Oleh: Hendra Langoday
Anak Muda Lembata
Pembangunan proyek geothermal di Atadei, Kab. Lembata, memunculkan perdebatan yang kompleks. Di satu sisi, potensi energi bersih yang dihasilkan bisa menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan listrik yang terus meningkat, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan membuka peluang investasi serta lapangan kerja baru. Ini sejalan dengan agenda transisi energi global dan upaya mengurangi emisi karbon.
Namun, di sisi lain, penolakan dari masyarakat setempat tidak bisa diabaikan. Kekhawatiran akan dampak lingkungan, seperti kerusakan sumber air, perubahan bentang alam, dan potensi risiko gempa mikro akibat aktivitas pengeboran, adalah hal yang wajar. Apalagi, wilayah Atadei memiliki nilai budaya dan spiritual yang tinggi bagi masyarakat Lembata. Pembangunan geothermal berpotensi mengganggu situs-situs sakral, tradisi adat, dan mata pencaharian masyarakat yang bergantung pada pertanian serta sumber daya alam.
Jalan Tengah yang Berkelanjutan
Menurut saya, pemerintah dan pengembang perlu mengambil pendekatan yang lebih inklusif dan transparan. Dialog yang jujur dan terbuka dengan masyarakat harus menjadi prioritas utama. Dengarkan aspirasi, kekhawatiran, dan pengetahuan lokal mereka. Lakukan kajian dampak lingkungan (AMDAL) yang komprehensif dan independen, serta libatkan ahli-ahli yang kompeten dan kredibel.
Selain itu, penting untuk mempertimbangkan alternatif lain. Apakah ada teknologi geothermal yang lebih ramah lingkungan dan sesuai dengan kondisi geografis Atadei? Bagaimana cara meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan manfaat positif bagi masyarakat setempat? Apakah ada kompensasi yang adil dan berkelanjutan bagi mereka yang terdampak?
Pembangunan geothermal di Atadei tidak boleh hanya dilihat sebagai proyek ekonomi semata. Ini adalah tentang keseimbangan antara kebutuhan energi, perlindungan lingkungan, dan penghormatan terhadap kearifan lokal. Jika dilakukan dengan bijak dan bertanggung jawab, potensi energi Atadei bisa menjadi berkah bagi masyarakat Lembata. Namun, jika diabaikan, justru akan menimbulkan konflik dan kerugian yang lebih besar. (*)

























Hampir setiap proyek tambang dan atau sejenisnya, selalu punya AMDAL dan juga melibatkan para ahli…tetapi dalam praksis proyek selanjutnya selalu TDK dilakukan dengan konsisten dan sistemik. Maka dampaknya adalah selalu buruk untuk lingkungan dan masyarakat sekitar….perihal ini soal karakter pelaku pelaku tambang yg buruk.
Hal berikut untuk pulau Lembata adalah pulau kecil…dan lempeng bumi sangat rawan…dan berpotensi dampak lebih besar.