Aksinews.id/Kupang – Kekisruhan yang terjadi di Stadion Gelora 99, Desa Pada, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata saat laga 8 besar antara Perseftim Flores Timur versus Perse Ende, Jumat (23/9/2022), dinilai telah mencederai marwah sepakbola Nusa Tenggara Timur.
Perhimpunan Mahasiswa Asal Lembata (PERMATA) Kupang meminta panitia dan Asprop PSSI NTT agar lebih serius menjaga situasi hingga berakhirnya turnamen El Tari Memorial Cup (ETMC) XXXI Lembata 2022. Permata menyayangkan pertarungan sengit kedua kesebelasan berakhir ricuh sebelum usai laga.
Hingga menit ke-78, Perse Ende sudah unggul atas Perseftim Flores Timur dengan skore 1-0. Pasukan anak-anak Nagi terus membombardir pertahanan Perse Ende, dan menciptakan sejumlah peluang, baik dari sepak pojok, tendangan bebas maupun pergerakan bola dari kaki ke kaki. Namun Perse Ende yang menumpuk lebih dari empat pemain di belakang, mampu menghalau serangan Perseftim.
Sesekali anak-anak Kelimutu mampu menembus benteng pertahanan Perseftim hingga ke kotak pinalti. Bahkan, mereka sempat mendapat hadiah pinalti saat pemainnya dilanggar pemain belakang Perseftim Flores Timur. Tapi, sepakan strikter Perse Ende bernomor punggung 9 mampu ditepis penjaga gawang Perseftim, hingga tidak merubah kedudukan.
Kekisruhan mulai terjadi saat seorang pemain Perse Ende terjatuh di kotak pinalti Perseftim dan ditandu keluar lapangan, hendak dibawa ke mobil ambulance. Muncul lemparan dari arah penonton ke petugas yang sedang membawa tandu. Sehingga sejumlah personil aparat keamanan naik ke tribun dan memukul penonton yang dipadati supporter Perseftim Flores Timur.
Menariknya, para supporter mengenakan kostum merah. Padahal, di lapangan yang mengenakan kostum merah Perse Ende, sedangkan tim kesayangannya mengenakan jersey biru pucat. Massa supporter Flores Timur yang mulai kecewa dengan penampilan timnya yang selalu gagal di mulut gawang Perse Ende mulai berulah. Begitu aparat berbalik, hujan lemparan ke arah lapangan pun membanjir. Massa mulai merangsek turun dari tribun dan masuk ke area lapangan.
Para pemain dan official Perse Ende diamankan ke tengah lapangan. Para pemain Perseftim Flores Timur pun tampak kebingungan. Maklum, mereka sedang berada di atas angin untuk membombardir pertahanan Perse Ende. Seorang petugas Pol PP Lembata menderita luka di kepala terkena lemparan batu. Polisi dan anggota TNI yang hadir tak kuasa menahan laju penontyon yang menyerbu ke tengah lapangan dari arah tribun. Pagar pembatas lapangan dirobohkan. Begitu juga bench pengawas pertandingan dibongkar massa.
Tak habis disitu. Beberapa spanduk yang terpajang di pagar pembatas dirobek dan dibakar. Pertandingan benar-benar tidak bisa dilanjutkan. Perse Ende beruntung sudah unggul 1-0 atas Perseftim Flores Timur. Panitia dan Asprop PSSI NTT masih belum mengambil keputusan bagaimana hasil pertandingan tersebut. Apakah Perse Ende tetap dinyatakan sebagai pemenang untuk melaju ke semifinal menghadapi Persebata Lembata, atau dilakukan tanding ulang, belum diperoleh keterangan resmi.
Permata Lembata di Kota Kupang menduga kuat kalau aksi anarkhis itu dilakukan oleh supporter Perseftim Flores Timur. Seorang pengurus Permata Kupang periode 2021-2022, Lukas Laga Pureklolon mengatakan kejadian tersebut sangat mencederai marwah sepak bola di NTT.
Ya, “Kami dari mahasiswa Permata Kupang melihat pemandangan tidak elok untuk dipertontonkan. Sebagai bagian dari masyarakat Lembata, kami mahasiswa mengharapkan agar pergelaran ETMC ini bisa berjalan sampai akhir dengan aman dan baik di bumi sembur paus,” ungkap Laga Pureklolon.
Dia berharap panitia dan Pemda Lembata dapat mengevaluasi dan meningkatkan keamanan dalam laga-laga selanjutnya.
Hal senada juga disampaikan ketua umum Permata Kupang, Junaidi Umar. Dia meminta Asprop PSSI NTT untuk memberikan sanksi tegas kepada pihak yang telah merugikan citra sepak bola di NTT. Juga, kata dia, pihak kepolisian segera mengusut oknum yang telah melakukan tindakan anarkhis.
“Titik fokus yang benar-benar membutuhkan perhatian dan penanganan serius adalah terkait keamanan, karena kita berkaca dari membludaknya supporter atau penonton dalam tensi pertandingan yang tinggi akan menimbulkan rawan kacau seperti yang terjadi hari ini dan sebelumnya. Sebab, jika dibiarkan maka hal yang sama akan diulangi pada pertandingan-pertandingan selanjutnya,” ujar Junaidi Umar.
Ia juga mengajak seluruh masyarakat NTT untuk senantiasa menjaga citra sepak bola di NTT, dengan memberikan dukungan dan menjaga sportifitas. “Sehingga kita dapat mewujudkan sepakbola yang bersahabat,” tandasnya. (Yohanes Halimaking/AN-01)
Galeri foto kerusakan akibat ular massa. (foto/Paskalis Wenge HLF)