tidak bertanggungjawab. “Kalau ada yang bilang mereka lempar mesjid, itu tidak benar. Mereka hanya di pinggir jalan, dan tidak ada yang lempar mesjid. Jangan terpancing provokasi,” ujarnya. (AN-01)