Aksinews.id/Lewoleba – Tak ada diskriminasi. Apalagi hak untuk mendapatkan informasi tentang Pemilu. Begitulah yang terjadi Jumat (24/3/2023) di perlimaan Wangatoa, Kelurahan Selandoro, saat rombongan Kirab Pemilu 2024 Kabupaten Lembata “dicegat” sejumlah difabel yang sudah menunggu.
Rombongan Kirab Pemilu 2024 KPU Kabupaten Lembata langsung menyambangi sejumlah difabel yang lagi santai di taman patung Brigjen Pol (Purn) Anton Enga Tifaona. Dan, dialog pun berlangsung dalam suasana penuh keakraban.
Rombongan Kirab yang dipimpin ketua Divisi Parmas dan SDM KPU Lembata, Idris Beda didampingi Edward Tokan, Kasubag Teknis KPU Lembata, memanfaatkan kesempatan itu untuk menyampaikan informasi tentang kepemiluan.
Para difabel tanpa ragu-ragu menyampaikan aspirasi mereka kepada komisioner KPU Lembata, Idris Beda. Bahkan, ada juga yang mengungkapkan kekecewaannya terhadap hasil pemilu legislatif. Pasalnya, setelah terpilih, mereka merasa aspirasinya sama sekali tak diperhatikan.
“Seperti apakah upaya KPU Lembata agar teman-teman difabel bisa ikut Pemilu. Sebab kami memiliki berbagai keterbatasan, teman-teman difabel malu keluar rumah dan berada di tempat umum,” ucap Marlyn Liarian, salah seorang difabel.
“Jadi mereka memilih tidak ke TPS. Jika ada yang ke TPS, apakah TPSnya ramah difabel. Misalnya difabel dengan kursi roda. Selain itu, apakah juga ada petugas yang bisa membantu teman-teman difabel dengan kondisi tuli, buta dan lainnya yang harus didampingi?” imbuh Marlyn Liarian.
Pertanyaan itu dilontarkan Marlyn Liarian, ditanggapi komisioner KPU Lembata, Idris Beda. Dikatakan, semua warga yang memiliki hak pilih pasti didaftarkan.
Ya, “Semua warga yang memiliki hak pilih, pasti didaftarkan. Kami pasti akan memperhatikan teman-teman difabel di setiap TPS dan memastikan mereka nyaman melakukan pemilihan. Misalnya, yang membutuhkan alat bantu. Jika ada yang tidak bisa ke TPS karena kondisi tertentu, ada TPS berjalan,” ungkap Idris Beda, ketua Divisi Parmas dan SDM KPU Lembata.
Pertanyaan lainnya dilontarkan Lorens Lanang. “Kami yang difabel begini, bisa jadi petugas? Atau minimal lipat kertas surat suara, kami bisa?,” ujarnya.
Tentang memilih, Lorens mengungkapkan kekecewaannya. “Saya ini lama-lama bisa Golput. Karena kita pilih mereka tapi mereka lupa kita. Saya pengalaman begitu. Aspirasi kami diabaikan,” ujarnya, kesal.
Terhadap permintaan agar difabel bisa menjadi petugas, Idris Beda mengatakan, semua orang yang memenuhi syarat, bisa menjadi petugas.
Ketua KPU Lembata, Elyas Keluli Making, yang kebetulan hadir karena lokasi kegiatan dekat kediamannya, menambahkan, difabel memang memiliki peluang dan kesempatan yang sama untuk menjadi bagian dari KPU. Terbukti, dua difabel di Desa Wulandoni dan Desa Lamalera, Kecamatan Wulandoni, sudah menjadi anggota Panitia Pemungutan Suara (PPS).
Sementara difabel lainnya yang tergabung dalam Komunitas Tuli Lembata (KTL) dalam bahasa isyarat terlibat aktif saat dijelaskan tentang kepemiluan. Dari penjelasan tentang hak warga negara hingga tata cara Pemilihan serta memperkenalkan Partai Politik peserta Pemilu. Meski hanya membaca gerak mulut dan sesekali ‘diterjemahkan’ oleh dua orang pendamping, para difabel KTL tampak paham penjelasan tersebut. Mereka saling berbagi informasi dalam bahasa isyarat.
Sebelum berakhir, Ketua Forum Peduli Kesejahteraan Difabel dan Keluarga (FPKDK) Kabupaten Lembata, Ramsy Langoday menitipkan harapan agar sosialisasi kepemiluan untuk para difabel terus dilakukan. Hal yang paling penting adalah difabel merasa nyaman ketika berada di TPS.
Untuk difabel tuli misalnya, mesti ada petunjuk arah untuk setiap proses. Sebab mereka akan kesulitan bertanya. Juga, akses untuk difabel yang harus memakai alat bantu, kursi roda misalnya. Sosialisasi santai berakhir jelang waktu buka puasa. Rombongan Kirab Pemilu 2024 KPU Lembata dipimpin Idris Beda, ketua Divisi Parmas dan SDM KPU Lembata, didampingi Edward Tokan, Kasubag Teknis KPU Lembata. (fince bataona)