Aksinews.id/Jakarta – Bertempat di Ballroom 2 Hotel Santika Premiere Hayam Wuruk, Haji Sulaeman L. Hamzah berjanji akan menyumbang 1.000 sak semen saat diadakan pembangungan gedung sekolah. Hal ini sebagai ungkapan kepedulian serta komitmen untuk menghadirkan pendidikan bermutu di Lembata, tanah kelahirannya.
Anggota DPR RI dari Dapil Papua ini mengungkapkan bahwa meski di tengah kesibukan kampanye dan di sela melakukan beberapa kegiatan kunjungan ke luar negeri, tetapi baginya silaturahim sangat penting untuk terus dijaga. Sebagai seorang muslim, ia merasa bahwa masa kecilnya mulai SD (Don Bosco) sampai SMP Ampera selalu dilewati di sekolah Katolik. Ia mengagumi toleransi yang terus dijaga dengan sangat baik di Lembata, tempat kelahirannya.
Menanggapi kemurahan hati H. Sulaeman L. Hamzah, Ketua Yayasan Koker Niko Beeker, Robert Bala mengungkapkan kekagumannya pada sosok pria kelahiran 18 Agustus 1954 itu. Menurutnya, Haji Sulaeman sudah memberikan banyak kontribusi untuk sekolah SMA SKO San Bernardino.
“Tidak tahu berapa banyak sumbangan yang diberikan. Setiap kali kita sampaikan ucapan terima kasih, beliau malah berucap bahwa sudah lupa akan apa yang sudah diberikan,” ungkap Bala.
Karena merasa sangat kagum akan kedermawanan maka dalam buku Homili Inspiratif terbit 2023, Bala mengangkat kisah Sulaeman dalam sebuah renungannya.
Pasir NTT…
Acara Charity Gala Dinner pada Sabtu 2 Desember 2023 ini menjadi berbeda karena juga dihadiri oleh Direktur Utama Kompas TV, Rikard Bagun. Setelah mengapresiasi inisitif yang telah dilakukan oleh Yayasan Koker, Rikard mengungkapkan sebuah analogi tentang orang NTT yang mirip pasir. Bagi wartawan senior Kompas, orang NTT itu berkumpul seperti pasir tetapi tidak bisa bersatu.
Ungkapan Rikard disampaikan setelah pria kelahiran 3 April 1956 ini memenangkan lelang sehelai kain tenun asal Atadei – Lembata. “Bagi saya, bukan hanya sarung tetapi nilai yang ada di balik sarung ini saya melihat semangat yang luar biasa. Hal ini membuktikan bahwa kita orang NTT, kita orang Lembata, kita orang Flores selama ini membuktikan bahwa kita bisa berkumpul tetapi tidak bisa bersatu,” ungkapnya disambut tepuk tangan tanda setuju.
Rikard Bagun, Direktur Utama Kompas TV memenangkan lelang sebuah sarung tenun dari Atadei Lembata
Pada saat bersamaan, pasutri Yuyuh dan Natalie yang telah mengklaim diri telah menjadi orang Lembata, mengungkapkan kisah awal bagaimana mereka sampai ‘jatuh cinta’ pada Lembata khususnya SMA SKO San Bernardino yang telah dikunjungi pada bulan Oktober 2022 yang lalu. “Saya sudah makan singkong dari dapur alam, juga menikmati ikan segar dan sedang mengupayakan agar bisa kunjung lagi ke sana”, demikian ungkap Natalie.
Yuyuh, seorang importir buah-buahan terutama anggur, mengungkapkan perkenalannya dengan Lembata dari belajar bahasa spanyol bersama Profe Robert. Dari sana perkenalan itu akhirnya sampai ke telinga sang istri yang dengan spontan mengungkapkan keinginan ke Lembata agar bisa bercerita kalau ditanya tentang sekolah itu.
Sejak kembali dari kunjungan, dengan segera keduanya berkoordinasi untuk segera mengurus pembayaran uang tanah yang telah diproses final pada Februari 2023. Meskipun telah terjadi gugatan ke pengadilan tentang kepemilikan ganda tetapi telah diputuskan final tentang kepemilikan sah atas tanah seluas 5.0002 tersebut.
Acara Charity Gala Dinner mencapai puncaknya saat lelang suara dari Pastor Yosef Tote OFM. Mengawali lelang, Robert Bala mengungkapkan bahwa yang dijual suaranya bukan orang sembarangan. Dia adalah pembina Yayasan Koker, orang yang dituakan dalam Yayasan. Hal itu memberikan antusiasme yang besar hingga terkumpul Rp40 juta untuk lelang suara.
Ingin ke Lembata
Kisah menarik dari Yuyuh dan Natalie secara diam-diam mendorong pengusaha muda Jakarta untuk bisa ke Lembata. Pak Tjendra Rudy seorang pengusaha di bidang migas merasa sangat bersyukur bisa hadir dalam Charity Gala Dinner. Rudy ungkapkan bahwa ia barusan kembali dari Alor dalam kaitan dengan pekerjaan dan sangat terkagum-kagum dengan keindahan pantai-pantai di Alor yang eksotik. Melihat begitu dekatnya Alor dan Lembata serta setelah mendengar presentasi dari Paulus Doni Ruing, SE., tentang rencana pembangunan sekolah dan presentasi kurikulum dari Dr Damianus Dai Koban, MPd, Rudy mengungkapkan niatnya ke sana.
Pasutri Yuyuh Sukmana dan Natalie
Selain Rudy, pasutri Adela dan Ferdy yang hadir dalam kesempatan itu memiliki kerinduan agar bisa difasilitasi ke Lembata: “Kami cukup tertarik dengan program yang sedang dilaksanakan di SMARD Lembata, dan kalau tidak ada halangan akan mampir ke Lembata,” ungkap pasangan yang barusan kembali dari Jerman setelah beberapa tahun belajar dan bekerja di sana.
Acara yang berlasngung dari pukul 17.00 – 21.00 WIB, dimeriahkan oleh Band Gita Deleste yang mengumandangkan lagu-lagu khas Lamaholot. Tak cukup, penyanyi asal Lembata –Ponsi, Marno, Anwar, Yongky, Adi— juga menyanyikan lagu Mandarin sebagai apresiasi terhadap peserta berbahasa Mandarin yang hadir pada kesempatan itu.
Acara menjadi sangat cair dan menarik oleh perpaduan MC, Chiko Namang dan Kris Pukai. Acara yang berlangsung menarik dan apik ini difasilitasi oleh pengurus Koker dan team dari Ibu Natalie dan Ibu Novita. (Team HUMAS KOKER/AN-01)