Senin, 19 September 2022
Ams.3:27-34 ; Luk.8:16-18
Pekan Biasa XXV
“Orang yang menyalakan pelita, menempatkannya di atas kakai dian, supaya semua orang masuk kedalam rumah melihat cahayanya”
(Luk.8:16)
Pelita, memberi cahaya, mengatasi kegelapan, dan menuntun langkah kehidupan. Yesus mengharapkan agar hidup orang beriman seperti pelita. Tetap menyala dan memancarkan kasih, kebaikan, kebenaran dan sukacita. Tempat idealnya, di atas kaki dian, supaya cahayanya terlihat semua mata. Artinya kehadiran kita dimanapun berfaedah dan berpengaruh dalam hidup bersama.
Memberi cahaya, berarti menunjukkan kesaksian iman yang nyata, berkualitas dan memberi inspirasi. Memberi teladan hidup yang menuntun langkah banyak orang kepada kebaikan, dan memberi motivasi, semangat serta partisipasi dalam hidup menggereja.
Cahaya iman mesti tetap terpancar dan dilihat mata, dalam tanggungjawab dan Komitmen mewujudkan karya-karya kasih. Dan tetap menaruh pengharapan kepada Tuhan, meski diterpa badai yang menguncang iman.
Menjadi pelita yang bernyala berarti rela membakar diri agar cahaya iman kita tetap bersinar di tengah kegelapan dunia ini. Kisah heroik para martir gereja, akan menjadi cahaya yang tetap membara dan terus berkisah, tentang cinta, kesetiaan dan pengorbanan demi iman akan Tuhan. Meski mereka sudah tiada secara fisik, cahaya kesaksian iman mereka tak pernah akan padam bagi gereja.
Mengapa banyak orang Kristiani, rela menangung beban dan penderitaan hidup dalam diam? Karena ia yakin, bahwa penderitaan yang dialami saat hidup tak akan sia-sia. Tak sebanding kebahagiaan sesudah mati dalam kesetiaan sebagai orang beriman.
Tuhan memberkati. SALVE.***
RD. Wens Herin
Menjadi pelita yang bernyala berarti rela membakar diri agar cahaya iman kita tetap bersinar di tengah kegelapan dunia ini. Amin…