Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur patut kita sanjungkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulisan buku ini dapat dirampungkan.
Buku yang berjudul, “Lembata Dalam Pergumulan Sejarah dan Perjuangan Otonominya” ini merupakan sebuah kisah yang sarat akan data sejarah yang dihimpun penulisnya sejak lama. Khusus tentang sejarah Perjuangan Otonomi Lembata merupakan kisah nyata yang datanya dihimpun penulisnya diawali dengan kisah sejarah yang melatarbelakanginya hingga peristiwa Statement 7 Maret 1954, awal pergerakan yang lahir setelah muncul kesadaran baru bahwa sistem Paji-Demong yang diberlakukan akibat pengaruh kolonialisme ternyata telah memecah belah masyarakat Lembata dan tidak menguntungkan.
Para tokoh pada zaman itu mulai berhimpun dan dengan kekuatan adat dan budaya mereka mampu membubarkan system Paji-Demong dan mendeklarasikan otonomi Lembata melalui Statemen 7 Maret 1954.
Buku ini penuh dengan idealisme yang digali oleh penulis putra asli Lembata yang berprestasi di tingkat nasional yaitu Bapak Thomas Atalajar. Beliau mampu menemukan nilai-nilai kearifan lokal dengan turun langsung ke lapangan, mampu mewawancarai langsung sejumlah pelaku sejarah lengkap dengan profil para tokoh pejuang otonomi dan menghimpun data selama bertahun-tahun.
Buku ini terdiri dari XXV bab dan 572 halaman yang pada intinya dibagi dalam 3 fase sebagai berikut:
– Fase pertama, mulai masa prasejarah tanah Lomblen hingga politik adu domba di masa pemerintahan Belanda yang membuat sekat di tengah masyarakat Lomblen menjadi dua kelompok yaitu kelompok Paji dan Demong, hingga masuknya agama Islam dan Katolik sekaligus pendidikan di Lomblen memasuki peradaban baru.
– Fase kedua, melalui Statement 7 Maret 1954 dan perlawanan terhadap pemerintahan Belanda, nama Lomblen diganti menjadi Lembata menuju otonomi yang dicita-citakan rakyat Lembata.
– Fase ketiga, langkah marathon tujuh bulan meraih otonomi, mulai merajut kembali dan menghimpun yang berserakan seluruh dokumen perjuangan dalam semangat 7 Maret 1999 dengan pelaku sejarahnya hingga lahirnya Undang-undang Nomor 52 Tahun 1999 tanggal 12 Oktober 1999.
Dalam kapasitas sebagai tokoh di balik lahirnya otonomi Lembata maka saya berpendapat bahwa buku ini cukup representative untuk memberi gambaran secara benar dan jelas tentang sejarah perjuangan otonomi Lembata, dan perspektif gagasan masa depan. Saya semakin yakin bahwa isi buku ini setidaknya dapat dipergunakan sebagai referensi yang bermanfaat bagi akademisi, birokrat, politisi, praktisi dan mahasiswa, khususnya yang ingin mendalami sejarah Lembata.
Disini dimulainya perubahan bahwa selama ini kisah tutur (tutu marin) yang menjadi pegangan beralih menjadi buku sejarah seiring berjalannya waktu. Kisah tutur bisa bergeser dan menghilang tetapi yang tertulis tetap hidup selamanya.
Pada bagian akhir sambutan, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para tokoh Partai Katolik Sub Komisariat Lomblen Bapak Petrus Gute Betekeneng dan Stanislaus Lela Tufan, tokoh Partai Masyumi Cabang Kedang Mas Abdul Salam Sarabiti dan Tuang S. Ambarak Bajaher, yang menandatangani Startement 7 Maret 1954 bersama sejumlah tokoh penting lainnya seperti Theo Toran Layar, Yohanes Bumi Liliweri, Guru Sio Amuntoda, Bernardus Bala Klide Ledjap dan lain-lain yang ikut mendeklarasikan Statement 7 Maret 1954.
Juga terima kasih kepada Bapak Yan Kia Poli selaku Pemegang Amanat Rakyat Lomblen. Terima kasih juga kepada para Kepala Hamente, Kapitan dan Kakang se-Lomblen, para kepala kampung, para guru dan tokoh masyarakat serta seluruh rakyat Lomblen yang mendukung perjuangan rakyat Lomblen ini.
Terima kasih juga saya haturkan kepada orang tua dan saudara terkasih pejuang otonomi Lembata 1999 yaitu Bapak Stanis Atawolo, Drs. S. S. Betekeneng, Alex Murin, Mans Betekeneng, Rofinus Laba Lazar, Rasyidin Rasan, Agus Baro Wuran, Vian K. Burin, Alwi Murin, para Camat Lembata, serta tokoh pejuang lainnya serta seluruh masyarakat Lembata yang mendukung perjuangan ini.
Juga terima kasih kepada Bapak Brigjen Pol (Purn) Drs. Anton Enga Tifaona, Petrus Boliona Keraf, Petrus Boli Warat, Yoakim Boli Ladjar, Alberth Oleona, Piet Ola Atawolo, Paulus Doni Ruing, Saidi Beda, Goris Lewoleba, Thomas Ataladjar, Valens Bura, Pius Kia Tapoona, Andre Ataujan, Yos Pattyona. Tanpa motivasi dan perjuangan para tokoh tersebut di atas belum tentu Lembata menjadi seperti sekarang.
Berikut saya juga menyampaikan apresiasi kepada Bapak Viktor Bungtilu Laiskodat Gubernur NTT, Bapak Prof. DR. Alo Liliweri,MSi, Bapak DR. Yoseph Yapi Taum, M.Hum, Bapak Drs. Ansis Kleden, juga kepada tokoh muda Lembata, Viktus Murin, masing-masing dengan perannya menyikapi buku ini.
Lebih khusus terima kasih kepada penulis buku ini Bapak terkasih Thomas Ataladjar yang telah menghadirkan buku ini sebagaimana adanya. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan pahala yang berlipat ganda atas karyanya dan menjadi amal jariah yang tak terhitung nilainya tersebut.
Akhirnya, semoga buku ini menjadi pemicu untuk menghadirkan perubahan yang lebih monumental yang berguna bagi rakyat Lembata.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
H. Sulaeman L. Hamzah