Aksinews.id/Lewoleba – Kepala SMPN 1 Lewolema, Wilbrodus Wungbelen, Selasa (24/1/23) melaunching Program ‘Literasi 27’ di aula SMPN 1 Lewolema. Literasi 27 adalah program menggiatkan literasi dasar di SMPN 1 Lewolema melalui kegiatan pembudayaan aktivitas membaca buku dan menulis selama 2 hari dalam sepekan atau 7 hari, yakni di Hari Selasa dan Jumat. Acara ini dihadiri semua guru dan siswa.
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang dikembangkan berdasarkan Permendikbud Nomor: 21 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti mendorong setiap sekolah untuk membudayakan aktivitas membaca di sekolah selama 15 menit sebelum Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas. Berpijak dari regulasi ini dan aktifnya kegiatan literasi di tingkat SMPN 1 Lewolema, Kepala Sekolah melaunching Program Membaca dua hari selama sepekan dengan durasi 15 menit.
Perintis Gerakan Literasi SMPN 1 Lewolema, Maksimus Masan Kian saat memberikan testimoni mengatakan, gerakan literasi di SMPN 1 Lewolema adalah sebuah jalan panjang penuh lika liku, menantang dan asyik. Guru IPA SMPN 1 Lewolema ini mengatakan, menghidupkan gerakan literasi di SMPN 1 Lewolema dimulai sejak sekolah berdiri dan menjadi ikon sekolah.
Gerakan Literasi mulai dihidupkan bersamaan beroperasinya sekolah di tahun pertama, 2015. “Saya ditempatkan sejak sekolah ini berdiri. Sebuah sekolah baru, masih asing di publik Flores Timur apalagi NTT dan Indonesia. Kondisi ini mendorong saya yang kala itu menjadi Ketua Asosiasi Guru Penulis Indonesia (AGUPENA) Cabang Flores Timur membangun komunikasi dengan Solirus Soda, Kepala SMPN 1 Lewolema saat itu untuk menghidupkan kegiatan literasi di sekokah,” ujar Maksi.
Sejak itu, sejumlah kegiatan menulis diciptakan. Majalah Dinding (Mading) dihidupkan. “Hasil baik yang diperoleh terbilang cepat. Tahun pertama sekolah berdiri Bupati Flores Timur, saat itu, Yoseph Lagadoni Herin hadir ke sekolah dan melaunching Mading sekolah,” paparnya.
Tahun 2016, seorang siswa SMPN 1 Lewolema atas nama Priska Lolita Prada Ruron meraih Juara III Lomba Menulis tentang sanitasi dan diundang mengikuti Jambore Sanitasi di Jakarta. Juni 2018, resmi lahir Komunitas Literasi SMPN 1 Lewolema. Pada tahun yang sama, di bulan Oktober, dalam sejarah, sekolah pertama di Kabupaten Flores Timur yang meluncurkan karya siswa dalam bentuk Buku Ber-ISBN adalah Siswa SMPN 1 Lewolema yang tergabung dalam Komunitas Literasi SMPN 1 Lewolema.
Tahun 2019, anggota Komunitas Literasi, atas nama Elisabeth Bota Ruron meraih Juara I Lomba Menulis Essay dan mendapat kesempatan mengikuti Festival Literasi di Jakarta. Tahun 2020, SMPN 1 Lewolema meluncurkan 5 buah buku karya kepala sekolah, guru dan siswa.
“Tahun 2022, metode Komunitas Literasi SMPN 1 Lewolema terpilih sebagai metode terkreatif tingkat Kabupaten Flores Timur dan diundang menerima Piagam Penghargaan pada HUT Kabupaten Flores Timur. Sejumlah apresiasi dan prestasi ini tentu sangat membanggakan,” ungkap Maksi.
Kepala SMPN 1 Lewolema dalam sambutannya sebelum melaunching Gerakan ‘Literasi 27’ mengatakan, apapun program yang diluncurkan di sekolah akan memberi manfaat positif di kemudian hari. Memang, menurut mantan Wakil Kepala SMPN 1 Larantuka ini bahwa sebuah program baru biasanya ada rasa pesimis dan keragu-raguan untuk menerimanya tetapi harus diterima sebagai sebuah langkah menggapai sebuah kemajuan.
“Gerakan membaca dua hari dalam sepekan adalah upaya yang dilakukan dalam membangkitkan minat siswa untuk membaca dan menulis. Kita mengenal literasi dasar ada enam yakni literasi baca tulis, numerasi, finansial, sains, digital dan budaya kewargaan. Kita cukup di literasi baca tulis dulu, sebagai modal pengembangan literasi lainnya,” ujarnya.
“Program yang diluncurkan ini tidak bermaksud untuk siswa membaca buku dalam jumlah banyak pada waktu yang singkat tetapi cukup merangkum bagian bagian tertentu pada isi buku yang menarik dan bermanfaat. Kita memotivasi semua warga sekolah tanpa kecuali baik guru maupun siswa. Sebuah program baru perlu diterima dengan optimis, jangan pesimis di awal. Mari bergandengan tangan sukseskan program mulia ini,” ujar Wilbrodus Wungubelen.
Dalam rangkaian acara ini, beberapa siswa anggota Komunitas Literasi mendapat kesempatan membacakan puisinya tentang alam dan isu pendidikan kekinian. Usai program ‘Literasi 27’ dilaunching, siswa, guru membaca buku yang dibawa siswa dan yang tersedia di Perpustakaan sekolah. Usai membaca, beberapa siswa diberi ruang membacakan hasil resumenya. Selanjutnya, aktivitas ini akan rutin setiap Hari Selasa dan Jumat setiap pekan.(*/AN-01)