Aksinews.id/Lewoleba – Yayasan Plan Internasional Indonesia atau disingkat Plan Indonesia menggelar Lokakarya Penyusunan Rencana Kesiapsiagaan Kekeringan, Kebakaran Hutan dan Lahan, serta Kajian Pasar Komoditas di Kabupaten Lembata. Kegiatan ini digelar di Ballroom Olimpic, Lewoleba, Lembata, Kamis (24/8/2023).
Lokakarya ini digelar dalam upaya untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi sejumlah bencana yang bisa saja mengancam Kabupaten Lembata. Pasalnya, Lembata yang terletak di wilayah timur Indonesia bakal menghadapi berbagai ancaman bencana alam, termasuk gempa bumi, banjir, tanah longsor, badai siklon tropis, dan letusan gunung api.
Padal bulan April 2023 lalu, Gubernur NTT menerbitkan surat Nomor 172/KEP/HK/2023 tentang Siaga Darurat Kekeringan dan Kebakaran Hutan dan Lahan di NTT, yang berlaku selama 6 bulan sampai 27 Oktober 2023. Juga, Bupati Lembata menerbitkan Keputusan Nomor 444 Tahun 2023 tentang Status Keadaan Siaga Darurat Penanganan Bencana Kekeringan dan Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Lembata yang berlaku sejak 1 Juli 2023 sampai 30 November 2023.
Kabupaten Lembata juga dinilai berpotensi mengalami kekeringan yang diakibatkan oleh fenomena El Nino yang menguat di wilayah timur Indonesia.
Karena itulah, Plan Indonesia menggelar lokakarya ini. Salah satu tujuan kegiatan ini adalah untuk memfasilitasi rencana siaga darurat kekeringan bagi Pemerintah Kabupaten Lembata.
Ya, “Plan Indonesia memfasilitasi penyusunan rencana siaga darurat kekeringan kabupaten Lembata agar ada dokumen kesiapsiagaan kekeringan pemerintah kabupaten Lembata sehingga bisa dibuatkan kajian kerentanan dan kapasitas kesiapsiagaan kekeringan,” kata Manager Program Implementasi Area (PIA) Lembata, Erlina Dangu.
Selain itu, Plan Indonesia juga akan melakukan kajian pasar di Lembata untuk komoditas penting seperti beras, jagung, sorgum, alat kebersihan, pakaian dalam, dan peralatan sekolah. Pemetaan pasar ini bertujuan untuk mengetahui alur proses distribusi barang di kabupaten Lembata sebelum dan sesudah terjadi bencana.
Erlina menyatakan dalam respons bencana, Plan Indonesia akan mengedepankan penggunaan modalitas Cash Voucher Assistance (CVA) atau bantuan non tunai. Tujuannya, memperkuat kembali ekonomi masyarakat lokal.
Kajian pasar dilakukan agar ada pemetaan pasar sebelum bencana untuk komoditas tertentu di Lembata. Kajian ini dilakukan dengan mewawancara pihak pelaku usaha, lembaga keuangan, masyarakat dan dinas terkait. Kegiatan ini sudah dilakukan sejak tanggal 22 hingga 24 Agustus 2023.
Sebelumnya, Plan Indonesia melalui PIA Lembata mendistribusikan air bersih ke tujuh titik lokasi di lima permukiman relokasi yakni di Pemukiman Walang, Kalabahi, Tana Merah, Waisesa, dan Podu. Permukiman ini dihuni oleh warga yang direlokasi pasca bencana banjir bandang akibat Siklon Seroja pada April 2021 yang lalu. Berdasarkan hasil kaji cepat kebutuhan yang dilakukan pada 14-15 Juni lalu, sebanyak 1.874 orang atau 570 KK terdampak kekeringan yang terjadi di 5 permukiman tersebut. (Alfred Ike-Plan/AN-01)