Aksinews.id/Depok – Pemerintah Kota (Pemkot) Depok melalui Dinas Pendidikan (Disdik) Depok mengeluarkan surat edaran (SE) tentang larangan peserta didik untuk merayakan Hari Kasih Sayang atau Valentine’s Day. Larangan itu disebut dalam rangka mengembangkan karakter peserta didik memiliki akhlak mulia.
“Menjaga peserta didik dari kegiatan yang tidak sesuai dengan norma agama, sosial, dan budaya berkenaan dengan Hari Kasih Sayang (Valentine’s Day),” kata Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Depok, Sutarno, SE, MM, kepada wartawan, Minggu (12/2/2023).
Surat edaran (SE) itu dikeluarkan pada Kamis (9/2/2023), dengan Nomor 421/690/Sekret-2023, tentang Larangan Ikut Serta Dan Merayakan Hari Kasih Sayang (Valentine’s Day). SE itu ditujukan kepada pengawas SD dan SMP, Kepala SD Negeri/Swasta, Kepala SMP Negeri/Swasta, dan Lembaga Pendidikan Non Formal.
Sutarno mengimbau peserta didik di Kota Depok tidak mengikuti dan merayakan Hari Kasih Sayang (Valentine’s Day), baik di dalam maupun di luar sekolah. Valentine’s Day sendiri biasa dirayakan pada 14 Februari.
Sutarno meminta para guru dan orang tua melakukan pengawasan agar para peserta didik di Kota Depok tidak ikut merayakan Valentine’s Day. “Mengambil langkah-langkah pencegahan dan memastikan peserta didik tidak mengikuti dan merayakan kegiatan yang dimaksud,” katanya.
Berikut ini isi Surat Edaran dari Disdik Depok soal Valentine’s Day:
Kami mohon perhatian Bapak dan Ibu untuk melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menghimbau peserta didik untuk tidak mengikuti dan merayakan hari kasih sayang (Valentine’s Day) baik di dalam maupun di luar sekolah
2. Pengawas, kepala sekolah, dan guru melakukan pengawasan dan pemantauan kegiatan peserta didik di masing-masing satuan pendidikan
3. Menanamkan sikap dan perilaku melestarikan nilai-nilai luhur budaya Indonesia di lingkungan sekolah
4. Mengambil langkah-langkah pencegahan dan memastikan peserta didik tidak mengikuti dan merayakan kegiatan yang dimaksud.
Terlepas dari larangan Pemkot Depok, sesungguhnya momen apa yang membuat orang merayakannya sebagai Hari Kasih Sayang? Apa itu Valentine’s Day?
Setidaknya ada dua versi terkait perayaan Valentin Day. Versi pertama, menyebutkan bahwa Hari Valentine berasal dari nama Santo (St.) Valentino, seorang pendeta di Roma pada abad ketiga. Ketika itu, Kaisar Claudius II menetapkan larangan pernikahan bagi pria muda.
Menurutnya, seorang pria lajang lebih baik menjadi prajurit daripada harus terikat dengan pernikahan. Alasannya, agar mereka tidak perlu meninggalkan keluarga saat sedang perang.
Keputusan Kaisar Claudius II itu ditentang oleh St. Valentine karena dianggap tidak adil. Secara diam-diam, Valentine melakukan prosesi pernikahan pasangan muda tanpa sepengetahuan Kaisar Claudius II.
Namun, pada akhirnya perbuatan Valentine diketahui oleh Claudius. Atas perbuatannya, Valentine dihukum mati pada 14 Februari 270 Masehi. Sehingga Hari Kematian St. Valentine dijadikan sebagai awal mula perayaan Hari Valentine setiap tahun.
Versi lainnya, sebagaimana dilansir situs History, bermula dari Festival Lupercalia. Perayaan Valentine’s Day ini bertujuan untuk ‘mengkristenkan’ perayaan Romawi Kuno bernama Lupercalia. Lupercalia adalah festival tradisi Romawi Kuno yang dirayakan pada tanggal 15 Februari sebagai bentuk penghormatan kepada dewa kesuburan. Di masa Romawi Kuno, tradisi Lupercalia ini tidak terlepas dengan hal-hal yang berbau seks dan dianggap tidak bermoral sama sekali.
Sebagian negara besar merayakan Hari Kasih Sayang atau Hari Valentine, seperti Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Inggris, Prancis, dan Australia. Di Inggris Raya, Hari Valentine mulai populer dirayakan sekitar abad ke-17.
Pada pertengahan abad ke-18, Hari Valentine mulai dirayakan dengan keluarga, teman dan kekasih dengan bertukar catatan tulisan tangan. Lalu, pada tahun 1900, kartu cetak mulai menggantikan surat tertulis karena perkembangan teknologi pencetakan.
Kartu cetak dipakai untuk menunjukkan emosi saat ekspresi langsung dari perasaan seseorang tidak dianjurkan. Pemakaian kartu cetak terus dipakai saat Hari Valentine.
Di samping itu, orang Amerika mulai bertukar kado Hari Valentine buatan tangan pada awal 1700-an. Pada tahun 1840-an, Esther A. Howland yang dikenal sebagai “Ibu Valentine” mulai menjual kado Hari Valentine pertama yang diproduksi secara massal di Amerika.
Ia membuat kreasi kado Hari Valentine dengan renda asli, pita, dan gambar berwarna yang dikenal sebagai “memo”. Hingga saat ini, kartu cetak dan memo sering digunakan untuk merayakan Hari Valentine. (*/AN-01)