Oleh: Claudia Amanda Putri Kekong
Mahasiswi Unika St. Paulus Ruteng, Tinggal di Ruteng – Manggarai
Suasana Kota Ruteng yang makin ramai. Orang-orang yang mengendarai kendaraan bermotor berlalu lalang. Mobil pribadi maupun mobil penumpang berseliweran tidak karuan. Dan, selalu saja terjadi, nona cantik menghambat laju alur transportasi kota Ruteng.
Nona-nona cantik yang melangkah diatas hotmix seenaknya. Mereka berjalan penuh percaya diri. Tidak peduli, kalau trotoar yang sudah ditata rapi di tepi jalan, seharus jadi tempat mereka selaku pejalan kaki. Sambil bercanda tawa, mereka terus berjalan di atas hotmix, yang berujung menghambat laju transportasi Kota Ruteng.
Hal ini tentu saja sangat disayangkan, hanya karena beberapa orang pejalan kaki, banyak kendaraan yang mengalami kemacetan di jalan. Hambatan pejalan kaki di kota Ruteng sangat banyak.
Data yang diperoleh Kelompok 5 Rekayasa Lalu Lintas kelas 2022A Program Studi Teknik Sipil Unika St. Paulus Ruteng, dalam survey yang dilakukan selama 9 (sembilan) jam, di jalan umum persis di depan Kantor Bupati Manggarai, menunjukkan bahwa hambatan transportasi akibat pejalan kaki di ruas jalan mencapai angka 189 kali.
Hambatan yang diakibatkan oleh para pejalan kaki ini menjadi masalah yang cukup rumit serta banyak kali terjadi, dan salah satu masalah transportasi yang sampai saat ini seolah sulit untuk diselesaikan.
Ketidaksadaran akan adanya trotoar sebagai tempat pejalan kaki untuk melaksanakan aktivitas malah merugikan kendaraan yang melewati jalur yang bersamaan dengan nona-nona ini.
Tapi tidak ada yang tahu keadaan sebenarnya, apa mungkin memang tidak sadar akan adanya trotoar, atau memang benar-benar masa bodoh dengan keadaan?
Hal ini membuat kemacetan yang terus saja terjadi di jalanan. Berbagai upaya dilakukan, misalnya dengan perbaikan trotoar maupun bahu jalan. Tetapi percuma saja, karena memang sedikitnya kesadaran.
Nona-nona cantik yang baru pulang sekolah berjalan di aspal tempat lewatnya kendaraan. Kendati mereka sudah melihat kepadatan jalan, tapi tetap bersikap tidak peduli, dan bertindak seolah-olah menjadi korban apabila terjadinya kecelakaan.
Ini adalah hal yang marak terjadi akhir-akhir ini. Kendaraan selalu menjadi pusat kesalahan yang terjadi di jalan, padahal pejalan kaki juga melakukan kesalahan.
Trotoar dan bahu jalan yang ada tidak digunakan semestinya. Malah menjadi bahan untuk mempercantik jalan saja. Jadi mana yang lebih cantik, trotoar atau nona-nona?
Dari masalah ini, hal yang harus kita lakukan adalah menumbuhkan kesadaran dalam diri untuk mematuhi peraturan lalu lintas meski hanya sebagai seorang pejalan kaki. Trotoar dan bahu jalan dibuat sebagai tempat untuk pejalan kaki melaksanakan aktivitas, bukan hanya sebagai ornamen pelengkap yang ada di jalanan. Apabila hal ini diterapkan dengan baik, maka proses transportasi juga akan berjalan dengan baik, dan cantiknya nona-nona tidak akan kalah dari trotoar.
Kalau sudah taat aturan lalu lintas, sekarang mana yang lebih cantik, trotoar atau nona-nona? ***