Para Guru, Pegawai, dan Pembina di SMAS Seminari San Dominggo (SESADO) Hokeng melaksanakan kegiatan Komunitas Belajar (KOMBEL), Selasa (6/2/2024) sore.
Kegiatan ini biasanya dilaksanakan setiap pekan di hari Selasa di lantai 1 Gedung Perpustakaan William Popp yang dihadiri para pendidik di SMAS Sesado Hokeng. Kegiatan Selasaan ini merupakan salah satu bentuk gimplementasi Kurikulum Merdeka.
Komunitas Belajar ini diberi nama “Kombel Sesado Pujaanku”. Kombel ini adalah sekelompok guru, tenaga kependidikan, dan pendidik lainnya yang memiliki semangat dan kepedulian yang sama terhadap transformasi pembelajaran melalui interaksi secara rutin dalam wadah di mana mereka berpartisipasi aktif.
Komunitas Belajar adalah ajang berbagi praktik dengan rekan sejawat. Oleh karena itu, kombel dalam sekolah atau antar sekolah diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pendidik dan membangun budaya belajar bersama yang berkelanjutan, sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik.
Tujuan dibentuknya kombel ‘Sesado Pujaanku’ agar para pendidik memiliki kesempatan untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, dan strategi mengajar yang efektif dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
Kegiatan kombel ini dipandu oleh Coach Maria Yasinta Uto, S.Pd sebagai Master of Ceremony (MC). Tampil sebagai moderator, Coach Fransiskus X. Marilonga, S.Pd. Kombel kali ini dipersembahkan oleh Komunitas Coach Sesado (KCS) dengan tajuk “Mengajar Secara Ramah Pikiran”. Romo Dr. Georgius Harian Lolan, Pr yang adalah coach trainer tampil sebagai pemateri.
Pada kesempatan pertama, RD Gius Lolan menjelaskan latar belakang pemilihan tema juga menyentil keberadaan banner “Selamat Datang di Sekolah Ramah Anak” dengan melontarkan pertanyaan yang memantik dan ‘mengganggu’ kerangka berpikir peserta kombel untuk berpikir kritis menanggapi realitas lewat metode PRUL (Pikir, Rasa, Ucap, Laku). Poinnya agar para peserta kombel mesti memaknai dan menghidupi semboyan yang tertulis pada banner sehingga tidak terkesan semboyan tinggal semboyan.
Kegiatan ini dibagi dalam dua (2) sesi. Pada sesi pertama (I), RD Gius menjelaskan selayang pandang tentang kerangka berpikir (mind set) dan pada sesi kedua (2) tentang mengajar secara ramah pikiran.
Kerangka Berpikir
Tujuan dari kerangka kesadaran ini adalah agar kita dapat memahami secara lebih luas, karena berbicara tentang mind set berarti ada 3 hal penting didalamnya. Yakni, pemahaman (understanding), keyakinan (belief), dan nilai (value). Dalam understanding, ada 3 poin penting. Yakni apa yang dipelajari harus diketahui, apa yang dialami (pengalaman), pengetahuan dan pengalaman harus dimaknai.
Dalam belief, ada hal penting yakni meyakini identitas diri, menemukan kekuatan (power) dalam diri, dan usaha untuk mencapai mimpi atau cita-cita (intention).
Dalam Value berkaitan dengan apa itu penting, apa itu perlu, apa itu yang menjadi pilihan, prioritas, dan partisipasi. Dalam hal ini segala kegiatan bermuara pada action dan changes. Poin ini mengarahkan peserta untuk menyadari makna dari kerangka berpikir untuk bagaimana mengidentifikasi dan membangun kerangka atau mengganti kerangka berpikir. Mind set sangat membantu untuk sampai pada keterpenuhan hidup (peak experience).
Mengajar Ramah Pikiran
Dalam pejelasan tentang Sekolah Ramah Anak, RD Gius memulai dengan menawarkan satu pedekatan baru tentang mengajar secara ramah pikiran. Dalam kaitan dengan ramah, RD Gius kembali menyentil slogan di Sesado yang sudah menjadi habitus yakni Sesado yang tangguh, ramah, dan adil. Inti dari ramah pikiran adalah kita mendalami struktur dari berpikir siswa dan pendidik dengan memperhatikan empat poin penting. Yakni Inform (memberi untuk diketahui, hanya sadar tanpa menyentuh garis filter), Involve (keterlibatan, sudah menyentuh filter), Influence (dibiasakan, menembus filter), dan Inspire (terinspirasi, menembus jauh ke alam sadar).
Kita memberi informasi (informasi itu sendiri tidak menyentuh garis filter), melibatkan, mengulang atau membiasakan, dan inspirasi (dengan mengulang dan membiasakan kita bisa melewati garis filter dalam pikiran) atau dengan kata lain dengan terus membiasakan diri maka sudah pasti itu akan masuk menjadi suatu inspirasi juga menciptakan habitus baru dan pada akhirnya menciptakan karakter.
Keempat poin ini saling bertalian dimana guru dan siswa akan terus belajar dalam mengolah kerangka berpikir (para guru mesti bisa menyesuaikan proses berpikir siswa).
Rahasia mengajar secara ramah anak juga berarti para pendidik menginstruksi (mengajar) dengan fokus juga pada target yang akan dicapai. Inti mengajar itu sendiri terletak pada komunikasi dan interaksi agar dapat melakukan apa yang diinstruksikan.
RD Gius juga menjelaskan tentang model-model komunikasi, yakni dari panca indera, mood (suasana yang akan dijalankan sampai pada tahap refleksi, asosiasi), internal representation (yang berisi kerangka berpikir), dari tahap ini yang didapat adalah reaksi dari kesatuan pikir, rasa, ucap, dan laku yang diungkapkan dalam persepsi, emosi, sensasi, komunikasi, dan aksi. Komunikasi dan interaksi sangat penting agar siswa dapat mengejawantahkan apa yang diinstruksi.
Dalam kaitan dengan hal ini, RD Gius menyinggung perihal pentingnya aplikasi dari public speaking, dalam mana ada tiga (3) hal penting yakni 3V dengan persentasenya (Verbal 7%, Vocal 38%, Visual 55%). Verbal itu sendiri tidak sekadar kata tetapi harus mampu menciptakan gambar, dalam vokal (memainkan intonasi) mutlak perlu agar siswa mampu menangkap apa yang diajarkan, visualisasi sangat penting (peragakan apa yang diajarkan). 3V ini saling berkaitan dan harus masuk dalam LDR (Lihat, dengar, rasa) dan GPS (Gambar, Perasaan, Suara).
Untuk lebih memahami tema ini, RD Gius memberikan contoh konkrit kepada peserta kombel tentang pengalaman mengajar yang melibatkan 3V itu sendiri sehingga siswa bisa menangkap, mengingat, dan mengaplikasikan apa yang sudah diajarkan.
Materi yang dipaparkan dengan baik dan mudah dipahami ini, disambut tepuk tangan riuh juga memantik peserta kombel untuk bertanya. Suasana di lantai 1 Gedung Perpustakaan William Popp sangat kondusif dengan iklim akademsinya yang kental. Beberapa peserta kombel bertanya tentang hal-hal informatif dan substantif perihal tema yang sudah disampaikan. RD Gius memberikan jawaban dengan contoh-contoh riil. Kegiatan ini juga adalah bentuk lain dari proses diskursus yang baik di Sesado Hokeng.
Sebagai penutup dalam materi ini, RD Gius mengungkapkan harapan untuk menjadikan Sesado sebagai sekolah ramah anak dan tetap bergandengan dengan coaching dalam pembinaan para seminaris.
“Mimpi saya, kita harus bersama-sama menjadikan Sesado dalam pelajaran, pendidikan, dan kebersamaan dengan rasa coaching karena coaching punya cita-cita besar yakni menciptakan generasi 20 tahun berikut sebagai generasi pemimpin dan saya kira ini tepat sekali, kita menciptakan generasi pemimpin sebagai Imam, Raja, dan Nabi pada tahun berikutnya dengan kerja kita sekarang. Ini juga implementasi dari program-program sebagaimana yang didengungkan oleh pemerintah tentang generasi emas yang akan datang,” tutup alumnus Fakultas Teologi Universitas Wina, Austria ini.
Kepala Sekolah SMAS Sesado Hokeng, RD Alexander Boli, S.Fil.,M.Th.,MA menyambut baik kegiatan kombel yang sudah dijalankan dan memberi apresiasi kepada Kelompok Coach Sesado (KCS) dan semua peserta yang sudah berpartisipasi dalam kombel ini.
“Saya sangat support untuk langkah-langkah positif dari internal seminari yang ingin mewujudkan Sesado menjadi lebih tangguh, ramah, dan adil. Kita semua harus bekerja sama dan semogga semangat yang sama terus digalakkan untuk tercapainya cita-cita kita,” kata RD Sandro.
Atas kelancaran pelaksanaan kegiatan ini, ketua Kombel Sesado Pujaanku, Magdalena B. Witi, S.Pd memberikan tanggapan positif terhadap kegiatan ini. “Saya mengapresiasi kegiatan ini, secara istimewa kepada RD Gius sebagai coach trainer untuk materi yang sangat bernas dan tentu bermanfaat dalam menjadikan Sesado sebagai sekolah ramah anak ini. Saya juga belajar pada guru penggerak tentang bagaimana siswa menentukan peminatannya dalam pelajaran yang mulai dari visual, audio, dan kinestetik dimana kita tidak serta merta memilih dan memilah anak tetapi ada ketentuannya. Bagus sekali jika setiap guru punya komitmen untuk belajar lebih banyak tentang coaching ini sehingga implementasi pengajaran akan lebih bermuara pada sekolah ramah anak,” ujar Leni, begitu ia akrab disapa di Sesado. (Rikard Diku)
Profisiat dan luar biasa Aksi Nyata ini. Tetap semangat, teruslah bergerak dan menginspirasi!