Malam merambat tiba. Sedari petang tadi, Uma Mela Senaren,panggung pagelaran seni dan budaya di Kantor Camat Adonara Timur,Waiwerang itu diwarnai kegembiraan tiada tara. Berkali kali panggung itu bergetar ikut irama gerak , tari dan dentuman musik dari para bintang pagelaran. Ada penari, ada rombongan vokal group, ada rombongan tarian perang “hedung”, soka selen, dan lainnya yang naik tampil membawa pertunjukan seni tradisi rupa- rupa macam.
Ada tepuk tangan, sorak sorai sebagai ekspresi kebanggan atau pun bentuk support untuk para bintang di panggung. Panggung itu diisi hampir semua generasi. Tua -muda, dewasa -remaja ,anak anak, laki – perempuan.
Mereka larut dalam pagelaran seni budaya yang digelar Pemerintah Kecamatan Adonara Timur meria-rayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia. Festival itu digelar sejak tanggal 7 hingga 10 Agustus 2024 di Halaman Kantor Camat Adonara Timur, Waiwerang.
Peserta pertunjukan diikuti perwakilan warga dari 22 desa/kekurahan sekecamatan Adonara Timur , anak sekolah setara TK/SD/SLTP/SLTA, sanggar, group atau komunitas .
Mereka tampil dengan beragam corak warna warni. Busana, tarian, lagu, seni gerak ,seni suara,seni musik ,ornament warna warni dan lain- lain berbeda beda dan menambah semarak panggung.
Di depan panggung kira-kira sepelemparan batu, malam itu, Camat Adonara Timur, Ariston Kolot Tokan sesekali terlihat menyeka keringat di balik balutan busana nowing yang dia pakai. Kakinya agak dia condongkan ke depan. Sesekali dia tampak mengambil foto moment terbagus para bintang yang lagi manggung.
Dia tampak gundah gulana tak sebagaimana biasanya dia selalu menebar aura kegembiraan. Ya, malam itu dia tampak ekspresif. Mungkin menikmati alur cerita dari lakon yang tengah diperankan para bintang di atas panggung. Etau entah apa yang ada dalam benaknya malam itu.
“Mulanya saya ragu-ragu, apakah ada desa yang mau pentas tarian dani-dana dan main gambus. Tapi pada akhirnya para master gambus, para master dani dana tampil semua dan hebat hebat di panggung,” ucap Ariston saat tampil di podium menutup festival seni budaya itu.
Camat Ariston di sambutan itu mengungkapkan kegundahannya akan nasip seni tradisonal entah berupa seni tari, seni gerak, seni suara, seni musik yang terancam punah tergerus zaman.
Di balik apresiasinya yang tinggi terhadap partisipasi warga desa, sekolah, sanggar, komunitas yang naik panggung festival seni dan budaya, dia menyorong kegelisahan akan ancaman memudarnya seni tradisonal. Padahal menurut dia, seni tradisional selain hiburan, berfungsi juga sebagai media transfer nilai-nilai kehidupan dari generasi ke generasi. Nilai-nilai itu di antaranya kepedulian, tenggang rasa, kerja sama, heroisme, keperkasaan, kesabaran, keuletan bahkan kebergegasan dan lain lain.
“Gambus ini sudah saatnya ada generasi baru. Dani dana butuh generasi terus menerus untuk perankan, pentaskan. Supaya gambus tetap kita dengar alunannya,” harapnya.
Karena itu, bagi Camat Ariston, seni tradisi ini butuh media ekspresi sebagai salah satu peta jalan melestarikan seni tradisional sebagai bagian dari peradabaan masyarakat.
“Saya pastikan festival ini tiap tahun kita gelar sebagai pertunjukan seni, harta karunnya kebudayaan kita,” ujarnya, menegaskan.
Dia bagian lain, dia memberi apresiasi kepada para pendidik dan pegiat seni tradisional. Menurut dia, anak anak sekolah adalah ladang pewarisan berbagai seni tradisional dan para pendidik telah mendedikasikan diri untuk transfer seni tradisional itu dari generasi tua ke generasi berikutnya.
“Memberi hormat kepada bapak dan ibu guru untuk dedikasi menuntun anak anak didik untuk naik pentas,” tutur Ariston.
Dia berharap panggung festival Uma Mela Senaren selain sebagai panggung hiburan, pertunjukan seni budaya dimana semua warga bisa berkspresi mendapatkan momentum ceria, bersuka cita dan bergembira, tetapi panggung ini hendaknya menjadi panggung eksplorasi persatuan dan kedamaian untuk menciptakan Adonata Timur yang nyaman dan damai bagi semua orang di tengah Kota multikultural itu.
Di balik kemegahan dan kemeriahan panggung festival, kegundahan Camat Kolot Tokan akan ancaman memudarnya Gambus dan Tarian Dana Dani sebagai salah satu harta karun kebudayaan masyarakat, hendaknya menjadi pemantik berbagai pihak yang ingin harta karun budaya ini tidak tergerus.
Ragam cara transfer seni antar generasi, panggung festival, dan ruang ekspresif lainnya hendaknya terus digalang untuk memastikan seni tradisional tidak akan mati. (Kornel AT)