Aksinews.id/Jakarta – Press Conference sahari sebelum pertandingan Timnas Indonesia-Argentina tentu saja telah ditunggu-tunggu. Tetapi apa yang terjadi bahwa dalam kesempatan itu (Minggu, 18/6/2023) pelatih Timas Argentina meminta ganti penerjemah? Apa yang sebenarnya terjadi?
Berikut hasil wawancara dengan Robert Bala, guru dan penerjemah bahasa Spanyol, asal Lembata, NTT, yang pernah tinggal di Amerika Selatan dan Spanyol masing-masing 4 tahun dan tamat dari Universidad Pontificia de Salamanca dan Universidad Complutense de Madrid Spanyol. Berikut petikan wawancara dengan jawabannya yang menohok.
𝑨𝒑𝒂 𝒌𝒐𝒎𝒆𝒏𝒕𝒂𝒓 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒉𝒂𝒅𝒂𝒑 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒗𝒊𝒓𝒂𝒍 𝒑𝒆𝒓𝒎𝒊𝒏𝒕𝒂𝒂𝒏 𝑺𝒄𝒂𝒍𝒐𝒏𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒂𝒏𝒕𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒏𝒆𝒓𝒋𝒆𝒎𝒂𝒉 𝑺𝒑𝒂𝒏𝒚𝒐𝒍 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝑷𝒓𝒆𝒔𝒔 𝑪𝒐𝒏𝒇𝒆𝒓𝒆𝒏��𝒆 𝑴𝒊𝒏𝒈𝒈𝒖 (18/6/2023)?
“Seorang teman mengirimkan cuplikan viral itu. Saya kemudian mencari press conference utuh dan saya mengatakan bahwa sangat paham mengapa Scaloni kesal dan meminta agar penjemahnhya diganti. Alasannya karena dalam Press Conference itu terdapat kesalahan sangat mendasar baik dalam pengucapan maupun grammar. Kalau salah grammar maka maksud tidak akan tersampaikan dengan baik”.
𝑩𝒊𝒔𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒅𝒊𝒌𝒊𝒕 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒐𝒉 𝒌𝒆𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒅𝒂𝒔𝒂𝒓?
“Sejak mengucapkan selamat datang: ‘𝐛𝐢𝐞𝐧𝐯𝐞𝐧𝐢𝐝𝐨’ (diucapkan bienfenido), saya langsung merasa bahwa level bahasa spanyol si penerjemah sangat mengkuatirkan.
Dalam kelas bahasa Spanyol (hari pertama) misalnya sudah diajarkan bahwa huruf “V” diucapkan lembut sama seperti/mirip dengan “W” dalam bahasa Indonesia. Karena itu ketika translator mengucap ‘bienfenido’, saya hanya geleng-gelengkan kepala”.
“Hal mendasar lain adalah tidak dibedakannya Indonesia (sebagai negara) dan indonesio (keterangan). Seperti dalam bahasa Inggris, adalah berbeda mengatakan ‘I am from Indonesia’ dan ‘I am Indonesian’. (Indonesia dan Indonesian berbeda). “
“Hal kecil yang juga dipelajari pada kelas-kelas awal Spanyol dasar adalah membedakan “𝐔𝐬𝐭𝐞𝐝” dan “𝐓𝐮́”. Orang Amerika Latin sangat sopan dalam membedakan keduanya. Selain itu yang membuat Scaloni kesal karena penerjemah tidak gunakan secara tepat “p𝐚𝐫𝐚 𝐪𝐮𝐞́ (tujuannya) dari “𝐩𝐨𝐫 𝐪𝐮𝐞́” (alasannya). Yang ditanyakan apa alasannya sehingga Scaloni merotasi pemain dan bukan untuk apa mengadkaan rotasi. Kalau tanya ‘untuk apa’ seakan merendahkan karena apa yang dilakukan ‘ngasal’. “
𝑻𝒂𝒘𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊 𝑷𝒆𝒏𝒆𝒓𝒋𝒆𝒎𝒂𝒉 𝑮𝒓𝒂𝒕𝒊𝒔
Selanjutnya ketika ditanya, apa solusi agar tidak terjadi kesalahan seperti pada press conferece itu? Robert yang juga penulis Opini di Harian Kompas dan penulis buku di Gramedia menjawab dengan lugas. Baginya, press conference ditonton oleh banyak negara karena yang bermain adalah Argentina, juara dunia. Karena itu yang dipertaruhkan adalan nama baik Indonesia, apalagi yang digunakan dalam press conference adalah lambang negara kedua negara.
Untuk itu Bala menwarkan diri menjadi penerjemah gratis bila ada press conference malam ini (Senin, 19/6/023). “Bagi saya, inilah momen kita tunjukkan ke dunia bahwa orang Indonesia paham bahasa Spanyol’” ungkapnya.
Lebih lanjut Robert mengungkapkan bahwa kalau diminta jadi penerjemah, ia akan lakukan secara gratis alias tanpa bayaran, kata Robert sambil memberikan nomor kontaknya: 𝟎𝟖𝟏𝟑𝟖𝟔𝟔𝟐𝟎𝟖𝟔𝟖, 𝐫𝐨𝐛𝐞𝐫𝐭𝐨𝐛𝐚𝐥𝐚@𝐲𝐚𝐡𝐨𝐨.𝐜𝐨𝐦, 𝐈𝐆 𝐑𝐨𝐛𝐞𝐫𝐭 𝐁𝐚𝐥𝐚, bila dibutuhkan.
Robert juga harapkan agar PSSI bila merancang pertandingan bergensi seperti ini harus sangat selektif dalam memilih penerjemah. Para jurnalis biasanya ingin mendengarkan langsung ucapaknd ari para pemain dan pelatih dan karena itu hasil terjemahan harus sangat kuat.
Pada sisi lain, Bala juga mengharapkan agar penerjemah tidak menerjemahkan dengan kalimat tidak langsung: “Tadi dia katakan….”. Sebaliknya ia menggunakan kata ‘saya’ dengan hanya mengulang apa yang dikatakan oleh narasumber sebagai orang pertama. (Karel Katje Ohoiulun)
Mantap pak Bala. Kerelaannya untuk membantu secara ‘pro-bono’ patut dihargai. Saya juga tidak suka memakai semacam ‘indirect speech’ untuk mengonterpret ‘I’ yang hanya bekin rumit. Saya akan bilang “Saya”, yg tentu bukan Frans Balla, karena audience tahu kalau Saya hanya gaungkan suara pembicara. Ini juga menghemat waktu. Band: ‘Dia katakan bahwa dia…’
Ada juga penerjemah yang menggunakan istilah atau frasa yang tidak lazim, asing di telinga audience, mis The Lord’s Prayer diterjemahkan dengan DOA TUHAN, atau Church dalam kalimat ‘Separation of church and state/politics diterjemahkan dengan ‘gereja’.
Saya sedang berpikir, apakah para penerjemah sebaiknya tau prinsip2 dasar HERMENEUTIKA. Trimakasih