Aksinews.id/Jakarta – Ganjar Pranowo, Capres yang diusung PDI Perjuangan, Hanura, PPP dan Perindo, tampil gemilang dalam debat kedua capres, Minggu (7/1/2024). Bahkan, Menhan Prabowo Subianto yang juga capres dari Koalisi Indonesia Maju, dibikin kerepotan. Sementara lawan debat lainnya, Anies Rasyid Baswedan terkesan akademis.
Sekretaris TPN Ganjar-Mahfud yang juga Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto gembira dengan penampilan Ganjar. Dia mengatakan hanya Ganjar Pranowo yang memberikan penjelasan secara konkret dan realistis dalam Debat Capres yang kedua ini.
Hasto menonton bareng Debat Capres bersama Koordinator Tim Koordinasi Relawan Pemenangan Pilpres (TKRPP) PDIP Ahmad Basarah dan sukarelawan.
Ya. “Saya bersama Pak Ahmad Basarah dan teman-teman melakukan monitoring di media sosial, ternyata sesuai dengan karakter dari Pak Ganjar-Prof Mahfud sentimen positif tertinggi dari data kami itu berada di tangan Pak Ganjar-Mahfud, mengapa? Karena gagasan tentang geopolitik untuk membangun kepemimpinan Indonesia, gagasan pertahanan sangat membumi, bahkan data-data yang disampaikan Pak Ganjar tidak bisa dijawab oleh Pak Prabowo yang seharusnya sebagai Menhan mampu menjawab itu,” jelas Hasto di Sekretariat Pusat Koordinasi Relawan GP-MMD, Jalan Diponegoro Nomor 72, Jakarta Pusat.
Di sisi lain, Hasto melihat Anies Baswedan memang memiliki keberanian untuk menyerang paslon lain. “Tetapi kembali pada kritik yang disampaikan lebih banyak nuansa akademis dan kemudian Pak Ganjarlah yang mampu memberikan jawaban yang menggambarkan pemahaman beliau bahwa hubungan luar negeri harus dibangun untuk kepentingan nasional Indonesia dan semua berakar dari kepentingan rakyat, memperkuat rakyat, memperkuat anak-anak muda untuk menguasai iptek, sehingga industri pertahanan yang kita kembangkan termasuk adanya diplomat siber merupakan gagasan yang direspons positif tentang Pak Ganjar,” kata Hasto.
Di sisi lain, Hasto juga menyoroti kondisi reaktif Prabowo di Debat Capres kali ini. Di aplikasi X misalnya, lanjut Hasto, muncul istilah baru untuk Prabowo.
“Ini direspons di publik di media sosial di Twitter (kini X) muncul Gemoysian padahal kalau kita lihat debat pertama dan kedua kita lihat pendukung 02 itu menampilkan karakter-karakter yang mencoba membangun hegemoni dan penuh emosi. Itu pun kami saat itu maklumi sehingga apa yang dilakukan dengan mendatangi moderator dengan mendatangi tim kampanye lain, itu cara-cara yang tidak terpuji yang seharusnya tidak dilakukan. Karena dalam debat-debat sebelumnya kami sangat toleran menyikapi tim supporter dari 02,” kata Hasto.
Hasto juga menanggapi pertanyaan awak media mengenai sikap Prabowo yang tidak mau bersalaman dengan Anies. “Seharusnya kalau kita lihat temanya ini berbicara soal kepentingan rakyat dan negara. Pertahanan, keamanan itu menyangkut survival kita sebagai bangsa, menyangkut kepentingan rakyat banyak sehingga ketika debat saja kemudian Pak Prabowo tak mau salaman dengan Pak Anies, karena kritik-kritik tajam Pak Anies,” kata Hasto.
Menurut Hasto, pemimpin tidak boleh emosional seperti itu. Hasto menilai salaman menunjukkan suatu hal yang baik sehingga Prabowo perlu belajar membangun karakter bangsa. “Apa yang disampaikan Pak Prabowo tadi tentang etika sebagai hal yang tertinggi itu juga dijalankan satunya kata dan perbuatan. Ini yang kami sayangkan,” jelas Hasto.
Dosen Universitas Pertahanan (Unhan) RI itu juga menjawab pertanyaan awak media tentang Prabowo yang banyak setuju dengan gagasan Ganjar. “Menunjukkan bahwa kebenaran jawaban Pak Ganjar karena pemahaman yang sangat luas. Karena pengalaman dua periode sebagai anggota DPR, dua periode sebagai gubernur, dan sebagai kader PDIP yang sangat memahami aspek geopolitik dan hubungan luar negeri. Karena kami diajarkan tentang KAA, Gerakan Non-Blok, dan sebagainya,” kata Hasto.
Tentang data, lanjut Hasto, sudah dibantah oleh Ganjar sendiri karena Prabowo tidak mampu memberikan suatu penjelasan terhadap penurunan dalam indeks peringkat pertahanan nasional di tengah kenaikan anggaran yang cukup besar di Kementerian Pertahanan.
Kemudian Hasto melanjutkan Prabowo justru cenderung menyalahkan pihak lain. “Yang disalahkan adalah menteri keuangan, sehingga di sini menunjukkan bahwa pak Prabowo sebagai menhan seharusnya mampu memberikan penjelasan lebih baik terhadap seluruh aspek pertahanan. Tetapi ternyata malah melemparkan kesalahan kepada Kemenkeu. Ini gambaran pemimpin yang tidak bijak,” tandas Hasto, sebagaimana dikutip jpnn. (*/AN-01)