Aksinews.id/Lewoleba – Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat Kemendikbudristek RI, Sjamsul Hadi menyanjung habis-habisan anak muda yang jadi Pandu Budaya. Ia menilai mereka sebagai anak muda yang akan mampu menjaga eksistensi kebudayaan dan ragam pangan lokal yang ada.
Maklum saja, setelah sukses menggelar Sekolah Lapang Kearifan Lokal, kini anak muda Pandu Budaya menyelenggarakan Festival Pangan Lokal Masyarakat Adat di Taman Kota Swaolsa Tite, Lewoleba, 29-31 Agustus 2023. Hal ini dinilai sebagai bukti bahwa anak muda di Lembata mampu menjaga eksistensi kebudayaan dan ragam pangan lokal yang ada. Kegiatan ini didukung sepenuhnya oleh Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat Kemendikbudristek RI.
Angin segar masa depan kebudayaan di Lembata ini juga diakui Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat Kemendikbudristek RI, Sjamsul Hadi saat menyampaikan kesannya menghadiri festival pangan lokal bertajuk ‘Makan Apa yang Kita Tanam dan Tanam Apa yang Kita Makan’ itu, Selasa, 29 Agustus 2023.
Sjamsul memuji kinerja luar biasa para Pandu Budaya yang telah mengikuti Sekolah Lapang Kearifan Lokal bulan lalu di desa Hoelea, Kecamatan Omesuri dan langsung melakukan identifikasi pangan lokal di 12 masyarakat adat. Mereka juga berhasil mencatat dan mengkurasi sebanyak 199 objek pemajuan kebudayaan (OPK) di Lembata.
“Mereka (Pandu Budaya Lembata) bekerja dengan sepenuh hati, tidak kenal waktu dan selalu membangun komunikasi dengan Empu Budaya (mentor),” kata Sjamsul di hadapan Penjabat Bupati Lembata Matheos Tan dan ratusan masyarakat yang hadir dalam festival.
Dia mengakui anak-anak muda di Lembata yang bergabung menjadi Pandu Budaya sangat aktif dan punya semangat menjaga eksistensi kebudayaan di Lembata. Maka dari itu, Sjamsul meminta kepada Pemda Lembata supaya membuka ruang-ruang ekspresi kebudayaan dan penguatan nilai-nilai kearifan lokal kepada generasi muda di Lembata.
Tahun ini, katanya, berkat kerja para Pandu Budaya, Kabupaten Lembata berhasil mencatat ratusan objek pemajuan kebudayaan di antaranya berupa ragam pangan, teknologi pengobatan dan pengetahuan-pengetahuan lokal serta kearifan lokal yang ada.
Dukungan kemajuan teknologi menurutnya bisa membuat potensi kebudayaan di Lembata menjadi sumber daya yang tidak akan pernah habis.
“Di dunia pertambangan, ada masa waktunya, di dunia perkebunan juga ada masa waktunya. Kalau kita bekerja dan bergerak melalui bidang kebudayaan selama turun temurun kita dapat transfer pengetahuan dari yang tua ke muda maka pasti kebudayaan akan terangkat ke permukaan,” paparnya.
Rian Odel, ketua panitia festival pangan, mengemukakan, pada 22-24 Juni 2023, Pandu Budaya Lembata yang terdiri atas 21 orang dan 4 orang narasumber lokal melakukan kegiatan Sekolah Lapang Kearifan Lokal di Desa Hoelea II, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata.
Dalam kegiatan tersebut, Pandu Budaya Lembata berhasil mengidentifikasi 199 Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) dari berbagai kategori di 12 kampung adat. (RW/AN-01)