Aksinews.id/Kupang – Penjabat Bupati Lembata, Drs. Matheos Tan, MM mengakui kalau dirinya memang diusulkan oleh DPRD Kota Ambon menjadi bakal calon penjabat Walikota Ambon. Hanya saja, pemerintah pusat menugaskannya ke Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Ya, “Saya itu diusulkan dari profilnya Kota Ambon, dari DPRD, dimana saya masuk pada posisi yang ketiga,” ujar Matheos Tan, saat tampil dalam Podcast Pos Kupang, yang ditayangkan melalui akun YouTube Pos Kupang, Kamis (25/.5/2023) petang.
Dua nama lainnya adalah Bodewin Wattimena dan Agus Ririmasse, yang diputuskan dalam rapat paripurna DPRD Kota Ambon, Selasa (4/4/2023) silam.
Jadi, “Saya sendiri waktu membaca koran, bebeapa waktu yang lalu, dikeluarkan (berita) bahwa ‘Diusulkan dari Ambon, Ditempatkan di Lembata’. Saya baca juga saya bingung. Ya, diusulkan DPRD Kota Ambon, ditempatkan di Lembata,” ujarnya, santai.
Matheos Tan kemudian menceritakan awal mula memperoleh penugasan ke Lembata. “Saya dipanggil itu hari Senin. Saya sama teman saya Ibu Ayu. Kami dipanggil lalu disampaikan untuk melaksanakan tugas ke Lembata. Persoalan apa di balik itu kami tidak menanyakan, tetapi yang jelas bahwa tentu pasti profil saya tentu sudah diterima oleh usulan dari beberapa daerah yang lain, termasuk Kota Ambon,” papar dia.
Namanya diusulkan dari daerah untuk menjadi pemimpin daerah, menurutnya, kemungkinan ada keinginan menciptakan kolaborasi pusat dan daeah. Ya, “Mungkin (orang) berpikir bahwa saya orang Kemendagri, orang Ambon yang ada di Jakarta. Satu-satunya pejabat yang memang bisa melakukan kolaborasi antara daerah dan pusat. Sehingga itu mungkin kepercayaan orang daerah kepada saya,” ujarnya.
Saat profil bakal calon penjabat bupati atau walikota masuk ke Kemendagri, jelas dia, digodok oleh sebuah tim sebelum diteruskan ke setkab dan kepresiden. Tim itu terdiri dari unsur Kemenpan, BAKN, KASN, KPK, Polpum, Irjen dan Otda Kemendagri. “Mungkin dari data-data kita terkait track rekord kerja, kinerja maupun tanggungjawab yang selama ini kami emban,” papar Matheos Tan, soal mengapa dirinya ditunjuk menjadi Penjabat Bupati Lembata.
Diakui ada juga penjabat bupati/walikota yang melanjutkan kepemimpinannya. “Tentu ada juga pejabat yang melanjutkan seperti pak Doris (Rihi),” papar dia.
Yang tidak melanjutkan seperti Marsianus Jawa, menurut dia, bukan karena tidak mampu. Ya, “Kalau tidak melanjutkan bukan karena orang itu tidak baik atau tidak mampu. Tentu kebaikan itu ada, tetapi bagi pemerintah pusat ada hal yang dinilai lain, sehingga saya ditempatkan. Tapi ada apa di balik itu, bapak tanya saya, saya bukan ada udang di balik batu. Ya saya apa adanya saja. Ya ketika dimintakan, ya kami laksanakan,” ujarnya, sambil tertawa.
Matheos Tan mengaku tak bisa menolak ketika diperintahkan untuk menjalankan tugas sebagai penjabat Bupati Lembata. “Ada yang bilang, wah pak terlalu jauh di Lembata. Kalau jauh di Lembata, mungkin saya pikir kerja di Jakarta saja mungkin lebih enak, masuk keluar lift dan segala macam, naik turun mobil AC. Tapi kalau ditempatkan di suatu tempat, tidak ada kita tawar menawar. Kita harus bersedia melakukan tugas tanggungjawab sekaligus mengabdi untuk melayani,” ujarnya.
Menjawab pertanyaan Alfons Nedabang selaku host Podcast Pos Kupang soal perasaannya mendapat penugasan ke Lembata, Matheos Tan mengaku suasana bathinnya campur aduk. “Perasaan hati tuh campur aduk antara senang karena kepercayaan tetapi berpikir bagaimana dengan tugas saya yang di Jakarta juga, ada keluarga, ada istri, ada anak. Tapi ketika diberikan tanggungjawab itu saya tidak bilang ‘Pak kasihan istri saya pak, kasihan anak saya pak’. Yang saya bisa bilang bahwa apapun yang terjadi saya harus bisa bagaimana mengkondisikan suasana sehingga saya harus bisa bekerja dengan baik. Suasana hati, suasana pikiran, sehingga tidak ada terbebani dalam hati saya. Yang ada dalam hati saya bahwa apa yang ditugaskan itu saya akan berusaha melaksanakan yang sebaik-baiknya,” paparnya.
Matheos Tan mengaku tidak merasa asing datang ke NTT, dan memimpin kabupaten Lembata. Sebab, menurut dia, NTT dan daerah asalnya di Ambon, Maluku, memiliki kemiripan sosial budaya. Jadi, “Saya anggap rumah sendiri karena kita etnisnya sama. Dari sisi makanan, budaya hampir sama. Adatnya juga hampir mirip. Jadi saya pikir saya datang kesini seperti saya pulang ke Ambon juga,” ucap Matheos Tan.
Dia memiliki pandangan menarik soal tradisi leva nuang di Lamalera. Dikatakan, orang Lamalera memiliki tradisi yang harus dihormati. Nelayan Lamalera disebut sebagai nelayan khusus karena menangkap ikan paus. “Saya tidak bilang berburu, (tapi) nelayan khusus karena itu sudah dalam adat. Kalau bilang buru ikan paus kan dilarang. Tetapi karena ini merupakan adat, sudah merupakan kebiasaan, kita tidak anggap sebagai sesuatu yang bertentangan, karena itu budaya,” ujarnya, seraya menyebut Lembata memiliki potensi perikanan yang cukup menjanjikan. (AN-01)
Selamat datang pa Mateos Tan Penjabat Bupati Lembata. Semoga menjalankan tugas dan tanggungjawab meneruskan program bapak Marsianus Jawa. Kami orang kecil di Desa butuh gaya seperti Jokowi dan Marsianus Jawa. Terus turun dan melihat dari dekat masyarakat Desa. Dan ini menjadi kebanggaan sampai orang merasa kehilangan Marsianus. Membaca pernyataan bapa tentang Lamalera, nelayan tradisional penangkapan paus itu sudah menjadi hal yang patut bapa ucapkan karena Sejarah Leva orang Lamalera bawa mulai dari Ambon Wetar. Jadi bapak bukan menjadi orang asing di tanah sendiri. Ambon, aman bikin orang nyaman dan NTT, Nanti Tuhan Tolong dalam tugas bapak. Selamat bertugas dan bekerja sama dan sama,.sama bekerja.salom