Aksinews.id/Larantuka – Senyum manis Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI, Bintang Puspayoga terlihat berseri setelah kapal Tri Sakti melemparkan sauhnya di ujung dermaga. Laut yang surut tak menyurutkan semangat rombongan Menteri PPPA, Bintang Prayoga untuk melihat lebih dekat aktivitas ema-ema ‘Du Anyam’ di Desa Wulublolong, Flores Timur.
Selain melihat aktivitas ema-ema Du Anyam, kunjungan kerja Menteri PPA kali ini yakni berbicara soal pemberdayaan ekonomi perempuan dan upaya pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Sekda Flores Timur, Petrus Pedo Maran menyatakan syukur dan terima kasih untuk kunjungan Menteri Bintang Puspayoga yang berpapasan langsung dengan ema-ema di Solor, Kabupaten Flores Timur. Kegiatan dipusatkan di halaman Gereja Wulublolong, Rabu 24 Mei 2023.
“Ini rencana dari Tuhan. Ibu hadir bersama kami, terlebih ibu-ibu dalam dampingan. Kami kurang lebih 297.000 jiwa. Ada juga angka penyintas,” kata Pedo Maran.
Menteri PPPA, Bintang Puspayoga mengucapkan terima kasih kepada Hanna Keraf, putri mantan Menteri Lingkungan Hidup, Sonny Keraf sebagai inisiator yang membangkitkan tradisi mengayam di Flores Timur.
Bintang Puspayoga mengatakan Negara Indonesia terbentuk untuk melindungi seluruh rakyatnya. “Namun, ketika kita melihat realita dan data perlu pendampingan dan komitmen kita semua. Ada banyak anak-anak stunting. Kehadiran kita semua untuk mengedukasi masyarakat untuk mewujudkan Indonesia emas 2045,” kata Menteri PPPA dengan suara serak-serak basah.
Menteri PPPA menyebut, saat ini peti jenazah yang turun ke NTT 55 orang di tahun ini.
Untuk itu, setir Menteri PPPA, bagaimana peran semua stakeholder untuk melindungi warga masyarakat agar terhindar dari human trafficking.
“Ibu-ibu harus berdaya secara ekonomi menjadi hal penting untuk bisa menyelesaikan permasalahan, apalagi tidak pidana perdagangan orang,” tuturnya.
Di Kementrian, kata Bintang Puspayoga, ketika bicara soal perlindungan terhadap masyarakat, kemudian melihat angka masih tinggi maka perlu ada perhatian soal pendidikan dan pengasuhan anak, penurunan anak stunting dan bagaimana di tingkat desa partisipasi perempuan dan anak perlu dilibatkan.
“Anak ini generasi penerus bangsa kita ke depan. Kemudian berkaitan dengan isu trafficking. Kami melihat banyak modus yang digunakan untuk trafficking. Ada pemalsuan identitas. Ini untuk mendapat gaji yang besar dan sebagainya. Ibu-ibu kita harus memiliki keterampilan, kita harus berkarya, mama-mama harus berkarya. Dan tidak ada lagi kita tertipu oleh perdagangan trafficking ini. Karena di beberapa daerah sudah ada perdes,” imbuh Bintang lebih jauh.
Untuk TPPO, kata menteri PPPA, negara hadir. Tetapi tidak hanya menjadi tanggung jawab gubernur sampai kepala desa saja, tetapi menjadi tanggung jawab bersama.
“NTT rawan terhadap trafficking. Perempuan Berdaya Anak Telindungi Indonesia Maju,” tutup Menteri PPA dengan suara serak-serak basah. (AN-02)