Jumad, 03 Nopember 2023
Rm.9:1-5 ; Luk.14:1-6
Pekan Biasa XXX
“Bolehkah menyembuhkan orang sakit pada hari sabat atau tidak?”
(Luk.14:3)
Orang sakit di depan mata. Ahli taurat, orang Farisi dan Yesus sama-sama melihatnya. Namun beda respon. Ahli Taurat dan orang Farisi membiarkan si sakit berdiri tanpa sentuhan kasih, hanya karena hari itu hari sabat.
Maka Yesus bertanya, sekedar menguji nurani mereka. Boleh menyembuhkan dia atau tidak? Tetapi mereka diam saja. Yesus mengabaikan diam mereka, meski itu tanda tidak setuju. Ia lebih memilih memberi sentuhan kasihNya kepada si sakit, walau jadi sandungan bagi mereka.
Tetapi Yesus konsisten dengan opsinya. Berbuat kasih jauh lebih bermakna dari sekedar taat buta pada hukum. Menolong si sakit jauh jauh lebih manusiawi dari pada membiarkan dia dalam derita, hanya demi taat terhadap aturan.
Dengan bersikap demikian, Yesus mengingatkan kita, taat tanpa kasih, memformat kita jadi seperti robot. Memang aturan apapun mesti diabdi, dituruti, tetapi tidak membuat kita tidak peduli dengan rintihan saudara-saudara kita, karena takut dipersalahkan. Lebih baik mengasihi meski dipersalahkan, dari pada tidak melakukan apa-apa hanya supaya dipuji patuh.
Di sekitar kita, ada banyak “orang sakit”. Banyak saudara sedang dalam kesulitan, dalam penderitaan, dalam masalah, dalam keresahan, dalam putus asa. Yesus mengajari kita, lihatlah mereka dengan mata kasih. Segera lakukan sesuatu untuk menolong, jadi bagian dari problem yang sedang dihadapi.
Buanglah kebiasan mencari-cari alasan hanya untuk menghindar, tak mau terganggu, tak mau terbebani. Tuhan menghadirkan mereka di depan kita, agar kita punya kesempatan mengulurkan tangan untuk membantu. Jangan membuang kesempatan berbuat kasih.
Kesempatan tak mungkin datang dua kali. Yang datang kedua, hanyalah sesal, karena sudah sudah terlanjur mengabaikan.
Tuhan memberkati. SALVE. ***
RD Wens Herin
” Jangan membuang kesempatan tuk berbuat kasih” Amin….
Jangan membuang kesempatan untuk berbuat kasih karena kita sudah mendapat kasih yang lebih dari Tuhan. Kasih itu harus disebarkan agar ‘berbuah’. Terima kasih Romo atas renungan.