Oleh: Thomas Krispianus Swalar
Warga Loang, Nagawutung, Lembata
Mencermati perkembangan pendidikan yang sedang ramai dibicarakan di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang mengharuskan SMA/SMK wajib masuk sekolah jam 05.00 pagi, cukup menuai kritik terhadap kebijakan Gubernur Nusa Tenggara Timur tersebut.
Banyak kalangan tidak sependapat dengan kebijakan dari Gubernur Nusa Tenggara Timur. Banyak juga kalangan menilai bahwa kebijakan tersebut perlu dikaji ulang karena hal ini cukup membuat masyarakat resah.
Hal ini membuat semua pihak mempertanyakan, apakah benar bahwa jam belajar yang efektif harus dimulai dari pukul 05.00 pagi, ataukah justru menuai persoalan baru dengan diberlakukannya kebijakan ini.
Mari kita lihat bagaimana seharusnya menciptakan sebuah pendidikan yang mengasyikkan.
Faktor Psikologis Peserta Didik
Untuk membangun psikologi peserta didik tentunya harus dilihat dari berbagai aspek. Aspek yang harus diperhatikan adalah kesiapan peserta didik untuk menerima apa yang akan diajarkan oleh bapak dan ibu guru di sekolah. Menjadi sebuah pertanyaan, apakah benar peserta didik siap untuk menerima kebijakan ini? Ataukah, ini hanya sebuah keterpaksaan saja karena takut dengan aturan?
Untuk bisa melaksanakan sebuah kebijakan tentunya butuh kajian terlebih dahulu.
Berbicara tentang psikologi peserta didik dan melihat kebijakan tersebut akan sangat membebani peserta didik, karena ia akan dengan terpaksa datang ke sekolah untuk memenuhi target waktu yang sudah ditentukan, yakni jam 05.00 pagi. Entah ia bisa mengikuti pembelajaran dengan baik atau tidak itu tidak dipikirkan oleh peserta didik.
Faktor Kesiapan Menerima Pelajaran
Berhasil tidaknya proses pembelajaran ditentukan oleh guru dan peserta didik serta lingkungan sekolah yang mendukung.
Jika peserta didik datang ke sekolah karena ada ketakutan, maka akan berimbas pada proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran tidak akan berjalan sebagaimana mestinya karena peserta didik dalam tekanan. Mungkin saja jam seperti itu mereka masih tidur.
Sementara yang menjadi penekanan pada kurikulum merdeka belajar adalah bagaimana peserta didik bisa menemukan, menganalisis dan mempertanggungjawabkan apa yang mereka hadapi atau apa yang mereka alami di lingkungan tempat tinggal mereka.
Disini boleh dikatakan bahwa mereka tidak akan berpikir secara kritis karena pemberlakuan kebijakan tersebut.
Faktor Kebebasan
Berbicara tentang faktor kebebasan harus bisa dimaknai sebagai sebuah kebebasan yang bertanggung jawab. Menjadi sorotan disini adalah peserta didik dirampas kebebasannya dari waktu yang seharusnya. Makan dan tidur tidak aman. Ini akan berdampak buruk bagi perkembangan mental peserta didik.
Kalau dilihat dari segi kesehatan, waktu tidur untuk remaja berbeda dengan orang dewasa, karena pada masa ini mereka sedang bertumbuh dan berkembang.
Menciptakan Generasi Penerus Bangsa yang Handal
Untuk menciptakan sebuah generasi penerus bangsa yang handal tentunya membutuhkan peran serta semua pihak. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan diharapkan dapat memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan ketersediaan sarana dan prasarana untuk proses pendidikan.
Orang tua sebagai guru pertama dan utama, tentu akan dengan senang hati jika semua kebijakan yang diambil oleh pemerintah berpihak pada kepentingan semua pihak. Orang tua mana yang tidak mengharapkan agar anaknya tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang berkarakter dan berguna bagi Nusa dan Bangsa.
Guru sebagai orang tua kedua di sekolah, bila kebijakan yang diambil oleh pemerintah berdampak positif terhadap perkembangan peserta didik, guru akan dengan senang hati melaksanakan.
Lingkungan dimana peserta didik bertumbuh dan berkembang akan turut mendukung semua usaha baik bagi perkembangan peserta didik.
Bagaimana Cara Membangun Pendidikan yang Mengasyikkan?
Untuk mencapai Pendidikan Nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara terutama sumberdaya manusia yang memiliki integritas yang tinggi, berkarakter dan berdedikasi tinggi terhadap Nusa dan Bangsa tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Tentu butuh perjuangan, pengorbanan waktu dan tenaga serta biaya yang tidak sedikit.
Jika demikian, maka mari kita pikirkan jalan yang terbaik yang bisa dirasakan oleh semua orang terutama peserta didik.
Ciptakanlah pendidikan yang mengasyikkan. Buatlah sebuah kebijakan yang berpihak pada peserta didik. Jika sudah kita lakukan, maka peserta didik akan merasa nyaman dan aman dalam pembelajaran.
Tulisan ini mengajak kita semua, pemerintah, guru, orang tua dan peserta didik untuk lebih berpikir kritis dalam menciptakan sebuah generasi yang lebih bermartabat.***
Loang, 1 Maret 2023