Sabtu, 11 Februari 2023
Kej.3:9-24; Mrk.8:1-10
Pekan Biasa V
“Hati-Ku tergerak oleh belaskasihan”
(Mrk.8:2)
Belas kasih tak bisa sebatas rasa. Mesti menyata dalam tindakan. Yesus dan muridNya melihat sekitar empat ribu orang sedang lapar. Yesus tergerak hati dan mendesak agar mereka mesti ditolong. Mereka tidak boleh pergi tanpa makan. Ia menguji murid-murid bagaimana mesti peka, cekatan berpikir dan bertindak untuk menolong meski dalam kesulitan.
Bagi hati yang tak mengandalkan Tuhan, tujuh roti dan beberapa ikan saja memang sulit. Tetapi bukan masalah bagi jiwa yang mencintai dalam Tuhan. Yesus menunjukkan bahwa cinta dan harapan kepada Tuhan, akan menggandakan semua yang kurang dan terbatas menjadi berkat bagi orang banyak itu. Hanya tujuh roti dan beberapa ikan telah mengeyangkan
Sebuah kisah solidaritas yang mengingatkan bahwa hidup tak boleh egois. Bukalah mata dan hati, agar peka melihat kesulitan yang sedang terjadi. Sekitar kita, banyak orang sedang “lapar”, bukan saja karena tak makan, tetapi lapar akan kasih sayang, perhatian, keadilan dan persaudaraan. Rasa empati kita tak cukup hanya mengucapkan kata kasihan. Tetapi mesti menyata dengan mengulurkan tangan membantu mengatasi kesulitan dan penderitaan sesama.
Tujuh roti dan beberapa ikan, merupakan simbol kebaikan. Artinya, kebaikan meski kecil akan berlipat ganda dan bermanfaat karena diberi dengan cinta dan ketulusan hati. Juga, petuah bahwa dalam situasi sulit, jangan bicara tentang masalah, tetapi pikirkan jalan keluar.
Yesus memecah-mecahkan roti, itulah gambaran ekaristi yang kita rayakan setiap hari. Dalamnya kita belajar berbagi dan memberi diri, meski dalam kekurangan. Karena yakin, Tuhan akan menyempurnakan yang kurang dan terbatas dalam setiap kebaikan tulus kita.
Tuhan memberkati kita. SALVE. ***
RD. Wens Herin
Makasih romo
Salam pagi
Salam.
Berbagilah… Meski itu hanya sedikit saja.
Terimakasih Romo