Tim Relawan untuk Kemanusiaan Flores (Truk-F) sudah berdiri dan berkarya selama 25 tahun. Lembaga ini didirikan sebagai lembaga kemanusian dari para suster SSpS, yang mengadvokasi serta menyuarakan berbagai aksi ketidakadilan terhadap manusia.
Memperingati ulang tahunnya yang ke-25, Jumat, 4 November 2022, Kelompok Teater Aletheia Ledalero menggelar sebuah pementasan teater berjudul “Cermin”. Pentas dilaksanakan di lapangan sekolah SMAK Bhaktyarsa.
Salah satu isu yang diangkat beberapa waktu oleh Truk-F adalah kasus perdagangan manusia yang menimpa para wanita dan anak-anak.
Pembukaan pentas ditandai dengan penyalaan obor oleh Suster Fransiska Imaculata SSpS, kemudian penampilan monolog “Tali” oleh Amel Daeng, siswi SMA Bhaktyarsa Maumere.
Selain penampilan monolog, siswa B juga menampilkan pembacaan puisi berjudul ‘Catatan Mimpi Buruk Wanita’ yang ditulis dan dibawakan oleh Vidi Making.
Berikut sepenggal puisi dari Vidi Making :
WANITA
adakah keringat yang tenggelam kelam pada tubuhmu yang layu,
wanita…
adakah layu dan pilu yang tak merestu menjauh dari mu?
ah… ah…
pada ruang rahimmu, bumi ini bisa terisi laki-laki laknat tak berbudi.
wanita…
pada setiap tetes dadamu, lahirkan biadab yang suka berdebat mempermasalahkan kasusmu.
pada asimu, tubuh ini bisa bernaluri dan kepala ini bisa berisi.
wanita …
kau sering dijadikan sengketa oleh pejabat bejat, setelah tubuhmu di lumuri darah serakah penuh gairah.
banyak pasang mata yang siap menidurimu di setiap persimpangan jalan kota ini.
wanita,
kau, kau, kau selalu saja menari mesra penuh keluh oleh paksa, laksana gerhana penuh air mata.
lalu saat desas kasusmu tercium pekat ke kantor ini,
kau menjadi kambing hitam yang dikebiri saat diadili.
Setelah penampilan monolog dan pembacaan puisi oleh Vidi Making, acara dilanjutkan dengan pementasan teater “Cermin”. Adegan demi adegan menggambarkan tindak diskriminasi dalam setiap ruang kehidupan perempuan. Dimulai dari keluarga, masyarakat, bahkan dalam sistem kekuasaan.
Aletheia juga menampilkan sosok Eustochia sebagai salah satu pionir dari Truk-F yang konsisten dalam memperjuangkan hak-hak mereka yang termarginalkan. Memoria atas perjuangan suster Eustochia adalah representasi dari perasaan dan kepedulian manusia terhadap sesama. Aletheia menghadirkan suster Eustochia sebagai sosial teks, untuk mengenang kembali semangat dan dedikasinya untuk kemanusiaan.
Lapangan SMAK Bhaktyarsa riuh dengan tepuk tangan dan suara histeris penonton ketika menikmati penampilan dari para aktor. Adegan erotis, juga dramatis dan heroik dari para aktor menjadi sajian menarik dan juga refleksi bagi para penonton ketika bercermin dengan realitas.
Teater cermin yang disuguhkan oleh Aletheia adalah tampilan dari realita terhadap kekerasan yang terjadi, serta lemahnya penegakan hukum terhadap para pelaku.
Ya, “Secara sajian seni, mungkin terdapat kekurangan di dalam pertunjukan. Tetapi hal utama yang harus ditekankan dalam pementasan bahwa karya kemanusiaan itu tidak boleh mati, serta kekerasan serta perdagangan manusia itu terjadi di sekitar kita. Jangankan orang terdekat kita, setiap kita bisa berpotensi menjadi korban,” ungkap Fr. Pius Kraeng, salah satu aktor dan anggota Aletheia. (fr. Rintho Djaga)
Terimaksih kepada semua pihak yg tlah berkontribusi membimbing para pelakon,anda bahkan sukses mendidik mereka,termasuk menempa kemampuan acting,walaupn tdk di pungkiri masi ada kekurangan di sana sini.
Trrimaksih juga kami sampaikan kpd pihak lembaga SMA BHAKTYASA MMERE yg tlah sukses dalam merdeka belajar bagi peserta didikx.Termasuk mampu menjadikan anak saya Fredinandus Sili Making sedikit lebih berarti buat diri,keluarga dan lembaga tercintax,yg suatu ketika akan menjdi almamaterx.
Kami sekeluarga bangga pada semua saja yg sudi menjadi Guru yg baik untuk anak didikx hari ini dan selamanya….bravo SMA BHAKTYASA MMERE…maumere manise….Lian tanah sikka…