Aksinews.id/Jakarta – Hasil survei Voxpopuli Research Center menunjukkan elektabilitas Partai Golkar mengalami penurunan dari kisaran 8 persen menjadi 7,3 persen pada akhir tahun 2022. PDI Perjuangan tetap bertengger di posisi puncak. Sedangkan, PSI melambung, bahkan melampaui posisi PKS dan NasDem.
Survei Voxpopuli Research Center dilakukan pada tanggal 17 hingga 23 Desember 2022 lalu. Respondennya sebanyak 1.200 responden yang dipilih secara acak bertingkat dan mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Margin of error survei sekitar 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
“Temuan survei Voxpopuli Research Center menunjukkan Golkar mengalami penurunan elektabilitas,” kata Direktur Komunikasi Voxpopuli Research Center, Achmad Subadja melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (8/1/2022).
Achmad menyebutkan, survei sebelumnya pada Desember 2021, elektabilitas Golkar stabil pada kisaran 8 persen. Namun, kini elektabilitas Golkar melemah menjadi 7,3 persen.
Sementara itu, hasil survei Voxpopuli Research Center juga menunjukkan, tren elektabilitas Partai Solidaritas Indonesia (PSI) terus naik mencapai 5,5 persen.
“Elektabilitas Golkar turun pada momen pergantian tahun 2023, sedangkan PSI naik,” papar Achmad Subadja.
Hasil survei Voxpopuli Research Center menunjukkan posisi teratas masih diduduki PDI Perjuangan dengan elektabilitas 18,4 persen, disusul Gerindra sebesar 13,5 persen.
Posisi ketiga PKB dengan elektabilitas 8,0 persen, sekaligus menggeser Golkar ke peringkat keempat, disusul Demokrat 5,7 persen, PSI 5,5 persen, dan PKS 4,8 persen.
Peta Koalisi Jelang Pilpres 2024
Mengenai koalisi yang sudah terbentuk, Golkar cenderung stabil dan memiliki posisi tawar kuat dalam memimpin pembentukan koalisi.
Hal itu dapat dilihat dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas Golkar relatif solid dan tidak mengalami gejolak berarti.
Sebaliknya, Achmad menilai koalisi Gerindra dan PKB belakangan mulai terancam pecah karena PKB juga berambisi agar Muhaimin Iskandar, ketua umumnya diusung sebagai capres dan membuka kemungkinan bergabung dengan NasDem.
“Meskipun solid. Namun, lamanya keputusan Golkar maupun KIB mengumumkan pasangan capres-cawapres berdampak elektoral pada turunnya elektabilitas. Terlebih lagi elektabilitas Airlangga Hartarto masih tergolong rendah,” jelasnya.
Saat ini, partai politik masih menunggu momentum yang tepat untuk mengumumkan capres dan cawapres yang bakal diusung, terutama menyangkut keputusan PDIP, apakah akan mengusung Ganjar Pranowo atau Puan Maharani.
“Jika PDIP maju sendirian terbuka kemungkinan maksimal ada empat pasangan calon,” ujarnya.
Yang menarik, Partai NasDem yang resmi mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal capres juga belum kunjung mengumumkan atau menggalang koalisi.
Elektabilitas NasDem yang sempat anjlok setelah deklarasi pencapresan Anies belum beranjak dan kini masih berada di posisi 3,3 persen.
Dengan elektabilitas tersebut, Nasdem terancam tidak bisa kembali ke Senayan bersama partai-partai lain, yakni PAN 2,2 persen dan PPP 2,0 persen.
Ketiganya juga terancam oleh partai-partai nonparlemen maupun partai baru, seperti Perindo 1,4 persen dan Gelora 1,3 persen.
Berikutnya Partai Ummat 0,8 persen, Hanura 0,5 persen, PBB 0,3 persen dan PKN 0,1 persen.
Sementara Partai Garuda dan Partai Buruh nihil dukungan dan sisanya tidak tahu/tidak menjawab sebesar 24,9 persen.(*/AN-01)