Aksinews.id/Balaweling – Mengakhiri gelaran Workshop Pembelajaran Berdiferensiasi di SMP Negeri Balaweling, para guru di sekolah ini melakukan praktik (peer teaching) Pembelajaran Berdiferensiasi. Para guru melakukan praktik mengajar dengan cara tidak lagi berceramah di depan kelas, melainkan membimbing para siswa di kelompok kecil masing-masing.
“Pembentukan kelompok siswa pun berdasarkan kebutuhan belajar siswa. Kelompok visual menggunakan bahan ajar dari buku teks, kelompok auditory menggunakan video pembelajaran, dan kelompok kinestetik menggunakan poster. Proses pendampingan belajar siswa di dalam kelompok pun mempertimbangkan kesiapan belajar (kemampuan kognitif), yang terdiri dari tiga tingkatan, yakni rendah, sedang, dan tinggi,” jelas Kepala SMP Negeri Balaweling, Yohanes Ara Kian, S.Pd.
Di akhir pembelajaran, peserta didik menghasilkan produk juga tidak lagi ditentukan oleh guru bahwa semuanya harus makalah atau harus poster, tetapi diberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih mau menggunakan yang mana, apakah makalah, simulasi, demontrasi, bermain peran, atau power poin. “Inilah yang dinamakan dengan pembelajaran berdiferensiasi,” tandas Yohanes Ara Kian.
Dalam praktik pembelajaran ini, jelas dia, sebagian guru menjadi praktikan atau guru yang mengajar, sedangkan sebagian lainnya menjadi observer atau pengamat dan siswa. Praktik pembelajaran ini berjalan secara bergiliran dari satu guru ke guru lainnya. Setelah itu diberikan tanggapan oleh observer dan narasumber.
Workshop ini dilaksanakan selama 3 hari, mulai Kamis (2/2/2023) – Sabtu (4/2/2023) di aula SMP Negeri Balaweling, Desa Balaweling, Witihama, Kabupaten Flores Timur. Tampil sebagai narasumber, Muhammad Soleh Kadir, S.Pd.,Gr., lulusan Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 2, Pengajar Praktik Angkatan 6, dan lulusan Pendidikan Profesi Guru tahun 2021.
Sedangkan, peserta workshop ini sebanyak 13 guru lintas mata pelajaran dan lintas kelas. Materi yang disajikan terdiri dari materi Asesmen Diagnostik, Mengenal Profil Belajar Siswa, Pembelajaran Berdiferensiasi, RPP Berdiferensiasi, Tipe Pembelajaran yang Kreatif dan Inovatif, serta Peer Teaching atau Praktik Pembelajaran.
Dari kegiatan ini, diharapkan para peserta mampu menghasilkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum, serta mampu mempraktikkan perangkat pembelajaran tersebut di dalam kelas secara baik. “Semoga dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa,” ujar Yohanes Ara Kian.
Seorang peserta workshop, Maria Anita Barek Boro Tukan, S.Pd., guru Bahasa Inggris, menuturkan, workshop pembelajaran berdiferensiasi ini dapat menjadikan para guru memiliki inspirasi yang luas dalam mengemas pembelajaran yang kreatif dan inovatif sesuai kebutuhan belajar murid, bukan kebutuhan guru.
“Karena pembelajaran ini dimulai dengan asesmen diagnostik yakni guru membagikan angket untuk mengetahui minat dan profil belajar siswa serta guru membagikan soal pree test yang dikerjakan siswa untuk mengetahui kompetensi awal siswa sebelum guru melaksanakan pembelajaran di dalam kelas,” ujarnya.
Dia mengakui bahwa para peserta yang mengikuti kegiatan ini sangat antusias karena cara narasumber membawakan materi ini begitu asyik dan menarik. Misalnya, menonton video, mengerjakan soal pree test melalui google form, bermain game online bernuansa edukasi, membuat soal pilihan ganda menggunakan google form, membuat soal dengan menggunakan QR Code (barcode), melakukan ice breaking yang menyenangkan, serta melakukan praktik pembelajaran di hadapan peserta dan narasumber.
“Para peserta tampak antusias dan semangat dalam mengikuti materi, membuat perangkat, dan melakukan praktik pembelajaran. Dalam praktik pembelajaran, peserta menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Hasilnya kelas menjadi sangat hidup dan gembira, namun suasana pembelajaran tetap terasa karena dalam permainan yang diberikan guru, terdapat materi-materi yang terkandung dalam bahan ajar tersebut,” papar Maria Anita Barek Boro Tukan.
Narasumber Muhammad Soleh Kadir, S.Pd.,Gr., menjelaskan bahwa Workshop Pembelajaran Berdiferensiasi ini bertujuan agar guru dapat melakukan pembelajaran yang sesuai dengan keinginan murid. “Misalnya murid ingin agar pembelajaran dilakukan tidak hanya di dalam kelas, namun juga dapat dilakukan di luar kelas. Maka, guru harus mengemas pembelajaran di luar kelas dengan tetap dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan. Bukan hanya itu, ketika murid ingin bermain game online maka guru harus memenuhi kebutuhan belajar siswa dengan membuat game online bernuansa pendidikan sehingga tanpa sadar para siswa sedang bermain game online namun di dalam game tersebut para siswa belajar,” ungkapnya.
Menurut dia, para guru yang mengikuti workshop ini memberikan perkembangan yang luar biasa dalam hal pemahaman dan praktik pembelajaran yang sesuai dengan esensi pembelajaran berdiferensiasi. Adapun pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang selaras dengan filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara yakni menghamba kepada anak. “Maksudnya, guru harus benar-benar melayani kebutuhan belajar siswanya secara ikhlas dan penuh tanggung jawab,” tegasnya.
Selain itu, lanjut Soleh Kadir, guru juga harus menyadari bahwa setiap anak memiliki kodrat alam dan kodrat zaman yang menjadi pijakan guru dalam mengemas pembelajaran. (Pion Ratuloli)