Aksinews.id/Hinga – Ketua PGRI Kabupaten Flores Timur, Maksimus Masan Kian menyampaikan sepuluh (10) pokok pikirannya tentang transformasi pendidikan di Kabupaten Flores Timur. Ini disampaikan dalam Lokakarya di SMPS Katolik Awas Hinga, Adonara, Kabupaten Flores Timur, Sabtu (23/9/23).
Sepuluh pokok pikiran itu disampaikan dengan lugas di hadapan Kepala Dinas PKO Kabupaten Flores Timur, Felix Suban Hoda, Ketua Perwakilan Biara OSF untuk Yayasan Marsudirini Tanjungpriok Jakarta, Suster Maria Clarentine OSF, Pengawas Sekolah, Kepala SMPS Katolik Hinga, Komite Sekolah dan para guru dan Ikatan Alumni SMPS Katolik Awas Hinga.
Menurut mantan Ketua Agupena Flores Timur ini, transformasi pendidikan adalah perubahan fundamental dalam pendekatan, metode, dan tujuan pendidikan. Artinya, bicara tentang perubahan butuh keberanian untuk mengubah mindset dan cara-cara lama yang biasa ke cara baru yang luar biasa hingga mampu melahirkan yang namanya perubahan.
“Jangan harapkan adanya transformasi pendidikan jika masih bertahan dengan kebiasan-kebiasaan lama. Butuh keberanian untuk melakukan perubahan secara fundamental dalam pendekatan, metode, dan tujuan pendidikan,” ungkap Maksi.
Adapun 10 pokok pikiran terkait transformasi pendidikan yang disampaikan meliputi, 1) Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Menurutnya, pendidikan harus lebih berfokus pada pengembangan keterampilan, pengetahuan, dan kompetensi yang relevan dengan kebutuhan dunia nyata. Dengan cara ini, memungkinkan peserta didik untuk siap menghadapi tantangan masa depan.
2) Teknologi dalam Pendidikan: Penggunaan teknologi dalam pembelajaran telah menjadi sangat penting. Dan menjadi kebutuhan pembelajaran masa kini. Platform daring, aplikasi mobile, dan alat-alat digital lainnya dapat meningkatkan aksesibilitas dan efektivitas pembelajaran.
3) Pembelajaran Seumur Hidup: Transformasi pendidikan mencakup ide bahwa pembelajaran bukan hanya terjadi di sekolah. Siswa harus didorong untuk terus belajar sepanjang hidup mereka. Peserta Didik tidak saja belajar pada guru formal yang ada di sekolah, tetapi dapat menjadikan orang orang terampil di tengah masyarakat sebagai guru dalam melatih sebuah keterampilan
4) Fleksibilitas Kurikulum, Kurikulum harus disesuaikan dengan kebutuhan individu dan perkembangan peserta didik. Pendekatan satu ukuran untuk semua harus digantikan oleh kurikulum yang lebih fleksibel.
5) Kolaborasi dan Keterlibatan, melibatkan siswa, guru, komite sekolah, orang tua, alumni dan komunitas edukatif terkait dalam proses pendidikan dapat meningkatkan efektivitas sistem pendidikan.
6) Penilaian yang Holistik. Penilaian harus mencakup lebih dari sekadar tes tertulis. Bukan hanya sekedar nilai 60, 70, 80/100. Pengukuran keterampilan, sikap, dan pencapaian yang lebih luas harus menjadi bagian dari penilaian pendidikan.
7) Pendidikan Inklusif: Semua siswa harus memiliki akses ke pendidikan yang berkualitas, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus/Difabel.
8) Pendidikan Berkelanjutan untuk Guru. Guru perlu mendapatkan pelatihan dan dukungan berkelanjutan untuk mengikuti perubahan dalam pendidikan. Workshop-workshop.
9) Penekanan pada Kreativitas dan Kritisitas:Siswa harus didorong untuk berpikir kritis, berinovasi, dan mengembangkan kreativitas mereka.
Dan, 10) Keberlanjutan dan Kewirausahaan: Pendidikan harus mengintegrasikan pemahaman tentang isu-isu keberlanjutan dan kewirausahaan agar siswa siap untuk menghadapi tantangan masa depan.
Transformasi pendidikan adalah upaya yang kompleks dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa pendidikan mencerminkan tuntutan zaman modern dan membekali individu dengan keterampilan yang diperlukan untuk sukses dalam kehidupan pribadi dan profesional.
“Komitmen yang dibangun hari ini memampukan Keluarga Besar SMPS Katolik Swasta Awas Hinga untuk dapat melakukan transformasi pendidikan. Jangan berharap melakukan banyak hal tetapi fokus pada hal tertentu yang urgen. Geluti terus hingga kelak menjadi ikon, atau branding sekolah ini hingga dari waktu ke waktu SMPS Katolik Awas Hinga semakin dicintai,” tandas Maksi. (MMK/AN-01)