Selasa, 08 Nopember 2022
Tit.2:1-8.11-14 ; Luk.17:7-10
Pekan Biasa XXXII
“Kami hanya hamba-hamba tak berguna; kami hanya melakukan apa ayng harus kami lakukan”
(Luk.17:10)
Yesus menyinggung tuan dan hamba dalam pengajarannya, karena ia hendak mengoreksi mental dan menanam spirit hidup oara murid dan orang kebanyakan. Sejatinya hidup seorang Kristiani, hendaknya didandani sikap rendah hati, setia dan sedia melayani, bagai seorang hamba.
Kita tahu, posisi, mental, dan spirit, tuan dan hamba memang beda. Seorang hamba, hatinya bersahaja. Selalu siap-sedia melayani. Ia mengabdi sepenuh hati. Setia bekerja, tanpa banyak bicara. Ia gembira jika bisa mengabdi tuanya dengan baik. Tak mengeluh, seberat apapun kerjanya.
Tetapi, seorang tuan, tentu harus dilayani. Mesti didahulukan. Ia akan tersinggung, bahkan marah jika merasa diabaikan. Tak diindahkan keinginan, harapan dan perintahnya. Yesus memberi contoh, seorang tuan akan mengatakan kepada hambanya “sediakan makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai aku selesai makan dan minum”. Dan hambanya akan melakukan semua dengan senang hati. Meski tak dihargai dan tak pernah mendapat ucapan terima kasih. Karena dianggap itu tugasnya.
Ingat, dalam mengemban tugas apapun yang dipercayakan dipundak kita, hayati senantiasa spirit seorang hamba. Katakanlah pada diri kita, “Kami hanya hamba yang tak berguna, kami hanya mengerjakan apa yang patut kami kerjakan”.
Entah secara jabatan, kedudukan, atau pekerjaan, posisi kita ibarat seorang tuan. Janganlah angkuh dan tinggi hati. Yesus peringatkan, tetaplah rendah hati. Sadarlah, kita cuma hamba tak beguna. Hanya karena kita dipercaya, maka hidup kita jadi berarti. Maka tak perlu meminta dipertuan.
Siap-sedialah melayani, tak boleh mengeluh, tampan atau tidak tampan waktunya. Entah dihargai, entah mendapat ucapan terima kasih sepantasnya atau dianggap angin lalu. Tak boleh surut pengabdian, pelayanan dan pengorbanan kita. Karena kita cumalah hamba tak berguna. Tak lebih!
Tuhan memberkati. SALVE. ***
RD. Wens Herin
Amin…