Aksinews.id/Lewoleba – Penjabat Bupati Lembata, Drs. Marsianus Jawa, M.Si meminta para tenaga kesehatan (nakes) di Kabupaten Lembata, NTT untuk selalu menebar senyum ketika melayani masyarakat.
Hal itu disampaikan Marsianus Jawa dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik, Apolonaris Mayan, S.Pd.
Dengan suara lantang, Apol yang juga Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lembata, membacakan sambutan Penjabat Bupati sebelum membuka kegiatan Pengkajian dan Diseminasi Audit Maternal dan Perinatal Surveilans Respons di Palem Indah Hotel, Jumat (16/12/2022). Apol didampingi Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata, dr. Goerillya A. H. Noning.
“Saya minta komitmen kita semua terhadap masalah kematian ibu dan bayi. Kita membutuhkan kolaborasi untuk menghasilkan super tim bukan sekedar superman yang bergerak secara sendiri-sendiri,” papar pria murah senyum itu membacakan sambutan tertulis Penjabat Bupati Lembata.
“Saya tahu kita semua punya niat baik hanya perlu dijaga bagaimana etika dan estetika kita dalam melayani. Keramahtamahan dan senyuman seorang dokter, bidan dan perawat juga adalah obat untuk orang sakit,” lanjutnya disambut tepuk tangan hadirin.
Harapan Marsianus ini merupakan harapan seluruh masyarakat Kabupaten Lembata. Betapa tidak, hingga kini pelayanan kesehatan yang benar-benar ramah dan bersahabat masih saja menjadi tantangan tersendiri bagi para nakes sebagai penyedia layanan.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata, Quintus Irenius Suciadi, SH, M.Si melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Rosadelima Tuto, SST mengatakan, angka kematian ibu dan bayi merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan prioritas utama dalam arah pembangunan strategis. Menurutnya, kasus kematian bayi di Kabupaten Lembata masih cukup tinggi. Faktor penyebabnya yang paling utama adalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
“Sampai akhir Nopember tahun ini, ada 24 kasus kematian bayi. Sementara pada dua tahun sebelumnya (2021 dan 2020-red), terdapat berturut-turut 26 dan 24 kasus kematian bayi,” urai Srikandi yang juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Kabupaten Lembata itu.
“Bersyukur, untuk kematian ibu, sampai sekarang kita nol kasus. Jauh lebih rendah dari dua tahun sebelumnya dimana pada tahun 2021 ada 3 kasus kematian ibu dan tahun 2020 ada 5 kasus kematian ibu,” sambungnya.
Sebagaimana rilis yang diterima media ini, kegiatan yang berlangsung dua hari itu difasilitasi oleh Momentum USAID Perwakilan Kabupaten Lembata. Hadir sebagai narasumber ahli, Dr. dr. Simplicia Maria Anggrahini, Sp.A(K) dari RS Prof. W. Z. Johannes, Kupang.
Hadir sebagai peserta, para Kepala Puskesmas, Para Dokter, Utusan Bidan dan Perawat Se-Kabupaten Lembata. Adapun hasil kajian ini adalah berupa rekomendasi teknis dan kebijakan yang telah diserahkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lembata.
Salah satu di antara rekomendasi tersebut adalah agar Kepala Daerah melalui Direktur RSUD Lewoleba melengkapi fasilitas Neonatal Intenssive Care Unit (NICU) dan Pediatric Intenssive Care Unit (PICU) di RSUD Lewoleba, Kabupaten Lembata.(DK)