Tak ada pejabat pemerintahan ataupun wartawan yang diundang. Pun, tak tampak kerumunan massa. Hanya terlihat beberapa guru yang dikenal aktif dalam pelbagai kegiatan sosial, literasi maupun pentas seni dan teater. Mereka berkumpul di rumahnya ketua PGRI Flores Timur, Maksimus Masan Kian di RT 17, RW 004, Kelurahan Sarotari Timur, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur, dan melaunching berdirinya Simpul Kreasi Nusantara (SINKRON), Senin (9/1/2023).
Seolah menjadi kado hadiah ulang tahunnya, Maksi Masan Kian tampak sumringah. Ia tak kuasa menyembunyikan kegembiraan di usianya yang persis genap 37 tahun. Didampingi Zaeni Boli (Ketua Forum Taman Bacaan Kabupaten Flores Timur), Ferdinandus Boro Nama (Sekretaris PGRI Kabupaten Flores Timur), Benediktus Bereng Lanan (Pengurus Asosiasi Guru Penulis Indonesia/AGUPENA Cabang Flores Timur), Yan Surachman (Guru IPA SMPN 1 Lewolema), Agnetis Da Noa (Guru Bahasa Inggris SMPS Katolik Baipito Watowiti), Maksi Masan mewujudkan mimpinya sejak beberapa tahun silam itu.
Sosok guru yang mengaku suka tantangan, senang belajar hal yang baru dan hobi berorganisasi, ini akhirnya mendapatkan momentum yang tepat untuk mendeklarasikan berdirinya SINKRON. Ya, “Saya suka tantangan. Senang belajar hal yang baru dan hobi berorganisasi, melahirkan inspirasi, mendorong kreativitas dan menciptakan inovasi untuk perubahan-perubahan kecil. Mimpi saya sudah lama bisa menghadirkan sebuah lembaga yang saya rintis sendiri dari pengetahuan, pengalaman dan jejaring pertemanan yang terbentuk selama ini,” ujarnya.
“Senin, sembilan Januari dua ribu dua puluh tiga, menjadi momentum yang membahagiakan. Sebab di hari ini, genap usiaku yang ke-37 tahun. Bergantinya tahun, bertambahnya usia, saya ingin ada lagi tantangan yang baru dengan melahirkan lembaga yang diberi nama SINKRON,” tambahnya.
SINKRON, papar dia, akan bergerak pada dunia pendidikan, literasi, seni, budaya, kepemudaan, pariwisata dan digitalisasi. “Tidak ada struktur kepengurusan yang kaku. Dalam tubuh SINKRON hanya ada simpul-simpul Sumber Daya Manusia (SDM) yang saling memberi inspirasi dan berkreasi sebagai persembahan untuk Nusantara,” ucap Maksi Masan Kian.
“Kami akan menjaring orang-orang dengan mimpi yang besar, dan imajinasi yang kuat untuk saling berbagi dan belajar bersama. Kelak lembaga ini diharapkan sedikitnya akan menyerap tenaga kerja bagi generasi muda,” katanya.
Maksi Masan membeberkan pengalamannya berkecimpung di organisasi sejak menjadi guru di Kabupaten Flores Timur tahun 2010 silam. “Tahun 2012 saya mendirikan Forum Peduli Pendidikan Flores Timur yang memberikan banyak catatan kritis terhadap sejumlah pelayanan publik di Kabupaten Flores Timur. Tahun 2013, saya terpilih sebagai Sekretaris PGRI Cabang Demon Pagong,” ujarnya, berkisah.
Tahun 2016, sambung dia, dirinya terpilih menjadi Sekretaris Umum PGRI Kabupaten Flores Timur. “Tahun 2015, tepatnya di tanggal 1 Maret 2015, secara aklamasi pada Musyawarah Guru dan Dosen di aula SMA Negeri 1 Larantuka, saya terpilih menjadi Ketua Asosiasi Guru Penulis Indonesia (AGUPENA) Cabang Kabupaten Flores Timur,” paparnya.
Dua periode dalam suka dan duka dengan beragam kegiatan di Kabupaten Flores Timur bersama AGUPENA, diakui penuh dengan catatan kurang lebihnya. “Tongkat estafet kepemimpinan Agupena Cabang Flores Timur di tahun 2020 beralih ke Muhammad Soleh Kadir atau lebih dikenal dengan nama pena, Pion Ratuloli yang saat itu menjabat sebagai Wakil Ketua. Pion memimpin sejak 2020 dan akan berakhir tahun ini,” jelasnya.
“Pada tahun yang sama setelah meletahkan kepercayaan di Agupena Flores Timur yang digelar pada Musyawarah Cabang di SMPN Satu Atap Riangpuho yang dipimpin oleh Thomas Akaraya Sogen, Ketua Agupena Wilayah NTT, tepat ditanggal 16 Desember 2020 saya dipercayakan memimpin Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Flores Timur untuk masa bakti 2020-2025,” kata Maksi Masan, bangga.
Dikatakan, ada satu mimpi yang telah disiapkan usai memimpin Agupena Flores Timur Timur. Ya, “Saya sudah punya mimpi untuk melakukan apa setelah memimpin Agupena Flores Timur yakni menghadirkan sebuah lembaga di Kabupaten Flores Timur yang bergerak menjangkau seluruh Nusantara. Jika Agupena ada struktur ke tingkat Propinsi hingga pusat, dan PGRI ada struktur secara hirarki ke Propinsi hingga pusat, lembaga yang saya maksudkan adalah pendiri, pengelola, penggerak dan penangungjawab umum adalah kita sendiri secara mandiri,” ucap dia.
“Mimpi itu terus ditimang. Sejumlah sahabat baik saya diskusikan, dan puncaknya hari ini tepat di Hari Ulang Tahun, 9 Januari 2023 mimpi itu diwujudkan. Didampingi sahabat baik Amber Kabelen, Zaeni Boli, Ferdi Tokan, Yan Surachaman dan Agnetis Da Noa, di kediaman kami Jalan Jenderal Ahmad Yani, Lorong TKK Amfrida, RT 17 RW 004, Kelurahan Sarotari, Kecamatan Larantuka, lembaga yang kami impikan dan imajinasikan itu lahir,” lanjut Maksi, haru.
Menurut dia, nama yang disematkan pada lembaga yang akan bergerak, memberi inspirasi untuk Nusantara. “SIKRON memiliki filosofi, simpul ikatan yang tidak kaku, bisa divariasikan, dan memiliki manfaat bermacam-macam. Inspirasi menjadi energi dan daya positif yang menggerakan untuk beraksi. Kreasi melahirkan karya-karya yang menghidupkan. Sementara Nusantara artinya gagasan dan kreativitas yang digerakan menjangkau seluruh Indonesia dari pulau ke pulau. Dari satu wilayah ke wilayah yang lain,” jelas Maksi.
Diksi SINKRON sendiri, menurut Kamus Besar Indonesia (KBBI) adalah sesuatu yang terjadi pada waktu yang sama atau secara serentak. Sinkron bisa diartikan sebagai sejalan, sejajar, sesuai, atau selaras.
Maksi membeberkan, diksi Simpul, Inspirasi, Kreasi, Nusantara muncul pada suatu kesempatan jalan pagi. Ia terilhami nama ini. Sementara akronim SINKRON adalah nama yang diberikan oleh Ferdinandus Boro Nama, tepat di teras rumahnya di Lingkungan Lebao, Kota Larantuka.
Ya, “Pada jalan pagi yang sehat terdapat inspirasi yang kuat. Simpul, Inspirasi, Kreasi, Nusantara terilhami pada saat saya jalan pagi di Kota Larantuka. Sementara akronim SINKRON disematkan oleh Ferdiandus Boro Nama di teras rumahnya pada suatu kesempatan ngopi sore di Lingkungan Lebao,” papar Maksi.
Zaeni Boli, Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat Kabupaten Flores Timur, mengaku bangga dengan gagasan melahirkan simpul inspirasi dan kreasi. “Saya bangga terlibat dalam diskusi sebelum lembaga ini resmi diluncurkan. Maksi yang saya kenal adalah sosok yang tidak pernah diam. Ia selalu bergerak dan menggerakan. Mimpi selalu setinggi langit, karena baginya, jika jatuh sekalipun, mimpinya tetap berada di antara bintang-bintang. Saya dan teman-teman di sekitarnya akan selalu dan siap memberikan dukungan,” ujar Zaeni Boli, yang dikenal sebagai Sang Badak Flotim. (*/AN-01)