Sabtu, 14 Januari 2023
Ibr. 4:12-16 : Mrk.2:13-17
Pekan Biasa I
“Mengapa Gurumu makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”
(Mrk.2:16)
Orang Farisi dan ahli taurat keberatan melihat Yesus makan bersama pemungut cukai dan pendosa. Karena dengan duduk bersama dan makan semeja, Yesus telah mengotori diriNya. Tetapi bagi Yesus, duduk semeja dan makan bersama sesungguhnya mengungkapkan kasih Allah yang tak berbatas dan tanpa sekat bagi manusia. Menerima dan merangkul semua sebagai saudara.
Hal yang paling penting di sini adalah pemungut cukai dan orang berdosa diterima kembali sebagai saudara. Karena Dia datang untuk mencari orang berdosa.
Bagi Yesus, makan semeja tidak sekedar menikmati kehangatan persaudaraan semata, melainkan sebuah ajakkan rekonsiliasi. Membaikan kembali relasi yang retak, memulihkan relasi yang tak akur karena perselisihan, menghilangkan ego diri dan meruntuhkan tembok pemisah antara orang baik, orang saleh dan orang berdosa.
Kita juga mengalami, bahwa moment makan bersama juga jadi simbol rekonsiliasi. Tanda sebuah masalah, atau relasi yang retak, telah diperbaiki kembali. Makan bersama hadirkan kembali sukacita persaudaraan yang hilang.
Ingat, meja makan adalah simbol cinta. Maka jangan sering ditinggalkan, jika ingin merawat cinta. Rumah tangga atau komunitas apapun, bisa mengalami kekeringan cinta bahkan merasa cintanya makin memudar, ketika mulai jarang makan bersama. Entah karena sibuk atau lagi dalam masalah. Ini nyata dan mengganggu keharmonisan keluarga-keluarga dan hidup bersama kita.
Apapun situasi kita, jangan sering mengabaikan makan bersama. Karena di meja makan selalu hadir kasih, kehangatan, penerimaan tulus, kebahagiaan dan rekonsiliasi.
Sebagaimana yang diungkapkan Alan D. Wolfet, “Makan bersama adalah simbol cinta ketika kata-kata tidak memadai”. Ketika kata-kata tak bisa mengungkapkan cinta, makan bersama akan mengurai segala yang tak terucap.
Tuhan memberkati selalu. SALVE. ***
RD. Wens Herin
Salve. Terima kasih Romo Firman pagi ini