Aksinews.id/Hokeng – Siswa SMAS Seminari San Dominggo Hokeng kembali mengharumkan nama kabupaten Flores Timur dalam kompetisi penulisan cerita rakyat tempat wisata yang diselenggarakan Bank NTT. Dua siswa lembaga pendidikan menengah calon imam itu, Albertus Sabon Ola, siswa kelas XI IPS 1, dan Adeodatus Vesperis Sabon Taka Bahy, siswa kelas XI IPS 1, berhasil meraih Juara 1 dalam kompetisi ini.
Keduanya menulis cerita rakyat dari Pulau Adonara, ‘Legenda Ina Burak dan Ina Peni Utan Lolon’. Veris dan Berto juara 1 untuk kategori tempat wisata baru dan tempat wisata populer di Kabupaten Flores Timur sesuai hasil penilaian para juri yang diumumkan 7 November 2023 lalu.
Kompetisi yang diselenggrakan oleh Bank NTT ini bertemakan “EUFORIA (Education, Fun, & history) BIK 2023” dengan sub tema “Kar’na (Kenalkan, Anjungkan, Ramaikan, daN Abadikan) NTT Punya Cerita”.
Kompetisi yang diselenggarakan Bank NTT ini dalam rangka mendukung pemerintah dalam mempromosikan Pariwisata NTT juga merupakan program edukasi dan literasi keuangan perbankan sebagai dukungan terhadap Peraturan Presiden (Perpres) No. 82 tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI), mendukung kegiatan BIK 2023 yang dicanangkan OJK untuk menumbuhkan budaya menabung bagi generasi muda sejak dini, menghasilkan kumpulan cerita rakyat tempat wisata yang ada di NTT dalam bentuk dan penyajian yang kekinian, untuk menjadi materi promosi Bank NTT kedepan, serta membantu pemerintah dalam penyajian cerita yang kekinian.
Kompetisi ini dimulai sejak 1 Agustus sampai 28 Agustus 2023. Peserta kegiatan kompetisi ini adalah pelajar tingkat SMP dan SMA di seluruh lokasi Kantor Cabang Bank NTT. SMAS Sesado Hokeng mengutus 13 siswa mengikuti kompetisi ini.
Koordinator kompetisi penulisan cerita rakyat tempat wisata SMAS Sesado Hokeng, Katarina Cicih Karnengsih, S.Pd menjelaskan bahwa partisipasi para seminaris dalam kompetisi ini adalah bagian dari pengejawantahan kurikulum merdeka dimana siswa harus merdeka dalam belajar.
“Partisipasi mengikuti lomba cerita rakyat ini adalah juga bentuk perwujudan dari kurikulum merdeka sehingga SMA Seminari San Dominggo Hokeng memberikan ruang luas kepada para peserta didik untuk belajar secara merdeka, di ruang kelas maupun di luar kelas. Masyarakat menjadi ruang kelas tanpa batas yang dapat dimanfaatkan peserta didik untuk belajar berbagai hal,” jelasnya.
“Lomba ini menjadi ajang yang baik bagi siswa untuk menerapkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam berbagai pelajaran. Ilmu sejarah, budaya, masalah sosial kemasyarakatan, serta keterampilan berbahasa-berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis dapat diterapkan dalam menuliskan cerita rakyat tempat wisata,” imbuh Katarina Cicih Karnengsih.
Lebih lanjut, pengampuh mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMAS Sesado Hokeng ini mengucapkan terima kasih kepada Yayasan yang selalu mendukung kegiatan sekolah, Romo Kepala Sekolah yang memberikan ruang untuk pengembangan kompetensi siswa, para guru pendamping, ketiga belas peserta lomba bersama orang tua yang sudah bekerja sama dalam proses penulisan cerita rakyat ini.
Terhadap hasil yang membanggakan ini, Kepala Sekolah SMAS Sesado Hokeng, RD Alexander Boli, S.Fil.,M.Th.,MA merasa senang dan memberikan apresiasi kepada dua siswa yang mendapat juara.
“Ini adalah kegiatan yang penting sebagai aktualisasi bakat minat mereka dalam dunia literasi dan itu menjadi kekhasan dari Seminari San Dominggo Hokeng. Siswa kita banyak yang potensial, media-media seperti ini yang kita butuhkan supaya memperkaya dan membantu mereka untuk pengembangan diri, sekolah secara pasti akan terus mendukung mereka, dan itu menjadi hal yang harus kita gerakan bersama-sama,” ujar RD Alexander Boli yang akrab disapa Romo Sandro.
Lebih lanjut, Romo Sandro menyampaikan terima kasih kepada Bank NTT yang sudah menggandeng Seminari Hokeng sebagai salah satu sasaran, prioritas atas program mereka. Sesado Hokeng sudah membuktikan dua tahun bahwa lembaga ini mampu dalam hal-hal seperti ini. Berto dan Verys mengaku senang dan tak menduga bisa menjuarai kompetisi ini.
“Usaha dan kerja keras tidak pernah mengkhianati hasil. Kami menulis cerita ini dengan melakukan wawancara langsung di tempat cerita ini berasal, yakni di Adonara. Bersama pendamping, kami turun langsung ke tempat cerita rakyat yang menjadi objek wisata dan hasilnya sangat luar biasa. Kami mendapat juara,” ujar Berto Atakelan yang menulis cerita tentang ‘Legenda Ina Burak’. (Rikard Diku/SESADO Hokeng)